Kondisi penutupan hutan TNGC dapat diketahui dengan menganalisis peta penutupan lahan berdasarkan penafsiran citra landsat dari Badan Planologi
Kehutanan. Untuk melihat perubahan kondisi penutupan hutan TNGC, peta penutupan lahan yang diperhitungkan adalah peta tahun 1996, 2000, 2003,
2006, dan peta tahun 2009. Kondisi kerusakan hutan dapat diketahui dari peta penutupan hutan TNGC tersebut dengan melihat seberapa besar persentase
perubahan dari areal yang seharusnya merupakan areal berhutan primer maupun sekunder menjadi areal selain hutan ladang, sawah, pekarangan,
kebun dan perubahan lahan dalam bentuk lainnya. Peningkatan kerusakan hutan TNGC dapat diperkirakan dari berkurangnya luas penutupan hutan TNGC
dari tahun ke tahun, karena adanya kebakaran hutan, perubahan penggunaan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, serta penyebab lainnya.
Data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan data sebagai berikut;
1. Diskusi dan wawancara dengan stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan daerah penyangga yaitu Balai TNGC, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan,
dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat LSM dan masyarakat,untuk mengetahui pengaruh dan kepentinganketerlibatannya dalam pengembangan
program ekowisata dan agroforestri serta mengetahui peran stakeholder yang meliputi jenis kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan, frekwensi
kegiatan, masyarakat daerah penyangga yang dilibatkan, serta bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan
2. Wawancara dengan masyarakat yang bekerja pada kegiatan ekowisata untuk mengetahui akondisi sosial dan ekonomi, b penyediaan produk wisata oleh
masyarakat penawaran serta c persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.
3. Wawancara dengan pengunjung dilakukan untuk mengetahui kondisi demand permintaan ekowisata TNGC. Wawancara difokuskan pada aspek motivasi
pengunjung, daya tarik obyek wisata alam, informasi obyek wisata TNGC, kondisi assesibilitas, serta fasilitas ekowisata termasuk penyediaan produk
ekowisata oleh masyarakat. 4. Wawancara dengan masyarakat yang bekerja pada agroforestri untuk
mengetahui akondisi sosial dan ekonomi, b pengelolaan agroforestri dan
kendala yang dihadapi serta c persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.
5. Wawancara dengan konsumen pengguna kayu bakar, pengelola industri penggergajian kayu dan industri bata untuk mengetahui kondisi permintaan
produk kayu
2.3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua, yaitu data pemanfaatan
potensi TNGC
dan data
pengembangan social
ekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri. Jenis data dan parameter pengelolaan dan pemanfaatan potensi
TNGC yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Data pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC
No. Jenis Data
Parameter
1. Sejarah kawasan TNGC
Kronologis penunjukan dan penetapan kawasan 2.
Peta kawasan TNGC Wilayah kerja, luas, daerah penyangga TNGC, dan
obyek wisata alam 3.
Kondisi fisik Tipe iklim, jenis tanah, topografi dan hidrologi
4 Kondisi Biologi
Tipe ekosistem dan jenis florafauna 5.
Pemanfaatan potensi ekowisata dan air TNGC
Potensi ekowisata jenis, jumlah dan cara pemanfaatan dan potensi air cara pemanfaatan
6. Rencana Pengelolaan
TNGC dalam pemanfaatan potensi
Program dan jenis kegiatan 7.
Gangguan terhadap kawasan TNGC
Jenis gangguan kebakaran, perambahan dan pencurian kayunon kayuflorafauna, Intensitas
frekwensi dan besar gangguan, nilai kerugian 8
Program Pengembangan Masyarakat
Jenis kegiatan, lokasi, pelaksanaan, keberlanjutan program
9. Statistik TNGC
Kerusakan kawasan, bekas penggarap kawasan, data ekowisatawan obyek wisata TNGC
10. Kebijakan
Pengelolaan daerah penyangga dan tata ruang kabupaten
11 Potensi TNGC
Jenis dan bentuk pemanfataan potensi TNGC 12.
Pengembangan potensi ekowisata, dan agroforestri
di daerah penyangga Programkegiatan pengembangan, pihak yang
terlibat dalam program, pengaruh dan kepentingan dalam program, manfaat dan keuntungan bagi
masyarakat, kendala dan permasalahan
13. Pemanfaatan potensi
TNGC bagi pengembangan ekowisata dan agroforestri
Potensi ekowisata jenis, jumlah, pemanfaatan oleh masyarakat
,potensi agroforestri, potensi air bagi petanimasyarakat jumlah dan cara pemanfaatan
Jenis data yang diperlukan untuk analisis pengembangan sosialekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC di sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Data pengembangan sosialekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC
No. Jenis Data
Parameter
1 Aspek legalitas daerah
penyangga SK penetapan daerah penyangga
2. Kebijakan dan Perda
yang terkait dengan daerah penyangga TN
Jenis kebijakan dan Perda, Implementasi 3.
Lokasi daerah penyangga
Peta lokasi, desa-desa yang masuk daerah penyangga
4. Potensidesa contoh bagi
pengembangan ekowisata dan
agroforestri Potensi biofisik, pemanfaatan lahan
,sosial ekonomi masyarakat Mata pencaharian, tingkat pendidikan masyarakat, perekonomian,
budaya, dll, sarana prasarana umum
5. Potensi ekowisata
Jenis dan jumlah obyek wisata, pihak pengelola, sarana dan prasarana, aksesibilitas, produk wisata
,ekowisatawan. 6.
Kondisi sosial ekonomi responden yang bekerja
di ekowisata -Karakteristik responden masyarakat umur, jenis
kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan,
-Kondisi obyek wisata, promosi, aksesinilitas, fasilitas ekowisata dan penyediaan produk wisata, serta
harapan terhadap pengembangan ekowisata TNGC -bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian
TNGC
7. Kondisi sosial ekonomi
responden masyarakat yang bekerja di
agroforestri -Karakteristik responden masyarakat umur, jenis
kelamin, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan,
-Produksi tanaman agroforestri, jenis tanaman Kendala dan harapan terhadap pengembangan
agroforestri -bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian
TNGC
8. Sikap dan perilaku
konservasi masyarakat Sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC
9. Permintaan ekowisata
Karakterisik ekowisatawan umur, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, pendapatan, motivasi
ekowisatawan, daya tarik obyek ekowisata, promosi dan informasi, assesibilitas, fasilitas ekowisata dan
produk ekowisata serta harapan terhadap pengembangan ekowisata TNGC
10 Permintaan agroforestri
Karakterisik petani agroforestri umur, pendidikan, kepemilikan lahan, pendapatan,Jenis dan jumlah
produk agroforestri,harapan terhadap pengembangan agroforestri
11 Pengaruh dan
kepentingan stakeholder dalam pengembangan
ekowisata dan agroforestri di daerah
penyangga Pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam
pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga
12 Kebijakan dan peran
stakeholder dalam program ekowisata dan
agroforestri -Peraturan-peraturan , implementasi di lapangan
-Peran stakeholder dalam programkegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan.
2.4 Metode Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan beberapa metode. Untuk mengetahui profil TNGC, profil daerah penyangga TNGC, kondisi
kerusakan hutan TNGC, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sikapdan perilaku
masyarakat terhadap
konservasi TNGC,
serta analisis
permasalahandigunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui peran stakeholder dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga TNGC
dilakukan analisis stakeholder, dan solusi pemecahan masalah melalui potensi pengembangan ekowisata dan agroforestri digunakan analisis penawaran
supply dan permintaan demand. Selanjutnyauntuk membangun model pengembangan sosial ekonomi msyarakat daerah penyangga TNGC digunakan
analisis sistem dinamik.
2.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan caramenggambarkan apa adanya mengenai suatu gejala atau keadaan pada saat penelitian dilakukan, tanpa
bermaksud untuk menguji hipotesis Arikunto 1998.
2.4.2Analisis Penawaran supply dan Permintaan demand
Analisis penawaran supply dan permintaan demanddilakukan dengan membandingkan antara kondisi penawaran dan permintaanuntuk melihat
kemungkinan terjadinya kesenjangan atau gap.Kesenjangan yang terjadi dapat menjadi input atau potensi pengembangan.Pembandingan dalam ekowisata
dilakukan terutama terhadap variabel yang berpengaruh terhadappeningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yaitu;motivasi ekowisatawan,
obyek daya tarik ekowisata,informasi dan promosi ekowisata, aksesibilitas, serta fasilitas dan pelayanan ekowisata, penyediaan produk ekowisata
oleh masyarakat
dan harapan
terhadap pengembangan
ekowisata TNGC.Pembandingan dalam agroforestri dilakukan terutama terhadap parameter
yang berpengaruh terhadap pengembangan agroforestri yaitu melalui
produksitanaman pertanian dan tanaman kehutanan, sertaharapan terhadap pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC.
2.4.3 Analisis Stakeholder
Kebijakan dan implementasi pengembangan daerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri sangat bergantung kepada peran
stakeholder yang terkait.Stakeholder kunci dapat diidentifikasi perannya
berdasarkan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingannya terhadap program pengembangan ekowisata dan agroforestri. Pemetaan stakeholder ini dilakukan
dengan menggunakan analisis stakeholder Reed, et al. 2009.Menurut Grimble, R. dan Man-Kwan Chan dalam Suporahardjo 2005 peran analisis stakeholder
untuk menutup kesenjangan antar stakeholder dengan cara memberi suatu pendekatan yang mulai dengan suatu kepentingan yang berbeda-beda dari
bermacam-macam stakeholder pada suatu program. Penetapan kuantitatif skor pertanyaan pada pemetaan stakeholder
mengacu pada pengukuran data berjenjang lima, yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Ukuran kuantitatif terhadap pemetaan stakeholder
Skor Nilai
Kriteria Keterangan
Kepentingan Stakeholder 5
4 3
2 1
17 – 20 13 – 16
9 – 12 5 – 8
0 – 4 Sangat tinggi
Tinggi Cukup tinggi
Kurang tinggi Rendah
Sangat bergantung pada keberadaan program Ketergantungan tinggi pada keberadaan program
Cukup bergantung pada keberadaan program Ketergantungan pada keberadaan program kecil
Tidak tergantung pada keberadaan program
Pengaruh Stakeholder 5
4 3
2 1
17 – 20 13 – 16
9 – 12 5 – 8
0 – 4 Sangat tinggi
Tinggi Cukup tinggi
Kurang tinggi Rendah
Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas stakeholder lain
Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas stakeholder lain
Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas stakeholder lain
Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas stakeholder lain.
Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas stakeholder lain.
Alat analisis yang digunakan adalah ‘”stakeholder grid” dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel XLSTAT 7.1. Hasil analisis digambarkan dalam
bentuk matriks, dimana stakeholder dikategorikan berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya terhadap suatu aktivitas tertentu
. Diagram hasil analisis
stakeholder disajikan padaGambar 3. Skor jawaban terhadap pengaruh dan tingkat kepentingan dari masing-
masing stakeholder dikelompokkan menurut jenis indikatornya, kemudian dipetakan sehingga membentuk koordinat. Selanjutnya diterjemahkan dalam
bentuk matriks resultante yang memetakan stakeholder dalam empat kuadran Reed et al. 2009.
