kecil semua, ada yang menggunakan huruf kapital di setiap awal barislarik, ada yang diakhiri dengan titik disetiap akhir baris, ada pula yang tidak
menggunakan titik. Bahkan, ada juga yang menggunakan tipografi penyusunan baris yang unik.Dari pengertian di atas dapat dirumuskan
pengertian tipografi adalah cara penulisan puisi sehingga menampilkan ukiran bentuk yaitu susunan baris atau bait yang dapat dilihat secara visual.
2.2.1.2.7 Sarana Retorika
Menurut Jabrohim, dkk. 2003:57 sarana retorika adalah muslihat pikiran. Maksud dari muslihat pikiran yang diungkapkan Jabrohim ini
berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika ini berbeda dengan bahasa figuratif dan citraan. Bahasa figuratif dan
citraan bertujuan untuk memperjelas gambaran atau mengkonkretkan sesuatu melalui perbandingan, sedangkan sarana retorika adalah alat untuk
mengajak pembaca berpikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.
2.2.1.2.8 Tema
Menurut Waluyo 1991:106 tema adalah sebagai gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Suharianto 2005:38
menyatakan bahwa seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarangnya. Dengan demikian puisi mempunyai tema atau pokok
permasalahan. Tema dalam puisi dinyatakan secara tersirat, karena puisi pada umumnya menggunakan kata-kata kias atau perlambangan. Untuk itu
diperlukan kecerdasan dan kejelian pembaca untuk menafsirkan kiasan- kiasan atau perlambang-perlambang yang dipergunakan penyair.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema merupakan sebuah acuan sebelum membuat puisi. Tema sangatlah penting
untuk membantu pengarang dalam menentukan puisi yang akan dibuat.
2.2.1.2.9 Perasaan
Waluyo 1991:50 mengemukakan bahwa perasaan atau feeling dalam puisi adalah perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya.
Puisi mengungkapkan perasaan yang beraneka ragam, misalnya perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun
perasaan setia kawan.
2.2.1.2.10 Nada dan Suasana
Suasana puisi adalah suasana yang ingin digambarkan oleh penyair ialah suasana benda-benda, keadaan dan sebagainya yang ditangkap oleh
indra penyair Suharianto 1981:58-61. Menurut Waluyo 1991:125 nada adalah sikap penyair kepada
pembaca. Ada kalanya penyair ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu
kepada pembaca. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca
puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati
pembaca. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa nada adalah sikap penyair kepada pembaca sedangkan suasana merupakan suasana yang muncul setelah pembaca membaca karya sastra
yang bersangkutan.
2.2.1.2.11 Amanat
Jabrohim, dkk. 1991:30 menyatakan bahwa amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat yang ingin
disampaikan penyair tersebut mungkin secara sadar dituangkan dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair yang tidak sadar akan amanat
yang diberikan dalam puisinya. Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap
pembaca setelah membaca puisi Waluyo 2003:40. Amanat merupakan apa yang tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema
yang diungkapkan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara objektif, namun subjektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca. Amanat
yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa amanat merupakan makna yang tersirat yang disampaikan penyair dalam puisinya.
2.2.1.3 Langkah Menulis Puisi