SARAN Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam skripsi ini ialah sebagai berikut: 1. Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya sehari-hari diharapkan untuk memperdagangkan produk-produk yang bagus, baik dan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Pelaku usaha juga tidak boleh melakukan tindakan kecurangan kepada konsumen dalam hal jual-beli, dimana pelaku usaha dan konsumen harus memiliki posisi tawar-menawar yang seimbang diantara kedua belah pihak. 2. Kepada pihak Roti Cappie diharapkan agar segera menyempurnakan isi kontrak kedua belah pihak, supaya kontrak tersebut memberikan manfaat dan tujuan yang jelas bagi kedua belah pihak serta kepada konsumen Roti Cappie. 3. Kepada masyarakat konsumen diharapkan agar selalu berhati-hati dalam menentukan, membeli, ataupun mengkonsumsi barang danatau jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha. Diharapkan untuk selalu mencari informasi yang jelas atas barang danatau jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha, supaya tidak merasa dirugikan atas produk yang sudah dipakai. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. SEJARAH PERLINDUNGAN KONSUMEN Untuk membahas masalah perlindungan konsumen , kita juga perlu memahami bagaimana sejarah gerakan perlindungan konsumen, baik ketika awal mula berdiri hingga pada perkembangannya saat ini. Dengan melihat sejarah ini, kita akan bisa mencermati bagaimana pergulatan sosial, ekonomi, dan politik ketika itu mendesak masalah perlindungan konsumen muncul ke permukaan wacana publik. 11 1. Tahapan I Secara umum, sejarah gerakan perlindungan konsumen dapat dibagi dalam empat tahapan. Kurun waktu ini titik awal munculnya kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan perlindungan konsumen. Pemicunya, histeria massal novel karya Upton Sinclair berjudul The Jungle, yang menggambarkan cara kerja pabrik pengolahan daging di Amerika Serikat yang sangat tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2. Tahapan II 1920-1940 11 Happy Susanto, Op. Cit, hal. 5 Universitas Sumatera Utara Pada kurun waktu ini muncul pula buku berjudul Your Money’s Worth karya Chase dan Schlink. Karya ini mampu menggugah konsumen atas hak-hak mereka dalam jual beli. 3. Tahapan III 1950-1960 Pada dekade 1950-an ini muncul keinginan untuk mempersatukan gerakan perlindungan konsumen dalam lingkup internasuional. Dengan diprakarsai oleh wakil-wakil gerakan konsumen dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia, dan Belgia, pada 1 April 1960 beridirilah International Organization of Consumer Union. 4. Tahapan IV pasca-1965 Pasca-1965 sebagai masa pemantapan gerakan perlindungan konsumen, baik ditingkat regional maupun internasional. Sampai saat ini dibentuk lima kantor regional, yakni di Amerika Latin dan Karibia berpusat di Cile, Asia Pasifik berpusat di Malaysia, Afrika berpusat di Zimbabwe, Eropa Timur dan Tengah berpusat di Inggris, dan negara-negara maju juga berpusat di London, Inggris. 12 Ada dua sejarah gerakan perlindungan konsumen yang akan dibahas dalam skripsi ini, pertama gerakan perlindungan konsumen yang ada diluar negeri dan gerakan yang ada di Indonesia. 12 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Jakarta: PT Grasindo, 2004, hal. 36 Universitas Sumatera Utara A. Sejarah Gerakan Perlindungan Konsumen di Luar Negeri Perkembangan hukum konsumen di dunia berawal dari adanya gerakan perlindungan konsumen pada abad ke-19, dimana hal ini ditandai dengan munculnya gerakan perlndungan konsumen consumers movement yang terjadi di America Serikat. Negara Amerika Serikat merupakan suatu negara yang sangat banyak memberikan sumbangan dalam masalah perlindungan konsumen. Secara historis ada tiga fase atau gelombang gerakan perlindungan konsumen. Gelombang pertama, yaitu diawal abad ke-19. Di New York pada tahun 1891 terbentuk Liga Konsumen yang pertama kali di dunia, Kemudian pada tahun 1898 di tingkat nasional The National Consumer’s Leangue. Organisasi i ini kemudian tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga pada tahun 1903 Liga Konsumen Nasional di Amerika Serikat telah berkembang menjadi 64 cabang yang meliputi 20 negara bagian. 13 13 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 13 Pada tahun 1906 lahirlah undang-undang tentang perlindungan konsumen dan undang-undang ini sangat mempengaruhi perkembangan berikutnya, yaitu The Meat Inspection Act dan The Food and Drugs Act pada tahun 1937, undan-undang ini diamandemen menjadi The Food and Drugs, hal dikarenakan adanya tragedi Elixir Sulfanilamide dimana tragedi ini menewaskan 93 konsumen di Amerika Serikat. Universitas Sumatera Utara Gelombang yang kedua yaitu pada tahun 1914. Pada tahun ini, terbentuklah sebuah komisi yang bergerak dibidang perlindungan konsumen, atau disebut dengan FTC Federal Trade Comission. Pada waktu itu, keberadaan program pendidikan konsumen dirasakan perlu sekali untuk menumbuhkan kesadaran kritis bagi masyarakat konsumen. Selanutnya, pada tahun 1930-an mulai dipikirkan urgensi dari pendidikan konsumen. Mulailah penulisan buku-buku tentang konsumen dan perlindungan konsumen dengan dilengkapi riset-riset yang mendukungnya. Gelombang ketiga terjadi pada tahun 1960-an, yang melahirkan era hukum perlindungan konsumen dengan lahirnya suatu cabang hukum baru, yaitu hukum konsumen consumer law. 14 14 Happy Susanto, Op. Cit, hal. 6 Jika kita lihat, sejarah perlindungan konsumen berawal dari kondisi yang terjadi di Amerika Serikat. Perlindungan ha-hak konsumen ini dapat berjalan seiring dengan perkembangan demokrasi yang ada dalam suatu negara. Dalam suatu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, hak-hak daripada warga negara, termasuk hak- hak dari masyarakat konsumen harus dihormati dan juga harus dilindungi. Antara produsen dengan konsumen mempunyai posisi yang seimbang dikarnakan keduanya dimata hukum adalah sama. B. Gerakan Perlindungan Konsumen di Indonesia Universitas Sumatera Utara Jika melihat kemajuan perkembangan gerakan perlindungan konsumen di Amerika Serikat, tentu kita bertanya tentang bagaimana dengan sejarah awal mula munculnya gagasan hukum konsumen dan beridirinya gerakan-gerakan perlindungan konsumen di Indonesia? Masalah perlindungan konsumen di Indonesia terjadi pada tahun 1970-an. Hal ini ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI pada bulan Mei 1973. Pada waktu itu, gagasan perlindungan konsumen disampaikan secara luas kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian, pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen. YLKI ini merupakan salah lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat LPKSM pertama muncul di Indonesia. Adapun tujuan didirikannya lembaga ini ialah untuk melindungi hak-hak masyarakat konsumen dari peredaran barang-barang yang dibawah standar dan dapat menyebabkan kerugian kepada konsumen. Di samping itu, YLKI juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kiritis kepada konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga konsumen dapat melindungi dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Keberadaan YLKI ini sangat membantu dalam upaya peningkatan kesadaran atas hak-hak konsumen. Lembaga ini tidak sekedar melakukan penelitian atau Universitas Sumatera Utara pengujian, penerbitan, dan menerima pengaduan, tetapi sekaligus juga mengadakan upaya advokasi langsung melalui jalur pengadilan. 15 Sebenarnya, kalau kita melihat kebelakang dimana awal mula berdirinya YLKI ini karna bentuk keprihatinan sekelompok masyarakat pada saat itu yang melihat perkembangan masyarakat Indonesia yang lebih menyukai produk-produk dari luar negeri dibandingkan dengan produk dalam negeri. Munculnya YLKI tidak lepas dari kampanye “cinta produk dalam negeri” yang saat itu krisis terhadap barangjasa yang tidak aman atau tidak bagus untuk dikonsumsi. Adapun upaya pertama YLKI ialah mendesak produsen susu kental manis untuk mencantumkan label “Tidak Cocok Untuk Bayi” dalam kemasan susu kental manis, dikarnakan susu tersebut lebih banyak mengandung gula daripada susu. Selama ini praktek yang terjadi dilapangan dimana upaya hukum yang dilakukan oleh konsumen untuk menggugat produsen, baik yang berbentuk swasta maupun pemerintah, tidak banyak membuahkan hasil yang positif kepada konsumen. 16 Sejak dekade 1980-an, upaya untuk mewujudkan sebuah peraturan perundang-udangan tentang perlindungan konsumen sangatlah sulit. Dimana langkah tersebut mendapat rintangan yang begitu besar dikarnakan pihak pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR tidak memiliki greget yang begitu besar untuk mewujudkannya, hal ini dapat kita lihat dimana pengesahan Rancangan Undang. 15 Shidarta, Op. Cit, hal. 51 16 Happy Susanto, Op. Cit, hal. 10 Universitas Sumatera Utara Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen RUUPK itu bisa diterima pada masa pemerintahan Bj Habibie, yaitu pada tanggal 20 April 1999. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi semua gerakan-gerakan yang menyuarakan perlindungan konsumen dan khususnya bagi para masyarakat konsumen, dikarnakan melalui RUUPK tersebut jaminan atas perlindungan hak-hak konsumen di Indonesia diharapkan dapat terpenuhi dengan baik. Seiring perkembangan waktu, gerakan-gerakan konsumen banyak tumbuh dan berkembang di Tanah Air. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat LPSKM, sebagai lembaga yang bertugas untuk melindungi hak-hak konsumen, menjamur dimana-mana. Perkembangan tersebut patut disambut secara positif. 17 17 Ibid hal. 11

B. PENGERTIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 11

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 1

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 15

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 35

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan) Chapter III V

0 0 56

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 3