Gambar 3Matriks kuadran posisi stakeholder Posisi pada kuadran dapat menggambarkan posisi dan peranan dari
masing-masing stakeholderyaitu : 1 Subject kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah; 2 Key Player kepentingan dan pengaruh tinggi, 3Crowd kepentingan
dan pengaruh rendah, dan 4 Context Setter kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi. Matriks resultante posisi masing-masing stakeholder pada
empat kuadran dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6Matriks resultante posisi masing-masing stakeholder
Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi
Kepentingan Tinggi
Kuadran I : Subject Kelompok stakeholder yang
penting, namun berpengaruh lemah
Kuadran II : Key Player Kelompok stakeholder dengan
derajat pengaruh dan kepentingan tinggi
Kepentingan Rendah
Kuadran III : Crowd Kelompok stakeholder yang
paling rendah kepentingan dan pengaruhnya
Kuadran IV : Context Setter Kelompok stakeholder
berpengaruh tinggi, namun derajat kepentingannya rendah
2.4.4Analisis Sistem Dinamik
Untuk memprediksi kondisi sosial ekonomi masyarakat melalui program ekowisata dan agroforestri dimasa mendatang, maka dibuat model
pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC dengan menggunakan analisis sistem dinamis.Model yang dibangun ini tidak akan sama
persis dengan sistem sebenarnya, karena semakin banyak variabel yang dimasukkan dalam model, semakin sulit untuk menjelaskan proses yang terjadi
Hartrisari 2007. Oleh karena itu variabel penelitian yang digunakan dalam
CROWD
TINGGI
TINGGI RENDAH
SUBJECT KEY PLAYER
KUADRAN I KUADRAN II
KUADRAN III KUADRAN IV
K E
P E
N T
I N
G A
N
P E N G A R U H
CONTEX SETTER
penyusunan model ini dibatasi pada variabel kesempatan kerja, pendapatan, dan kelestarian TNGC. Penentuan horison waktu dilakukan untuk melihat perubahan
yang terjadi. Horison waktu yang digunakan adalah tahun. Pemodelan sistem akan dilakukan dengan tahapanberikut Purnomo 2005 ;
a. Identifikasi isu dan tujuan Dalam penelitian ini isu utama adalah pengembangan sosial ekonomi
masyarakat daerah penyangga TNGC. Tujuannya adalah membuat model pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC melalui
program ekowisata dan agroforestri, bagi peningkatan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan kelestarian TNGC.
b. Konseptualisasi Model Berdasarkan
isu yang
telah ditetapkan
kemudian dilakukan
konseptualisasi model.Berdasarkan model konseptual tersebut, kemudian dirinci menjadi diagram stok dan aliran. Proses ini dibuat dengan menggunakan
perangkat lunak STELLA 9.02. Model Pengembangan siaial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC ini terdiri dari 3 sub model, yaitu 1Sub
model kesempatan kerja, 2. Sub model pendapatan masyarakat, dan 3 Sub model kelestarian TNGC
c. Spesifikasi model Pada tahap spesifikasi ini kuantifikasi dan perumusan hubungan antar
elemen dilakukan sehingga model dapat dijalankan pada komputer. d. Pengujian Model
Tahapan ini dilakukan untuk mengenali keterbatasan kinerja model sehingga dapat ditentukan kesesuaian penggunaan model dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Untuk mengetahui ketepatan model yang dibuat akan dilakukan evaluasi dengan cara validasi model evaluasi
kelogisan model dan simulasi model perbandingan dengan dunia nyata. Validasi model dilakukan dengan cara membandingkan dengan data-data dari
instansi terkait. e. Penggunaan model.
Model yang telah dievaluasi selanjutnya akan digunakan untuk menentukan skenario-skenario pemecahan masalah.
Uraian dari masing-masing metode analisis data, tahapan analisis serta tujuan yang ingin dicapai, disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7Metode analisis data
Metoda Analisis Data
Tahapan Analisis Data yang dianalisis
Tujuan Analisis
Deskriptif 1.
Pengumpulan data profil TNGC dan
daerah penyangga, 2.
Pengumpulan data penutupan hutan
TNGC 3.
Pengumpulan data sosial ekonomi
masyarakat yang bekerja di ekowisata
dan agroforestri 4.
Pengumpulan datasikap dan
perilaku masyarakat thp konservasi
TNGC 5.
Analisis data 1. Profil TNGC dan daerah
penyangga 2. Luas penutupan hutan
TNGC 3. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat. 4. Sikap dan perilaku
masyarakat terhadap konservasi TNGC.
Mengetahuikondisi saat ini mengenai;
potensi TNGC, dan daerah penyangga,
kerusakan TNGC, sosial ekonomi
masyarakat sertasikapperilaku
masyarakat terhadap konservasi TNGC
Analisis penawaran
Supplydanpe rmintaan
Demand ekowisata dan
agroforestri 1. Rekapitulasi hasil
wawancara dengan responden
masyarakat dan stakeholder untuk
penawaran ekowisata, dan
responden ekowisatawanuntuk
permintaan.
2. Rekapitulasi hasil wawancara dengan
responden masyarakat
danstakeholderuntuk penawaran
agroforestri , dan responden konsumen
kayu untuk permintaan
agroforestri.
3. Membandingkan antara kondisi
penawaran dan permintaan.
