antara perusuader dan persuadee yang searah sehingga dalam mempersuasif masyarakat untuk mengikuti program penghematan
energi akan mudah. Karena tingkat emosional yang muncul pada saat komunikasi personal yang dilakukan menjadi indikator dalam
mempersuasif masyarakat. Selain dalam konteks hubungan emosional yang memengaruhi
antara volunteer dan masyarakat perlu juga suatu unsur kepercayaan antara satu sama yang lain. Pentingnya komunikasi secara continue
dan menjalin hubungan secara kognitif dengan tujuan utama memang untuk mengampanyekan penghematan energi tetapi di samping itu
juga akan menimbulkan rasa percaya antara satu sama lain dengan volunteer, masyarakat dengan memanfaatkan akan situasi komunikasi
secara langsung tidak formal dilakukan secara rutin sehingga menjadikan volunteer mudah untuk mempersuasi masyarakat untuk
mengikuti program penghematan energi yang dilakukan oleh Earth Hour dengan situasi yang mendukung.
Komunikasi secara continue itu dilakukan oleh volunteer dengan cara melakukan kegiatan yang menjadi agenda rutin mereka. Dalam
hal ini, program-program yang sudah berada pada program kerja yang dirapatkan oleh pada pengurus Earth Hour. Seperti yang dilakukan
dengan mengedukasi anak sekolah. “Untuk pendekatan-pendekatan khusus kita lakukan dengan
mengadakan kampanye di sekolah, mengapa? Karena dilingkungan sekolah mereka lebih antusias dan para murid
lebih cepat menangkap edukasi yang kita berikan, dan kita juga
melibatkan orang-orang penting untuk mendukung aksi kita seperti walikota dan tokoh-tokoh masyarakat.”
1
Jika kita melihat hal tersebut, ada penagruh lingkungan. Di sini adalah lingkungan sekolah yang sangat berpengaruh terhadap anak-
anak yang membuatnya mengingat hal itu hingga mereka besar nanti. Penanaman pengetahuan sejak dini dengan melakukan edukasi ini
merupakan salah satu strategi ungulan yang dilakukan oleh volunteer. Baginya edukasi yang dilakukan di sekolah tentunya melibatkan Key
Opinion Leader KOL. KOL yang digunakan oleh para volunteer adalah mereka yang menjadi tokoh masyarakat juga walikota.
Hal tersebut tentunya akan sangat membekas bagi anak sekolah, bahkan jika sudah mengatakan tokoh masyarakat setempat, maka
pengaruhnya bukan lagi kepada anak sekolah, namun masyarakat secara general juga ikut mengambil bagian dengan turut berpartisipasi
menghemat energi, karena mereka melihat pemimpinnya langsung yang membertahu atau mengedukasi mereka.
Strategi semacam ini menjadi bagian penting, karena di sini lah aspek emosional masyarakat diuji, dilatih serta dipengaruhi. Jika
sudah menyentuh aspek emosional ini, maka perjalanan pelaksanaan Earth Hour untuk kampanye penghematan energi bukan hal yang sulit
lagi. Penguatan strategi yang dilakukan untuk ini adalah kepada siapa Earth Hour meminta bantuan yang memiliki otoritas atau charisma
tinggi.
1
Wawancara Afan Arisga, Divisi Pemerintahan, pada 19 Mei 2016.
Berbicara mengenai kharisma, dalam kajian sosiologi kharisma adalah konsep yang mulai digunakan secara luas. Sering kali kharisma
dimaknai sesuatu dengan kualitas luar biasa yang ada pada seseorang. Weber tidak berpatokan kepada bahwa pemimpin kharismatik dapat
memiliki ciri menonjol, namun kharismanya lebih tergantung pada kelompok pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan kharisma.
Jika para pengikut mendefinisikan pemimpin mereka sebagai seseorang yang berkharisma, maka dia cenderung sebagai pemimpin
kharismatik, bisa saja seseorang tersebut biasa saja.
2
Kemampuan yang luar biasa tersebut yang dimanfaatkan oleh para volunteer demi menggapai masyarakat secara emosional untuk
merubah pola hidup mereka agar lebih memerhatikan penghematan energi. Dengan begitu, perilaku yang ditirukan oleh para KOL bisa
menjadi bagian dari perilaku masyarakat dalam kesehariannya. Definisi dari strategi Psikodinamika yaitu, strategi persuasi
Psikodinamika dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kongnitif. Salah satu asumsi dasarnya bahwa faktor-faktor kongnitif berpengaruh
besar pada perilaku manusia. Esensinya bahwa pesan yang efektif mampu mengubah fungsi psikologis individu dengan berbagai cara, di
mana sasaran akan merespons secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan persuader.
Strategi ini dapat digunakan oleh para volunteer Earth Hour
2
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, penerjemah Nurhadi Bantul: Kreasi Wacana, 2008, h. 145.
Tangerang dalam mengajak masyrakat untuk berhemat energi dengan cara memengaruhi masyrakat menggunakan pesan yang efektif
melalui persuasi faktor emosional dan kongnitif, sehingga masyarakat dapat merespons secara terbuka dengan berbagai bentuk perilaku yang
diinginkan oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang yaitu hemat energi.
Strategi persuasi Sosiokultural bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dirinya. Esensi strategi ini bahwa
pesan harus ditentukan dalam keadaan konsensus bersama. Strategi ini lebih banyak digunakan dalam promosi komersial
dan untuk merancang strategi yang efektif bagi penjualan barang- barang, Volunteer Earth Hour Tangerang meggunakan strategi ini
karena sesuai dengan visi misi Earth Hour Tangerang dalam mempersuasi masyarakat untuk perilaku hemat energi.
Strategi persuasi The Meaning Contruction mengasumsikan bahwa pengetahuan dapat membentuk perilaku. Strategi ini dicirikan
oleh belajar berbuat learn-do, strategi ini menjelaskan bagaimana manusia belajar dan berbuat untuk sebuah perubahan, pengetahuan
yang dialami dari pengalaman dapat mempengaruhi perilaku, strategi ini digunakan oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang karena
strategi ini lebih mengedepankan periklanan untuk mempersuasi masyarakat.
Strategi komunikasi persuasif yang diterapkan Volunteer Earth
Hour Tangerang adalah dengan pendekatan strategi komunikasi persuasif Psikodinamika, Sosiokultural dan The Meaning Contruction.
Komunikasi Persuasif psikodinamika mengajak masyarakat dalam hemat energi dengan pendekatan strategi komunikasi persuasif
Psikodinamika merupakan strategi komunikasi persuasif yang digunakan Volunteer Earth Hour Tangerang sebagai upaya mengajak
dan memengaruhi seluruh masyarakat kota Tangerang untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan hemat energi,
pesan-pesan positif dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sekarang dan masa
yang akan datang, sehingga lingkungan hidup, dan alam sekitar tetap terjaga dengan cara meyayangi bumi serta melestarikannya.
Strategi komunikasi persuasif Psikodinamika dan strategi komunikasi persuasif lainnya seperti Sosiokultural dan The Meaning
Contruction merupakan strategi komunikasi persuasif yang pas dengan volunteer Earth Hour Tangerang, karena dalam strategi
komuikasi persuasif sosiokultural banyak digunakan dalam promosi produk komersial dengan cara melalui kesamaan situasi pengendalian
pendanaan, oleh karena itu dalam strategi ini sering kali pengertian tentang kultur, pengharapan sosial, serta semua komponen organisasi
sosial ditetapkan sebagai dasar konseptual untuk merancang strategi yang efektif bagi penjualan barang-barang, begitu juga dengan strategi
komunikasi persuasif The Meaning Contruction, bahwa pengetahuan
dapat memengaruhi perilaku, apa yang luput merupakan elaborasi asumsi tentang prediposisi dan proses internal, seperti perubahan
sikap, disonasi kongnitif atau kejadian sosial yang rumit dan pengharapan sosial. Strategi ini dicirikan oleh belajar-berbuat seperti
dilawankan dengan belajar-merasa-berbuat dan pendekatan belajar penyesuaian diri. Sedangkan strategi komunikasi persuasif
Psikodinamika dipusatkan faktor emosional dan faktor kongnitif, dan tidak untuk mengubah faktor biologis seperti tinggi badan, berat
badan, ras dan lain sebagainya dengan pesan persuasif, hal yang mungkin adalah menggunakan pesan persuasi untuk pernyataan
emosional, seperti marah dan takut. Volunteer Earth Hour Tangerang dalam mengajak masyarakat kota Tangerang untuk hemat energi
menggunakan pesan persuasif strategi Psikodinamika melalui program-program kegiatan Earth Hour Tangerang yang sudah
dikemas dengan cara menarik sehingga masyarakat kota Tangerang tertarik dan berperan aktif dalam perilaku hemat energi.
Jenis strategi komunikasi persuasif yang diterapkan Volunteer Earth Hour Tangerang melalui pendekatan strategi Psikodinamika
dengan menggunakan jenis program kegiatan yaitu seperti Selebrasi Switch Off, Rampok Plastik dan lain sebagainya. Program kegiatan
Earth Hour Tangerang merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan konten seperti, profil Earth Hour Tangerang,
dampak dari pemborosan energi serta manfaat hemat energi.
Volunteer Earth Hour Tangerang dalam memilih program kegiatan sebagai jenis media publikasi yang digunakan, karena dalam
sebuah kegiatan dapat mengetahui situasi dan kondisi masyarakat modern ini, dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat kota
Tangerang dalam turut serta berperan aktif untuk hemat energi sehingga pesan persuasi yang dilakukan oleh para Volunteer Earth
Hour Tangerang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat kota Tangerang lalu mengubah sikap ke dalam hemat energi untuk
aktivitasnya sehari-hari. Volunteer Earth Hour Tangerang mengajak masyarakat dalam
hemat energi dengan pendekatan strategi Psikodinamika menggunakan bentuk kegiatan yang sudah dikemas dengan menarik
oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang, ada beberapa program kegiatan yang dilakukan Volunteer Earth Hour Tangerang dalam
mempersuasi masyarakat kota Tangerang untuk hemat energi. Aktivitas sehari-hari volunteer Earth Hour Tangerang sungguh
sangat cekatan dalam meningkatkan kualitas kinerja khususnya mengajak masyarakat untuk hemat energi. Volunteer Earth Hour
memiliki tekad yang kuat serta optimis membangun rasa percaya diri bahwa “hari ini lebih baik dari hari kemarin atau hari esok harus lebih
baik dari hari hari ini”. Earth Hour Tangerang juga mempunyai motto yaitu “Ini Aksiku Mana Aksimu” dengan arti masyarakat berperan
aktif dalam melakukan hemat energi.
Strategi Psikodinamika didasari oleh asumsi bahwa ciri-ciri biologis manusia itu merupakan hal yang diwariskan, terdapat
sekumpulan faktor lain yang bersifat mendasari bagian dari biologis dan merupakan hasil belajar, seperti pernyataan dan kondisi emosioal,
terdapat sekumpulan faktor yang diperoleh atau dipelajari yang membentuk struktur kongnitif individu.
Strategi yang digunakan volunteer Earth Hour Tangerang dalam mempersuasi masyarakat untuk hemat energi di kota Tangerang,
dengan ciri-ciri biologis manusia yang merupakan hal yang diwariskan sejak lahir tidak dapat diubah, karena hal yang biologis
seperti tinggi badan dan warna kulit merupakan warisan dari biologis manusia, strategi ini lebih menyarankan kepada emosional dan
kongnitif yang dapat dipengaruhi untuk merubah dari pemborosan energi ke dalam hemat energi.
Strategi komunikasi persuasif yang dilakukan para volunteer Earth Hour berupa mengajak masyarakat untuk hemat energi dengan
cara mempersuasi masyarakat agar sadar dengan hemat energi, dengan mengajak masyarakat dan melibatkan masyarakat pada kegiatan-
kegiatan yang telah dikemas secara menarik oleh para Volunteer Earth Hour Tangerang. Volunteer Earth Hour Tangerang menggunakan
media sosial dan program-program yang dibuat dari hasil indentifikasi dan analisis yang telah dilakukan Earth Hour Tangerang pada
kebiasaan masyarakat kota Tangerang yang lebih berkecendeungan
pemborosan energi. Mempersuasi masyarakat untuk hemat energi kepada
masyarakat dan memberikan contoh kepada masyrakat untuk berhemat energi maka akan timbul kesadaran masyarakat prilaku
hemat energi. Seperti yang dikatakan oleh Volunteer Earth Hour Tangerang dalam sesi wawancara.
“Dengan mengajak masyarakat mulai dari lingkungan anak-anak sekolah kita lakukan school campaign di sekolah-sekolah
mereka kita ajak mereka untuk berhemat energi kita jelaskan bagaimana pentingnya hemat energi, dan terjun langsung ke
masyarakat ketika kegiatan Car Free Day kita coba rangkul masyarakat kita libatkan masyarakat lewat kegiatan-kegiatan
kita agar masyarakat dapat mengerti , itu cara kita mengkomunikasikan bagaimana kampanye hemat energi itu
penting untuk masyarakat kota Tangerang.”
3
Hal ini dapat kita gambarkan bahwa Volunteer Earth Hour bekerja keras dalam memengaruhi masyrakat untuk hidup sehat dalam
menghemat energi. Dengan mengajak masyarakat mulai dari lingkungan pelajar disekolah dengan kegiatan school campaign dan
lingkungan masyarakat pada kegiatan Car Free Day. Bertujuan untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dengan kegiatan Earth Hour
Tangerang agar masyrakat dapat mengerti, dan memahami bahwa energi itu penting untuk kehidupan masa kini dan selanjutnya.
Kampanye hemat energi yang dilakukan para volunteer Earth Hour Tangerang pada masyrakat kota Tangerang, cenderung dengan
kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatian masyarakat dengan
3
Wawancara Yoga Mulya Darmawan, Wakil Koordinator Kota Tangerang, pada 20 september 2015.
cara mengemas pesan persuasi yang menarik agar masyarakat mendapatkan dampak dari kegiatan Earth Hour Tangerang.
2. Strategi Persuasi Sosiokultural
Strategi persuasif sosiokultural menjelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dari individu. Ini merupakan
salah satu strategi yang digunakan volunteer di dalam meningkatkan jumlah masyarakat yang lebih memerhatikan pola perilaku hemat
energi. Perilaku dari masyarakat dipengaruhi faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan
sesama teman maupun lingkungan kerja. Faktor lingkungan seperti ini harus dapat diperhatikan volunteer sebelum mempersuasif masyarakat
yang menjadi targetnya tersebut. Strategi ini dapat dikatakan referensi, di mana biasanya volunteer mendapatkan referensi dari teman maupun
keluarganya. Faktor lingkungan memang sangat membantu volunteer untuk
merubah perilaku masyarakat, karena rata-rata volunteer pasti mendekati orang-orang yang memang dikenal. Seseorang dalam
kategori ini pasti akan lebih mudah dipersuasif selain itu kepercayaan telah ada di dalam hubungan keluarga ataupun teman. Kepercayaan
merupakan produk yang dihasilkan di antara kedua pelaku dalam suatu pertukaran dengan lebih memperdulikan biaya dan manfaat dari
perilaku tertentu sebagaimana diatur dalam kontrak.
4
Dengan adanya
4
Rajeev Bhattacharya, Timothy M Devinney, Madan M Pillutla, “A Formal Model of Trust Based on Outcomes,” Academy of Management. The Academy of Management Review vol. 3, no.
kepercayaan antara dua pelaku akan mempermudah dalam mempersuasif seseorang untuk mengikuti apa yang diinginkan.
Asumsi pokok dari strategi persuasi sosiokultural nahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar dirinya. Esensi
strategi ini bahwa pesan harus ditentukan dalam keadaan konsensus bersama.
5
Dalam hal ini mpara volunteer diminta untuk mendekati sebanyak mungkin keluarga serta teman-temannya. Mereka akan
mengajak secara personal teman atau keluarganya itu untuk sadar akan penghematan energi sehingga menghasilkan perilaku masyarakat yang
ramah lingkungan. Strategi yang seperti ini dinilai cukup efektif untuk merubah kebiasaan masyarakat tersebut.
“Setelah upaya-upaya yang kita lakukan mulai ada perubahan pada lifestyle masyarakat walaupun hanya 25, salah satu
contoh masyarakat menggunakan tote bag dan reusable bag dalam berbelanja.”
6
Upaya yang dilakukan dengan menghadirkan volunteer sebagai orang yang sudah sadar akan lingkungannya yang mulai rusak,
ternyata cukup berpengaruh untuk merubah kebiasaan masayarakat tersebut. Di sini kedekatan secara emosional dapat menjadikan
perubahan pola masyarakat begitu mengalir. Strategi persuasi semacam ini menjadi contoh yang paling ideal dan efektif dilakukan
oleh siapapun untuk tujuan memengaruhi dan merubah hal lama ke hal baru, di sini berarti pola hidup yang tidak sadar akan penghematan
23 Jul 1998: h. 12.
5
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 8.31-8.36.
6
Wawancara Afan Arisga, Divisi Pemerintahan, pada 19 Mei 2016.
energi menjadi sadar akan energi yang selama ini terbuang begitu saja dan merusak alam.
Dalam kaitannya dengan otoritas, teman memiliki otoritas persuasif yang biasanya dituruti oleh temannya karena kedekatan
emosional. Otoritas persuasif tidak mesti melibatkan penyerahan keputusan secara total atau penyerahan otonomi tanpa syarat, artinya
seseorang yang dekat seperti teman bukanlah dipaksa untuk menuruti. Pada kenyataannya, penyerahan keputusan dan otonomi secara total
sering kali berubah menjadi bentuk otoritas koersif. Dalam batas minimal, otoritas persuasif melibatkan penggunaan pengaruh dan
kekuasaan normatif atas seseorang. Otoritas persuasif memengaruhi orang lain untuk percaya, bertindak dengan cara membujuk mereka
bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang sudah seharusnya. Dia memengaruhi orang lain untuk percaya bahwa bertindak sesuai
dengan arahan tertentu sejalan dengan rasa tanggung jawab pribadi mereka.
7
Pada umumnya, seseorang mempunyai beragam alasan dalam melakukan atau tidak melakukan sebuah perbuatan. Kecuali
karena alasan khusus, orang tidak akan mempunyai alasan tertentu untuk memilih sebuah alasan dan tidak menggunakan alasan lainnya.
Dengan kata lain, terdapat motif yang berbeda, dan sering kali saling bertentangan, pada diri seseorang ketika dia melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
7
Khaled Abou El Fadl, Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authority, and Women Oxford: Oneworld Publications, 2003, h. 19.
Dengan kata lain, otoritas persuasif merupakan kemampuan untuk mengarahkan keyakinan dan perilaku orang lain atas dasar
kepercayaan. Karena itu, otoritas persuasif melibatkan kekuasaan yang bersifat normatif yang berasal dari dalam diri orang itu. Otoritas jenis
ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan seseorang, kharisma dan sejenisnya.
Hingga pengaruh ini menjadikan tujuan Earth Hour itu sendiri tercapai. Penggunaan otoritas atas kepercayaan menjadikan strategi
persuasif macam ini juga berpengaruh kepada budaya yang dilakukan oleh ibu-ibu sebagai keluarga salah satu volunteer untuk lebih
memerhatikan perilaku hemat energi. “Dengan adanya pendekatan budaya yang dilakukan Earth Hour,
maka dampak atau hasil yang ditimbulkan seperti banyak ibu-ibu sekarang yang sudah berbelanja membawa tas dari rumah.”
8
3. Startegi The Meaning Construction
Strategi ini berawal dari konsep di mana hubungan antara pengetahuan dan perilaku dapat dicapai sejauh apa yang dapat diingat.
Volunteer berupaya memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai suatu hal kepada masyarakat yang dipersuasif. Selain itu dengan
adanya pengetahuan yang diterima orang yang dipersuasif melalui lingkungan sekitar maupun berita-berita yang beredar menimbulkan
suatu pemahaman di benak masyarakat inilah harus diikuti, tentunya yang diinginkan oleh persuader volunteer.
Pada strategi ini persuader berupaya memanipulasi suatu makna,
8
Wawancara Afan Arisga, Divisi Pemerintahan, pada 19 Mei 2016.
untuk lebih dapat memberikan pengertian yang mudah dimengerti dan dipahami orang yang dipersuasi. Persuader memberikan
perumpamaan-perumpamaan terhadap suatu makna tanpa mengurangi arti dari pengertian itu sendiri. Atau dengan kata lain, volunteer
mengedukasi dengan cara yang sederhana. “Tujuan dari kampanye-kampanye yang kita lakukan bukan
hanya meningkatkan tentang kondisi bumi, ancaman-ancaman dan konsukuensinya tapi kita juga mengajak masyrakat untuk
menghemat energi dengan memberi pengetahuan lebih dan contoh-contoh kecil seperti mematikan lampu ketika tidak
diperlukan dll.”
9
Kelemahan pada asuransi Earth Hour, adalah kurangnya dalam mengiklankan atau mengkampanyekan melalui media massa. Karena
sesuai prinsip institusi yang menginginkan mengeluarkan modal sedikit dengan mendapatkan keuntungan yang banyak, dalam hal ini
adalah keuntungan secara lingkungan. Sehingga wajar sekali masyarakat kurang mengenal Earth Hour, khususnya masyarakat yang
memiliki umur di atas 30 tahun. Fenomena yang terjadi di masyarakat umumnya tidak mengenal Earth Hour yang sebenarnya. Mayarakat
yang umumnya begitu mengenal Earth Hour adalah kalangan remaja dan aktif di media sosial. Karena Earth Hour juga menyuarakan
tentang penghematan energi melalui media sosialnya. Media sosial untuk kalangan umur 30 ke atas bukanlah hal yang
populer, sehingga pengenalan seperti ini kurang bisa diandalkan. Namun untuk membentuk persepsi masyarakat yang berada di umur
9
Wawancara Afan Arisga, Divisi Pemerintahan, pada 19 Mei 2016.
30 ke atas mau tidak mau adalah kampanye secara langsung. Karena hanya dengan kampanye langsung, segmen umur 30 ke atas yang
seperti ini bisa diraih oleh volunteer Earth Hour. “Setelah strategi persuasi yang kami lakukan dengan berbagai
macam jenis kampanye untuk menghemat energi, yang kami sampaikan bahwa pengetahuan masyrakat tentang kondisi bumi
kita sekarang dan bagaimana cara mengemat energi sangat kurang, seperti contoh kecil, yaitu penggunaan sampah plastik
yang masih banyak digunakan oleh masyarakat.”
10
Mereka melakukan kampanye pun dengan mengemukakan fakta yang ada di bumi ini sehingga masyarakat yang dan tak bisa diraih
melalui edukasi di media sosial memiliki pengetahuan yang sama dengan mereka yang melek teknologi, sehingga dapat memengaruhi
masyarakat secara keseluruha, tidak segmented. Strategi ini sudah disusun oleh tim Earth Hour.
Mengingat pentingnya kampanye sebagai sarana persuasi, “campaigns are inherently persuasive communication activities.”
Persuasi secara inheren terkandung dalam kampanye.
11
Dengan demikian setiap tindakan kampannye pada prinsipnya merupakan
tindakan persuasi. Tindakan persuasi mempunyai beberapa karateristik, pertama, persuasi merupakan komunikasi yang bertujuan
atau memiliki kepentingan tertentu pada komunikannya. Kedua, persuasi itu dialektis yaitu terjadi proses timbal balik dimana
komunikator menimbulkan perasaan responsive dari komunikannya.
10
Wawancara Afan Arisga, Divisi Pemerintahan, pada 19 Mei 2016.
11
Rusady Ruslan, Manajemen Public Relatoins Media Komunikasi Jakarta: PT Rajagrafindo, 2008, h. 28.
Yang terakhir tanggapannya, berupa tindakan berbeda dari komunikan setelah menerima pesan persuasif.
12
Selanjutnya adalah kampanye dialogis. Kampanye dialogis dilakukan volunteer Earth Hour dengan turun langsung ke masyarakat
melalui kegiatan kunjungan. Di dalam kunjungan, komunikan, baik itu masyarakat atau komunitas bisa langsung memberikan feedback
kepada program Earth Hour sebagai subjek kampanye berkaitan dengan pesan penghematan energi yang diterimanya. Bahkan, bisa
saja masyarakat atau komunitas sebagai komunikan akan mengubah sikap dan dukungannya ketika mereka mendapat jawaban yang tepat
dari volunteer ketika terjadinya kegiatan komunikasi diantara keduanya. Dalam kegiatan kunjungan pembagiannya terbagi menjadi
tiga yaitu wilayah, komunitas, dan khusus. Dalam kunjungan berdasarkan wilayah volunteer lebih memfokuskan pada wilayah-
wilayah yang bukan menjadi basis massanya. Dalam melakukan kunjungan berbasis wilayah, volunteer melakukannya dengan cara
berjalan-jalan ke daerah tersebut sambil berdialog dengan warga sekitar mengenai permasalahan lingkungan yang terjadi di daerah
mereka sambil menyampaikan visi misi dan program Earth Hour. Untuk pembagian jenis kunjungan berdasarkan komunitas, cara yang
dilakukan hampir sama dengan kunjungan berdasarkan wilayah dengan turun ke target sasaran dengan menangkap aspirasi dan
12
D Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media Bandung: P.T. Remaja, 2006, h. 119-120.
menyampaikan pesan penghematan energi. Yang berbeda adalah cara pelaksanaannya, di mana dalam kunjungan komunitas ini volunteer
langsung mendatangi acara atau tempat komunitas tersebut dan cenderung lebih menyampaikan pesan yang menginspirasi agar
komunitas tersebut dan menampung segala harapan komunitas tersebut dan mengajak mereka juga ikut menyuarakan kepada massa
mereka masing-masing. Sedangkan kunjungan khusus lebih kepada undangan di mana apa yang dilakukan dan disampaikan baik
volunteer maupun pengurus sesuai konteks acara yang membuat acara tersebut. Dalam kegiatan kunjungan kegiatan berbasis wilayah
ataupun komunitas, strategi volunteer untuk mendekatkan diri untuk mendapatkan dukungan tidak hanya dilakukan dengan berinteraksi
langsung dengan target sasarannya. Volunteer juga selalu menarik dukungan tokoh masyarakat atau ketua komunitas yang didatangi.
Adanya keberadaaan opinion leader ini sebagai penegasan dukungan atau minimal penerimaan kampanye di wilayah atau komunitas
tertentu. Selain itu, volunteer juga selalu memberikan souvenir saat melakukan kunjungan. Pemberian souvenir ini secara tidak langsung
berguna untuk menarik simpati dan membentuk opini positif tentang sosok Earth Hour dengan segala program-programnya.
