19
2.1.4.2 Good Corporate Governance GCG
Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam PBI GCG
yang didasarkan pada 3 tiga aspek utama yaitu Governance Structure, Governance Process, Governance Outcomes. Governance Structure mencakup
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance Process mencakup penerapan fungsi
kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstren, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern,
penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governance Outcomes mencakup transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. Penerapan GCG yang memadai sangat diperlukan dalam pengelolaan perbankan mengingat SDM
yang menjalankan bisnis perbankan merupakan faktor kunci yang harus memiliki integritas dan kompetensi yang baik. Namun pada penelitian ini GCG tidak
digunakan.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.4.3 Earning Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menambah laba dan efisien usaha yang dicapai. Penilaian terhadap faktor earning rentabilitas meliputi
penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan suntainability earnings bank. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang
terus meningkat. Tindakan pengawasan yang dilakukan antara lain meminta bank agar meningkatkan kemampuan menghasilkan laba seperti melalui peningkatan
efisiensi dan volume usaha dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Rasio keuangan penilaian earning ini meliputi:
1. Return On Asset ROA
Rentabilitas earning dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni return on asset ROA yang mengindikasikan kemampuan bank
menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya, ROA terbaik ialah 1,5 ke atas, semakin besar rasio ini mengidentifikasikan semakin baik kinerja bank
tersebut. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba
dari aktiva
yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga
dan pajak EBIT dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total
aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu
Universitas Sumatera Utara
21
perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan
perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Menurut Taswan 2010:165, rasio ROA
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2. Net Interest Margin NIM
Net Interest Margin NIM yaitu perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata akitiva produktif, semakin besar rasio ini semakin baik
kinerja bank dalam menghasilkan pendapat bunga, NIM terbaik ialah 5 ke atas, semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan
pendapatan bunga Taswan 2010:167. Hal yang perlu dicermati bahwa NIM bisa bermakna ganda yaitu NIM yang tinggi bisa dimaknai bahwa biaya intermediasi
bank itu relative tinggi. NIM itu sendiri bertujuan untuk melakukan evaluasi bank dalam
mengelola berbagai resiko yang mungkin terjadi pada suku bunga. Ini artinya ketika suku bunga berubah, maka pendapatan dan biaya bunga juga akan berubah.
NIM itu sendiri juga merupakan ratio yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan bank dalam melakukan manajemen untuk mengelola aktiva produktif
sehingga bisa menghasilkan bunga bersih, bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang dikurangi beban bunga.
Universitas Sumatera Utara
22
Jadi dapat dikatakan bahwa NIM yang semakin tinggi maka pastinya akan membantu meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang telah
dikelola bank dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba Taswan 2010:153. Melalui cara inilah yang bisa digunakan sebagai srategi
dalam mewujudkan bank yang sehat dan terhindar dari berbagai masalah yang mungkin terjadi. Menurut Taswan 2010:165, rasio NIM dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
2.1.4.4 Capital Permodalan
Penilaian terhadap faktor capital permodalan meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Bagi bank yang
dinilai masih perlu meningkatkan modal untuk mendukung kegiatan usaha, Bank Indonesia antara lain meminta agar pemegang saham bank menambah modal,
mencari investor baru danatau mengurangi proporsi pembagian dividen kepada
pemegang saham.
Selain itu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank umum, dalam melakukan
penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang
harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.
Universitas Sumatera Utara
23
Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu krisis ekonomi global, perkembangan standar internasional dan menghilangkan potensi duplikasi
dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Seiring dengan perubahan tersebut, terhitung mulai posisi Desember 2011 penilaian tingkat kesehatan bank dengan
metode RBBR pada kondisi normal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia mewajibkan
bank untuk menyampaikan hasil penilaian self assessment Tingkat Kesehatan paling lambat 1 satu bulan setelah periode penilaian. Self assessment yang
dilakukan bank tersebut selanjutnya digunakan Bank Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Tindak lanjut pengawasan
yang dilakukan Bank Indonesia terkait dengan penilaian tingkat kesehatan bank adalah meminta manajemen bank untuk melakukan langkah perbaikan dan
melaporkannya secara berkala yang akan dipertimbangkan dalam menilai tingkat
kesehatan dan tindakan pengawasan selanjutnya.
Modal bank merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank, sehingga besar kecilnya modal bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan
bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Dengan modal sedikit maka 8 kapasitas usaha bank menjadi terbatas mengingat modal merupakan “proxi” dari
pada kemampuan bank untuk mengcover risiko-risiko usaha yang dihadapi. Bank dengan modal sedikit tentunya akan mengalami kesulitan untuk memiliki kegiatan
usaha yang sangat bervariasi atau memiliki risiko tinggi seperti kegiatan derivative. Ketentuan modal minimum bank yang berlaku di Indonesia mengikuti
standar Bank For Internasional Settelment BIS. Bank mewajibkan setiap bank
Universitas Sumatera Utara
24
umum menyediakan modal minimal sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko ATMR Darmawi, 2012:97. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
ATMR merupakan penjumlahan aktiva neraca dan aktiva administratife. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang
bersangkutan dengan bobot risikonya. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100 dengan
menggunakan suatu indikator yaitu CAR yang diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank
yang bersangkutan. Rasio CAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Semakin
rendah biaya dana maka semakin meningkatkan laba bank positif. Menurut Siamat, 2007:217 peringkat komposit composite rating adalah
peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Penentuan peringkat komposit dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan
perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan.
Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat komposit tersebut, ditetapkan peringkat setiap faktor. Peringkat tingkat kesehatan bank terbagi atas lima
penilaian sesuai dengan kompisit, yang antara lain sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.1 Kategori Peringkat Komposit untuk Tingkat Kesehatan Bank
PK Keterangan
PK – 1
Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum
kelemahan tersebut tidak signifikan.
PK – 2
Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra
umum baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
PK – 3
Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan, maka secara umum
kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat menggangu kelangsungan usaha bank.
PK – 4
Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum signifikan
dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta menggangu kelangsungan usaha Bank.
PK – 5
Mencerminkan kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secra umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum sangat
signifikan
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank.
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia 2011
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 2.2 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit
Variabel NPL, ROA, NIM, dan CAR
No KOMPONEN
PERINGKAT 1
2 3
4 5
1
NPL Non
Performing Loan NPL 2
2 ≤NPL5
5 ≤NPL8
8 NPL12 NPL
≥ 12 2
ROA Return On
Assets ROA 2
1,25ROA≤1,5 0,5ROA≤1,25 0 ROA≤0,5 ROA ≤ 0 2
NIM Net Interest
Margin NIM ≥ 3
2 NIM ≤ 3
1,5NIM≤2 1NIM≤1,5
NIM ≤ 1
3
CAR Capita
Adequancy Ratio CAR ≥12
9≤ CAR 12 8≤ CAR 9
6 CAR 8 CAR
≤ 6
Sumber: Taswan 2010
Sumber: Paramyta 2011 dimodifikasi
2.1.5 Pertumbuhan Laba
Laba merupakan indikator bagi suatu usaha dalam menilai kinerja usaha tersebut selama periode tertentu. Semakin tinggi labayang diperoleh menunjukan
semakin baik kinerja dari manajemen perusahaan khususnya adalah perbankan. Penilaian tersebut didasarkan pada laporan keuangan atas perusahaan tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diterima disbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Penyajian informasi laba pada laporan keuangan
merupakan fokus dari perusahaan khususnya perbankan disbanding dengan
Tabel 2.3 Predikat Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peringkat Komposit
Peringkat Komposit Perdikat Komposit
PK-1 SANGAT SEHAT
PK-2 SEHAT
PK-3 CUKUP SEHAT
PK-4 KURANG SEHAT
PK-5 TIDAK SEHAT
Universitas Sumatera Utara