Uji Multikoloniearitas Uji Autokorelasi

78 kekanan, atau tidak condong ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. Hal ini memenuhi salah satu syarat uji normalitas data bahwa data berdistribusi normal. Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Gambar 4.2 Grafik Histogram Dari Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa grafik memiliki pola distribusi normal karena berbentuk simetris tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan. Dengan demikian dari semua uji yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikoloniearitas

Uji Multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Dalam penelitian ini uji Multikoloniearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor Universitas Sumatera Utara 79 Standardize d Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF Constant -2.426 19.027 -.127 .899 NPL -.214 2.441 -.008 -.088 .930 .917 1.090 ROA 12.353 4.069 .354 3.036 .003 .602 1.661 NIM 2.024 1.882 .125 1.075 .285 .601 1.663 CAR -2.187 .681 -.301 -3.210 .002 .930 1.075 1 a. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba Coefficients a Model Unstandardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics VIF Ghozali, 2013:105. Multikoloniearitas tidak terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikoloniearitas Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Hasil perhitungan nilai variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Menurut Ghozali 2013:110 untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson DW test. Universitas Sumatera Utara 80 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .472 a .223 .190 31.48891 1.692 Model Summary b Model a. Predictors: Constant, CAR, NPL, ROA, NIM b. Dependent Variable: Pertumbuhan_Laba Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,692. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n =100 dan k = 4 sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,613 dan du sebesar 1,736 Hal ini sesuai dengan ketentuan dl ≤ d ≤ du, yaitu 1,613 1,692 1,736 yang menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis regresi no decision. Sehingga digunakanlah Uji Runs test sebagai bagian dari statistik non- parametik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi atau tidak. Run test digunakan untuk melihat apakah residual terjadi secara random atau acak. Ho : Residual Random acak H 1 : Residual Tidak Random Universitas Sumatera Utara 81 Tabel 4.5 Hasil Uji Runs Test Runs Test Unstandardized Residual Test Value a .97585 Cases Test Value 50 Cases = Test Value 50 Total Cases 100 Number of Runs 39 Z -2.412 Asymp. Sig. 2-tailed .116 a. Median Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Berdasarka Hasil uji run test pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 2-tailed 0,05 yang berarti Hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian, data yang dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada data yang diuji.

4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas