Analisis Deskriptif Pengujian Hipotesis

72 N Range Minimum Maximum Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic NPL 100 6.93 .09 7.02 1.7975 .13539 1.35386 ROA 100 5.00 1.27 6.27 3.5101 .10024 1.00242 NIM 100 12.89 5.15 18.04 8.8953 .21682 2.16818 CAR 100 23.37 8.34 31.71 18.4533 .48179 4.81786 Valid N listwise 100 Descriptive Statistics Mean

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness Ghozali, 2013:19. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini NPL, ROA, NIM dan CAR sebagai variabel independen dan Pertumbuhan Laba sebagai variabel dependen. Statistik deskriptif variabel tersebut dari sampel Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode 2009- 2013 disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Sumber: Output SPSS, 2015data diolah Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa banyaknya data N 100, dari jumlah data sebanyak 20 Bank Pembangunan Daerah. Hasil tersebut diperoleh oleh Metode pooled atau data panel, yaitu gabungan dari data time series antar waktu dan data cross section antara individuruang, dimana 20 bank tersebut Universitas Sumatera Utara 73 dikalikan perode tahun pengamatan 5 Tahun, sehingga observasi dalam penelitian ini menjadi 5 x 20 = 100 observasi. Dari 100 data observasi tersebut terlihat bahwa, data rasio Non Performing Loan NPL terendah minimum adalah sebesar 0,09 berasal dari NPL Bank Kalbar periode tahun 2009, sedangkan rasio NPL tertinggi maksimum adalah 7,02 berasal dari NPL Bank Aceh periode tahun 2010, ini menunjukkan bahwa kualitas aktiva Bank Aceh tahun 2010 kurang baik. Dengan melihat nilai rata-rata mean NPL sebesar 1,79 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat NPL Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama periode 2009-2013 berada dalam batas aman yaitu tidak melebihi dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5, dan sampel dinyatakan Sangat Sehat PK-1. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum Bank Pembangunan Daerah telah memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola kredit bermasalah, walaupun masih terdapat beberapa bank yang manajemennya perlu dikembangkan lagi. Untuk melihat berapa besar penyimpangan data pada rasio NPL dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 1,35 dalam hal ini, data variabel NPL bias dikatakan baik, karena nilai standar deviasinya lebih kecil dari pada nilai mean-nya. Dari 100 data observasi rasio variabel Return On Aset ROA memiliki nilai terendah minimum sebesar 1,27 berasal dari ROA Bank Kalsel periode tahun 2012 ini menunjukkan bahwa kemampuan BPD Kalsel tahun 2012 dalam meningkatkan keuntungan paling buruk dari bank pembangunan lainnya. Untuk rasio Universitas Sumatera Utara 74 ROA tertinggi maksimum adalah 6,27 berasal dari ROA Bank NTB periode tahun 2010, hal ini berarti bahwa kemampuan Bank NTB tahun 2010 dalam meningkatkan keuntungan paling baik diantara Bank Pembangunan Daerah lainnya. Dengan melihat nilai rata-rata mean ROA sebesar 3,51 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat ROA Bank Pembangunan Daerah di Indonesia tahun 2009-2013 lebih tinggi dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,5, dimana Bank Pembangunan Daerah dinyatakan Sangat Sehat PK-1 dalam menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasi ROA dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 1,00 dalam hal ini, data variabel ROA bisa dikatakan baik, karena nilai standar deviasinya lebih kecil dari nilai mean-nya. Dari 100 data observasi rasio variabel Net Intrest Margin NIM memiliki nilai minimum sebesar 5,15 berasal dari Bank Kalsel periode tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 18,04 berasal dari Bank Bengkulu periode tahun 2010. Dengan melihat nilai rata-rata mean NIM sebesar 8,89 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat NIM Bank Pembangunan Daerah di Indonesia tahun 2009- 2013 lebih tinggi dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 6, dan sampel dinyatakan Sangat Sehat PK-1. Untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio NIM dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 2,16 dalam hal ini, data variabel NIM bisa dikatakan baik, karena nilai standar deviasinya lebih kecil dari nilai mean-nya. Universitas Sumatera Utara 75 Dari 100 data observasi rasio variabel Capital Adequancy Ratio CAR memiliki nilai minimum sebesar 8,34 berasal dari Bank DKI periode tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 31,71 berasal dari Bank Sulselbar periode tahun 2013. Dengan melihat nilai rata-rata mean CAR sebesar 18,45 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat CAR Bank Pembangunan Daerah di Indonesia tahun 2009-2013 berada jauh dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu minimal 8, dan sampel dinyatakan Sangat Sehat PK-1. Sehingga dapat dikatakan bahwa Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama tahun 2009-2013 telah memenuhi syarat CAR sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Untuk melihat berapa besar simpangan data pada rasio CAR dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 4,81 dimana standar deviasi ini lebih kecil dari pada rata-rata CAR sehingga data variabel CAR dapat dikatakan baik.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik