Profil Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC .1 Luas, Letak, dan Sejarah Kawasan

Gambar 4 memperlihatkan daerah berwarna hijau tua yang menyebar di sekeliling kawasan TNGC merupakan titik-titik letak posisi obyek wisata alam yang menjadi potensi wisata alam di TNGC dengan luas areal yang berbeda.

3.1.6 Potensi Panas BumiGeotermal

Selain potensi wisata, di sekitar kawasan TNGC juga terdapat potensi panas bumigeotermal yang telah ditelaah secara ekonomi. Potensi tersebut berada di dua lokasi, yaitu potensi lapangan panas bumi Sangkanhurip dan potensi prospek Pejambon yang berada di dalam kawasan TNGC. Adapun potensi lapangan panas bumi Sangkanhurip mencakup luasan 10 km 2 dengan temperatur reservoir sekitar 210 C, sedangkan potensi prospek Pejambon mencakup luasan sekitar 20 km 2 dan temperatur reservoir sekitar 210 C. Selanjutnya disebutkan bahwa prospek geotermal di Sangkanhurip prospek timur Ciremai berada pada aktivitas vulkanik aktif dan instrusi andesit pada Gambar 4 Peta penyebaran potensi wisata alam TNGC batuan sedimen tersier di kedalaman di sekeliling manifestasi Sangkanhurip yang bertindak sebagai sumber panas. Potensi cadangan terduga panas bumi Gunung Ciremai sebesar 100 MW untuk Pejambon hipotetis dan Sangkanhurip 50 MW dengan temperatur cut of 180 C. Potensi panas bumi yang berada di sekitar kawasan TNGC cukup menarik bagi peminat investor yang tertarik dalam pengembangan sumber energi. Sebab dari segi infrastruktur telah tersedia jaringan gardu induk PLN Sutet 500 KV Jawa Bali yang melintas dekat Sangkanhurip dan gardu induk di Mandiracan dengan jarak tidak lebih dari 7 km. Selain itu daerah reservoar sudah dekat dengan infrastruktur jalan negara maupun provinsi. 3.2 Profil Daerah Penyangga TNGC Wilayah Kabupaten Kuningan 3.2.1 Luas dan Letak Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat berada diantara 108º 23 - 108º 47 Bujur Timur dan 60º 47 - 70º 12 Lintang Selatan dengan luas wilayah 117.857,55 ha. Secara administratif, Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa, serta berbatasan disebelah Timur dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jabar, sebelah Barat dengan Kabupaten Majalengka dan disebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon. Wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian 25–3.078 m dpl, merupakan bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai DAS Cijolang, DAS Cisanggarung, DAS Ciberes Bangkaderes. Dalam pembinaan dan penanganan sumber daya hutan dan lahan mengacu kepada pendekatan DAS yang terbagi ke dalam 8 wilayah kerja UPTD daerah aliran sungai. Daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC wilayah Kabupaten Kuningan termasuk dalam wilayah administratif tujuh kecamatan dan 27 desa yang mengelilingi kawasan TNGC.

3.2.2 Kondisi Biofisik

Jenis tanah yang mendominasi wilayah Kabupaten Kuningan terdiri dari tujuh golongan yaitu Golongan Andosol, Aluvial, Podsolik, Grumosol, Mediteran, Latosal dan Regosol. Kedalaman Efektif tanah berkisar 30 cm–90 cm, curah hujan antara 3.000–4.000 mmtahun pada bagian barat dan selatan, sedangkan pada bagian timur dan utara berkisar antara 2000 – 3000 mmtahun, dengan suhu udara berkisar 18ºC – 32ºC. Luas lahan kritis berdasarkan hasil survey tahun 2008 tercatat 3.975,97 ha tersebar di 31 Kecamatan. Tingkat erosi pada DAS Cijolang 110,41 tonhath, masih diatas Tolerable Soil Lost TSL sebesar 7,25 ton. dengan Nisbah Pelepasan Sendimen NPS 59 , DAS Cisanggarung dengan tingkat erosi 54 tonhath dengan TSL 6 tonhath dan NPS 60 , sedangkan di DAS Ciberes dan Bangkaderes tingkat erosi 45,6 tonhath dengan TSL 16,07 tonhath dan NPS 70 BPDAS 2004. Topografi bervariasi antara datar hingga bergelombang, Ketinggian dari permukaan laut antara 8–1.000 m dpl. Luas lahan kritis di tujuh kecamatan daerah penyangga TNGC pada awal tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Data lahan kritis pada daerah penyangga TNGC No Kecamatan Fungsi Lahan Tingkat Kekritisan Jumlah Ha Budidaya Ha Lindung Ha Sangat Kritis Ha Kritis Ha Agak kritis Ha Potensial kritis Ha 1. Kramatmulya 18,50 - - - 15,00 3,50 18,50 2 Cigugur 119,82 40,80 - 10,00 71,92 78,70 160,62 3 Mandirancan 39,50 - 6,50 3,00 30,00 - 39,50 4 Darma 567,00 - - 151,00 416,00 - 567,00 5 Jalaksana 46,00 27,00 - - 41,00 32,00 73,00 6 Pasawahan 11,42 2,00 - - 13,42 - 13,42 7 Cilimus - 32,50 - - - 32,50 32,50 Jumlah 802,24 102,3 6,5 164 587,34 146,7 904,54 Sumber: Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2009-2013 Tabel 37 memperlihatkan bahwa fungsi lahan untuk budidaya dan lindung pada tujuh kecamatan yang termasuk dalam daerah penyangga TNGC yaitu seluas 904,54 ha, sementara lahan yang termasuk dalam kategori sangat kritis 0,72, kritis sebanyak 18,13, dalam kategori agak kritis mencapai 64,93 dan potensial kritis sebesar 16,22. Aktifitas pola tata ruang Jawa Barat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat yang mengamanatkan proporsi kawasan lindung 45 dan kawasan budidaya 55 menghadapi kendala dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Kawasan-kawasan konservasi masih mengalami masalah dalam mengatur dan mengendalikan pertumbuhan lahan terbangun, sehingga ancaman terhadap daya dukung lingkungan menjadi semakin besar. Hal ini juga diikuti terjadinya degradasi lingkungan di wilayah selatan dimana terjadi perusakan hutan besar-besaran yang akan mengancam daya dukung lingkungan. Selain itu, terjadinya pergeseran tutupan lahan hutan dan sawah menjadi permukiman dan industri menjadi hal akan terjadi terus-menerus bila tidak dikendalikan secara benar. Dalam kurun waktu 1994-2005, luas hutan mengalami penurunan yang cukup besar yaitu hutan primer berkurang sebesar 30,8, hutan sekunder berkurang 26,1, sawah berkurang 27,1, permukiman bertambah 110,3, dan kawasanzona industri bertambah sebesar 37,9. Oleh karena itu upaya reboisasi dan rehabilitasi lahan ditujukan tidak hanya pada kawasan lindung, namun juga pada lahan budidaya masyarakat. Pola tanam dengan sistem agroforestri dapat menjadi pilihan agar terjadi keseimbangan antara konservasi tanah dengan faktor ekonomi bagi masyarakat.