Peneliti melihat kunjungan berbasis wilayah yang dilakukan volunteer Earth Hour merupakan tren bentuk kampanye yang
dilakukan di Indonesia saat ini. Cara kampanye dengan yang sering
disebut dengan “blusukan” merupakan hal wajib bagi setiap tokoh politik yang ingin maju pada ajang pemilihan seperti pilkada ataupun
pemilu yang diadopsi oleh volunteer Earth Hour. Tren ini mulai marak ketika muncul fenomena Jokowi pada pilgub DKI Jakarta yang
sering turun ke bawah dan berkomunikasi dengan masyarakat dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami masyarakat. Cara kampanye
Jokowi ini juga menguatkan bahwa masyarakat tidak lagi menilai jarak kekuasaan yang lebar sebagai budaya pas dengan situasi
kekinian. Earth Hour dan tim volunteer-nya melakukan kunjungan ke masyarakat dengan tujuan yang sama dengan cara yang dilakukan
oleh Jokowi di Pilgub DKI Jakarta. Volunteer berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat kota Tangerang. Dalam mendekatkan diri
dengan masyarakat volunteer juga menjaring informasi terkait masalah lingkungan yang terjadi di Kota Tangerang dan
menyampaikan pesan penghematan energi. Bentuk kampanye turun langsung ke masyarakat memang bernilai dari berbagai sisi. Hal itu
dikarenakan masyarakat akan memberikan respon dan penghormatan lebih besar kepada tokoh yang mendatangi mereka.
Selain itu, volunteer melakukan kampanye Door to Door. Earth Hour dan tim volunteer-nya melakukan kampanye door to door
melalui kegiatan kanvasing dan upgrade. Hal itu terlihat dari pelaksanaan kedua kegiatan kampanye tersebut. Kanvasing dilakukan
dengan cara menyebarkan leaflet yang berisi pesan-pesan ajakan
penghematan energi ke rumah-rumah di Kota Tangerang sebanyak mungkin. Untuk mengefektifkan penyebaran leaflet dalam kanvasing,
volunteer Earth Hour melakukannya sendiri. Dalam kampanye, penerimaan komunikan terhadap sebuah pesan bergantung pada
kredibilitas sumber. Salah satu aspek yang mempengaruhi kredibilitas sumber adalah daya tarik attractiveness. Daya tarik sumber
merupakan variabel yang paling banyak dimanfaatkan dalam mengefektifkan pesan-pesan yang disampaikan.
13
Karateristik volunteer yang merupakan seseorang berpenampilan menarik dan
cantik merupakan salah satu cara tim volunteer Earth Hour dalam mengoptimalkan kanvasing. Hal ini dikarenakan orang yang
mempunyai daya tarik fisik yang tinggi di mata masyarakat akan lebih mendapat perhatian, lebih diterima, dan mendapat respon yang positif
dari pada yang memilik daya tarik fisik rendah. Dengan begitu masyarakat diharapkan tidak akan menolak untuk menerima dan
membaca leaflet yang diberikan oleh volunteer yang berpenampilan cantik dan menarik tanpa perlu berpikir lebih jauh. Setelah
menyebarkan leaflet, upgrade sebagai kegiatan terusan kanvasing turun ke masyarakat dengan cara mendatangi rumah-rumah yang telah
disebar leaflet. Berbeda dengan kanvasing yang lebih condong ke kuantitas persebaran leaflet, upgrade lebih mengarah kepada kualitas
pemahaman orang mengenai penghematan energi. Oleh karena itu
13
A Venus, Manajemen Kampanye Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012, h. 63.
persebaran tim volunteer hanya mendatangi 1 dari 10 rumah yang disebar leaflet. Harapannya agar orang yang didatangi oleh relawan
upgrade paham betul informasi mengenai penghematan energi dan menyebarkan kepada masyarakat di sekitarnya, baik itu keluarga
maupun tetangganya. Dengan harapan agar warga yang didatangi menyebarkan kepada orang di sekitarnya, dalam pelaksanaan upgrade
terdapat konsep word of mouth, di mana terjadi komunikasi personal antara komunikan atau pembeli dengan orang di sekitarnya mengenai
sebuah produk.
14
Dalam upgrade, apa yang disampaikan tersebut adalah visi, misi, dan progam yang ada di dalam leaflet saat
melakukan upgrade. Agar persebaran opini yang disampaikan warga yang diupgrade positif kepada orang di sekitarnya, volunteer sebagai
salah satu juru kampanye Earth Hour harus menjelaskan satu-persatu informasi terkait tentang penghematan energi, apa visi misi Earth
Hour, dan program apa saja yang dilakukan Earth Hour Kota Tangerang secara rinci.
Selain itu, untuk mendekati orang yang melek teknologi mereka memanfaatkan media siber. Keberadaan media siber seperti media
online dapat memudahkan para Volunteer dalam memengaruhi hemat energi, karena media online melampaui pola-pola penyebaran pesan
media tradisional. Sifat media online yang dapat berinteraksi, mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi, dan yang terpenting
14
Kotler, P. Keller, Marketing Management, 14th Edition New Jersey: Prentice Hall, 2012, h. 574.
bisa dilakukan secara real time, beragam jenis-jenis media online diantaranya, situs web site, E-mail, Facebook, twitter, Instagram,
Path. Target sasaran Volunteer Earth Hour Tangerang adalah
pemerintahan, koorporasi, media massa, dan masyrakat. Dengan tujuan berbeda-beda. Pemerintah dituju agar pemerintah berperan aktif
dan pro dalam hemat energi, koorporasi dituju agar mereka sadar agar tidak memakai energi secara berskala besar, media massa dituju agar
merka dapat meliput setiap kegiatan Earth Hour Tangerang dan menyebar luaskan kepada masyrakat, masyrakat dituju agar mereka
tergerak untuk sama-sama berperan aktif dalam hemat energi.
B. Program Kerja Earth Hour Tangerang
Selain itu, program kegiatan volunteer Earth Hour Tangerang dalam mengajak masyarakat untuk hemat energi yang telah dikampanyekan yaitu
seperti School Campaign, Selebrasi Switch Off, Rampok Plastik, Kumbang, fun Tree Planting, Earth Hour Berbagi.
1. Program School Campaign
Program School campaign adalah kampanye pelestarian lingkungan yang dilakukan dengan menyambangi sekolah-sekolah yang
berada di kota Tangerang, tujuannya untuk memberikan edukasi kepada para pelajar megenai isu lingkungan yang terjadi pada lingkungan
sekitar, masyarakat modern, dan pelestarian bumi.
Gambar 4.1. Kegiatan School Campaign volunteer Earth Hour Tangerang
15
School campaign yang dilakukan pada para pelajar merupakan salah satu bentuk kampanye hemat energi, karena pelajar adalah pelita
bangsa, dan penerus bangsa. Target Volunteer Earth Hour Tangerang yaitu ingin menjadikan para pelajar pribadi yang berperliaku hemat
energi dan sikap hemat energi menjadi kebiasaan sehari-hari para pelajar hingga dewasa nanti.
Kegiatan School Campaign adalah sebuah pesan persuasif strategi psikodinamika yang megartikan bahwa sebuah sumber landasan hidup
dalam menjalani aktivitas kehidupan manusia harus dimulai dari usia dini, karena pelajar adalah penerus bangsa maka Volunteer Earth Hour
mulai menumbuhkan sikap hemat energi kepada para pelajar sejak dini, agar perilaku hemat energi akan tumbuh dalam kehidupan sehari-hari
15
Gambar Kegiatan School Campaign, diakses pada 20 Februari 2016 dari https:twitter.comEHTangerang
hingga dewasa nanti, dan akan timbul juga mental yang kuat yang dimiliki para pelajar sehingga mereka konsisiten dalam hemat energi
serta mengajak para pelajar yang lainnya dan masyarakat sekitar untuk merubah sikap dari pemborosan energi menjadi sikap yang positif
dalam berhemat energi.
2. Rampok Plastik
Program Volunteer Earth Hour selanjutnya yaitu rampok plastik, rampok plastik salah satu kegiatan kampanye yang dilakukan pada
masyrakat kota Tangerang, kegiatan ini dilakukan pada mall-mall yang berada di Kota Tangerang, yang disebut dengan mall campaign.
Bertujuan untuk kampanye dampak dari yang ditimbulkan kantong plastik.
Pemakaian bahan kantong plastik tidak baik pada alam sekitar, karena bahan kantong plastik memiliki dampak buruk bagi lingkungan,
limbah plastik mendatangkan bahaya termasuk potensi negatifnya dalam mendegradasi lingkungan. Kantong plastik juga hasil dari produk
daur ulang, dimana bahan yang didaur ulang berasal dari berbagai material yang berbahaya bagi kesehatan. Berbahan plastik juga
membutuhkan waktu yang lama untuk proses penghancurannya, berlandaskan dasar itulah plastik dikatakan berbahaya dan tidak ramah
lingkungan. Mall campaign yang dilakukan oleh Volunteer Earth Hour
Tangerang sangat bermanfaat bagi lingkungan hidup, karena dengan
adanya rampok plastik di mall-mall, maka masyarakat akan beralih dari membawa belanjaan dengan kantong plastik digantikan dengan
reusable bag atau toth bag yang ramah lingkungan, dengan cara merampok plastik dan para pengunjung mall menukarkan dengan
reusable bag, para volunteer membantu untuk memindahkan belanjaan para pengunjung dari kantong plastik ke reusable bag yang telah
disediakan oleh Volunteer Earth Hour Tangerang. Kegiatan ini, Volunteer Earth Hour Tangerang menyambangi
keramaian tempat kegiatan jual beli keperluaan sehari-hari, dimana masyarakat banyak menggunakan plastik, pihak Earth Hour Tangerang
menyambangi satu persatu masyarakat yang telah selesai berbelanja dan menggunakan plastik, lalu meminta plastik yang mereka gunakan untuk
diganti dengan reusable bag atau totebag yang lebih ramah lingkungan yang akan diberikan secara gratis.