manusia mengeaskan eksistensinya sebagai mahluk sosial.
12
Menurut Omoto dan Snyder ciri-ciri relawan adalah: 1.
Selalu mencari kesempatan untuk membantu dalam waktu yang relatif lama.
2. Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama.
3. Memberikan personal cost yang tinggi waktu, tenaga, uang dan
sebagainya. 4.
Tingkah laku yang dilakukan relawan adalah bukan keharusan. 5.
Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu.
13
Michel E Sheer menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang ingin menjadi relawan ialah terjalinya komunikasi yang harmonis
dalam organisasi, jadwal kerja yang sesuai dengan tugas kerja yang menarik, kontribusi nyata relawan tehadap masyarakat, pelatihan dan
dukungan emosional, dan kebersamaan kelompok.
14
Volunteer dapat dikatakan seseorang yang mau menyediakan waktu dan tenaganya untuk mencapai tujuan sebuah organisasi, tanpa dibayar.
Biasanya saat baru bergabung dengan sebuah organisasi, volunteer dalam bidang tertentu dibekali pelatihan, agar bisa menjadi tenaga professional.
Sikap seorang volunteer harus bisa punya rasa memiliki dan loyalitas tinggi, selain kontribusi dan dedikasi. Semua itu harus dilakukan dengan
12
Ugi,RelawanHambaTuhanYangBaik, http:actforhumanity.or.idberitadetail175Relawan.Hamba.Tuhan.Terbaik
. Data diakses pada 15 maret 2016
13
Tuti Alawiah, Hubungan Antara Persepsi Musiah Dengan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang Pernah Menjadi Relawan, 2007, h. 40
14
Michael E Sheer, The Five Factors, Why Pepole Still Volunteering Social Work With Volnteer, 2008, h. 23-25
penuh keikhlasan dan tanpa mengharapkan pamrih tidak ada motif lain selain ingin membantu. Menjadi Volunteer harus kaya ide, menjadi inspirasi
dan dapat menularkan sikap positif serta pengaruh yang bisa menggerakan orang-orang disekitarnya untuk mau bergerak dan mencapai sesuatu yang
baik.
C. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah interaksi sosial dengan tujuan untuk memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain dengan tujuan
memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal.
15
Komunikasi persuasif menurut Dedy Iriantara adalah komunikasi yang bersifat memengaruhi tindakan, perilaku, pikiran dan pendapat tanpa
dengan cara paksaan baik itu fisik, atau nonfisik. Menurutnya dalam melakukan komunikasi persuasif, argument komunikator haruslah argument
yang masuk akal atau rasional, sehingga dapat meyakinkan lawan bicaranya atau komunikan, sehingga komunikan akhirnya mau berprilaku seperti apa
yang diinginkan komunikator.
16
Komunikasi persuasif sebagai suatu proses, yakni proses memengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain, baik secara verbal
maupun nonverbal. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang terus-menerus dalam konteks
waktu, setiap pelaksanaan atau perlakuan secara terus-menerus.
15
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h.1.4
16
Dedy Djamalludin, dkk, Komunikasi persuasif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, h. 243
Nothstine menjelaskan bahwa komunikasi persuasif bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan
mau mengubah sikap, pendapat dan perilakunya.
17
Komunikasi dilakukan karena adanya suatu tujuan, tujuan komunikasi persuasif adalah untuk memengaruhi sikap, pendapat, dan periaku audiens.
Aspek mana yang akan kita pilih dalam komunikasi persuasif tersebut,
apakah untuk mengubah sikap, pendapat, ataukah perilaku seseorang.
18
Komunikasi persuasif merupakan kajian khusus dari ilmu komunikasi yang menekankan aspek tujuan. Tujuan komunikasi persuasif, sebagaimana
dinyatakan oleh simons 1976 adalah untuk memengaruhi sikap, nilai-nilai, pendapat dan perilaku seseorang.
Dengan demikian, ruang lingkup kajian komunikasi persuasif meliputi:
1. Sumber, yakni persuader
2. Pesan, yang dikemas secara sengaja untuk memengaruhi.
3. Saluran media.
4. Penerima, yakni orang yang akan dipengaruhi persuader
5. Efek, yakni adanya perubahan sikap, nilai-nilai, pendapat dan perilaku.
6. Umpan balik.
7. Konteks situasional.
19
Hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi persuasif adalah untuk merubah sikap attitude dan perilaku behavior. Sikap adalah
17
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.27
18
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.27
19
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif , h. 1.29-1.30
kecenderungan bertindak, berpersepsi, kemarahannya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kehawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari dalam hati. D.
Hemat Energi
Hemat energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan
penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi
konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai
lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan
melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan
penghemaan energi. Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan
energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi
akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi.
Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi.
Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi merupakan
bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat
diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi
kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.
20
20
http:www.kompasiana.commonicpentingnya-menghemat-energi- kenapa_54f99110a3331123668b4998
diakses pada tanggal 10 agustus 2015.