1. Ekowisata -permintaan dan penawaran
ekowisata; daya tarik obyek, informasi,
assesibilitas, fasilitas danproduk ekowisata
2. Agroforestri -Jenis dan jumlah
komoditas, produksi tanaman pertanian dan
kehutanan Mengetahui
kesenjangangap antara kondisi
penawaran dan permintaan
ekowisata dan agroforestri untuk
mengetahui potensi pengembangan
peluang kerja dan pendapatan
.
Analisis Stakeholder
1. Pemetaan peran stakeholder yang
terlibat dalam pengembangan
ekowisata dan agroforestri
2. Menganalisis peran stakeholder
-Besarnya tingkat pengaruh dan kepentingan
stakeholder terhadap program ekowisata dan
agroforestri di daerah penyangga TNGC
-Peran stakeholder dalam ekowisata dan agroforestri
Menentukan peran stakeholder dalam
pengembangan ekowisata dan
agroforestri di daerah penyangga TNGC.
Analisis Sistem Dinamik
1. Identifikasi isu dan
tujuan 2.
Konseptualisasi model
3. Spesifikasi model
4. Evaluasi model
5. Penggunaan model
1. Data sub model
kesempatan kerja 2.
Data sub model pendapatan masyarakat
3. Data sub model
kelestarian TNGC Membuat model
pengembangan sosek masyarakat
daerah penyangga TNGC berbasis
ekowisata dan agroforestri
III. PROFIL TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI DAN DAERAH PENYANGGA
3.1 Profil Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC 3.1.1 Luas, Letak, dan Sejarah Kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC memiliki luas sekitar 15.859,17 ha yang secara administrasif meliputi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kuningan
8.931,27 ha 56,32 dan Kabupaten Majalengka seluas 6.927,90 ha 43,68 RPJM Balai TNGC 2010. Data ini berbeda dengan luas kawasan TNGC
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 424 Menhut-II2004 Tanggal 19 Oktober Tahun 2004 yaitu seluas ± 15.500 Lima Belas Ribu Lima
Ratus ha. Hal ini dikarenakan penentuan luas kawasan pada saat penetapan kawasan dilakukan melalui peta yang kurang akurat berdasarkan informasi dari
staf Balai TNGC. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini penentuan luas kawasan TNGC yang digunakan adalah berdasarkan data RPJM Balai TNGC
tahun 2010 yaitu seluas 15.859,17 ha. Secara geografis TNGC terletak pada 108
19’ 10” – 108 27’ 55” BT dan
6 47’ 5” – 6
58’ 20” LS, berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon, Selatan dengan Kabupaten Kuningan, Barat dengan Kabupaten Majalengka dan
Timur dengan Kabupaten Kuningan. Berdasarkan Daerah Aliran Sungai DAS, TNGC termasuk pada lima DAS, yaitu DAS Ciwaringin, Cisanggarung, Cimanuk
Hilir, Cilitung dan Ciberes Bangkaderes. Pada awalnya TNGC merupakan Kelompok Tutupan Hutan Gunung
Ciremai yang pertama kali ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Pemerintah Hindia Belanda, selanjutnya sejarah penunjukan dan penetapan TNGC secara
rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sejarah penunjukan dan penetapan TNGC
No. Tahun
Surat Keputusan PerihalPenunjukan dan Penetapan
1 1978
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 143KptsUm31978 Tanggal 10 Maret
1978, tentang Wilayah kerja Unit Produksi Unit III Perum Perhutani Jawa Barat
Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi seluruh areal hutan yang berada di di Daerah TK. I.
Jawa Barat, dan Kelompok Hutan Gunung Ciremai termasuk dalam wilayah kerja KPH Kuningan dan
KPH Majalengka, kecuali areal Suaka Alam dan Hutan Wisata
2 2003
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 195Kpts-II 2003 tanggal 4 Juli 2003,
tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Jawa Barat seluas
816. 603 ha Kelompok Hutan Produksi Gunung Ciremai di
Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang pengelolaannya oleh Perum Perhutani melalui
KPH Kuningan dan KPH Majalengka ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Lindung
3 2004
Surat Bupati Kuningan Nomor 5221480Dishutbun, tanggal 26 Juli 2004,
Usulan kepada Menteri Kehutanan perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada kelompok hutan