2 Metafora merupakan bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal
yang sama atau sebagai hal lain, yng sesungguhnya tidak sama. 3
Alegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
4 Personifikasi merupakan bahasa kiasan yang mempersamakan benda
dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
5 Metonimia bahasa kiasan ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah
objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut Altenbernd dalam
Pradopo 2002:77. 6
Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda hal untuk benda atau hal itu sendiri
Altenbernd dalam Pradopo 2002:78. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa
bahasa figuratif adalah bahasa yang menyebabkan sajak menjadi menarik yang digunakan untuk mengungkapkan makna suatu kata yang sengaja
disimpangkan. Dalam menulis puisi, penyair menggunakan bahasa figuratif agar puisi yang dihasilkan lebih menarik dan lebih indah.
2.2.1.2.5 Versifikasi
Menurut Jabrohim, dkk. 2001:53 versifikasi meliputi rima, irama, dan metrum. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik
puisi pada akhir baris, atau bahkan juga pada keseluruhan baris pada bait puisi. Irama atau rima yaitu naik turun, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu.
Rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi. Irama atau yang sering disebut juga ritme adalah tinggi rendah, panjang
pendek, keras lembut, atau cepat lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi itu dibaca. Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menghidupkan suatu puisi. Kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana yang hendak digambarkan oleh penyair dapat
terciptakan lebih nyata dan karenanya lebih mudah pula ditangkap atau dibayangkan oleh pembaca Suharianto 2005:45.
2.2.1.2.6 Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal terlihat ketika membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama Jabrohim, dkk. 2003:54.
Menurut Suharianto 2009:35, tipografi disebut juga ukiran bentuk, yaitu susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk dalam tipografi
adalah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata suatu ataupun penggunaan tanda baca.
Perlu diketahui bahwa setiap penyair mempunyai karakteristik sendiri dalam menulis puisi. Salah satu karakteristik yang paling menonjol
dapat dilihat adalah tipografi yang diciptakan. Ada yang menggunakan huruf
kecil semua, ada yang menggunakan huruf kapital di setiap awal barislarik, ada yang diakhiri dengan titik disetiap akhir baris, ada pula yang tidak
menggunakan titik. Bahkan, ada juga yang menggunakan tipografi penyusunan baris yang unik.Dari pengertian di atas dapat dirumuskan
pengertian tipografi adalah cara penulisan puisi sehingga menampilkan ukiran bentuk yaitu susunan baris atau bait yang dapat dilihat secara visual.
2.2.1.2.7 Sarana Retorika
Menurut Jabrohim, dkk. 2003:57 sarana retorika adalah muslihat pikiran. Maksud dari muslihat pikiran yang diungkapkan Jabrohim ini
berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika ini berbeda dengan bahasa figuratif dan citraan. Bahasa figuratif dan
citraan bertujuan untuk memperjelas gambaran atau mengkonkretkan sesuatu melalui perbandingan, sedangkan sarana retorika adalah alat untuk
mengajak pembaca berpikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.
2.2.1.2.8 Tema