3.2.3 Potensi Wilayah Kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan yang terletak di sebelah Timur Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa bagian Barat, dengan ketinggian 3.078 m dan merupakan Gunung Berapi yang masih aktif menjadikan daerah Kuningan sebagai daerah yang subur, nyaman, sejuk dan indah. Dalam perspektif pembangunan Kabupaten Kuningan, daerah penyangga TNGC wilayah Kabupaten Kuningan termasuk kedalam Zona Pengembangan Barat, Zona Pengembangan Utara, Zona Pengembangan Tengah, dan Zona Pengembangan Selatan, dimana kebijakan pengembangannya diarahkan sebagai berikut Bappeda 2010. a. Zona pengembangan Barat, kegiatan utama didominasi oleh kegiatan non- budidaya terutama hutan lindung dan kawasan lindung diluar kawasan hutan lindung, seperti kawasan perlindungan setempat dan plasma nutfah. Adapun sebagian kecil berupa kegiatan budidaya perkebunan dan pertanian lahan kering. Cakupan zona pengembangan barat meliputi; Jalaksana dan sebagian wilayah Pasawahan, Kramatmulya, Nusaherang, Darma, Cigugur. b. Zona pengembangan Utara dengan kegiatan utama berupa pertanian tanaman pangan sawah, kawasan hutan lindung, perkebunan dan kawasan pengembangan pariwisata. Kegiatan pertanian di zona ini berupa sawah beririgasi teknis dan semi teknis perlu dipertahankan keberadaannya. Cakupan zona pengembangan utara meliputi; Cilimus, Mandirancan, Pancalang, Cigandamekar, Japara dan sebagian wilayah Pasawahan. c. Zona pengembangan Tengah dengan kegiatan utama berupa kegiatan perkotaan, antara lain pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa, serta lahan pertanian dengan irigasi teknis. Cakupan zona pengembangan tengah meliputi; Kuningan, Sindangagung, Cipicung, Ciawigebang, Kalimanggis, Cidahu, Luragung, Garawangi, Maleber, Lebakwangi, Cimahi dan sebagian wilayah Jalaksana, Kramatmulya, Cigugur. d. Zona pengembangan Selatan dengan kegiatan utama berupa kawasan lindung, perkebunan, tegalan, pertanian lahan kering, pertambangan dan galian. Cakupan zona pengembangan selatan meliputi; Kadugede, Ciniru, Selajambe, Subang, Cilebak, Karangkancana, Ciwaru, Cibeureum, Hantara, Cibingbin dan sebagian wilayah Darma, Nusaherang. Dari keempat zona pengembangan tersebut, kawasan lindung terdapat pada tiga zona, pengembangan pariwisata di fokuskan pada satu zona, yaitu zona pengembangan utara, serta pertanian lahan keringtegalan terdapat pada zona pengembangan barat dan zona pengembangan selatan. 3.2.3.1 Potensi Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan memiliki potensi sumber daya alam yang cukup potensial berupa hutan seluas 52.968,16 ha yang terdiri atas hutan negara, hutan produksi yang dikelola Perum Perhutani KPH Kuningan, hutan konservasi Balai TNGC dan hutan rakyat. Tata guna lahan dan perkebunan kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tata guna lahan dan perkebunan Kabupaten Kuningan No. Tata Guna Lahan Luas hektar Persentase 1 Hutan Lindung 124,20 0,23 2 Hutan Produksi 7.162,65 13,52 3 Hutan Produksi Terbatas 19.907,20 37,58 4. Hutan Konservasi -Taman Nasional -Taman Wisata Alam 8.987,35 8.975,85 11,5 16,96 16,94 0,02 5. Hutan Rakyat 16.798.26 31,71 Jumlah 52.979,67 100 Sumber; Bappeda Kabupaten Kuningan 2010 Khusus hutan rakyathutan hak terdiri dari berbagai jenis tanaman kayu- kayuan dan tanaman MPTS. Pada Tahun 2008 produksi kayu yang dipanen berdasarkan Surat Izin Tebang SIT sebanyak 104.977 pohon dengan produksi kayu sebanyak 37.423,21 m3. Kapasitas produksi hasil hutan di Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Kapasitas Produksi Hasil Hutan Kabupaten Kuningan Jenis Hasil Hutan Tahun M3 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jati 8.011,820 12.022,152 13.532,413 12.770,114 16.317,217 15.199,427 Sonokeling 6,790 8,060 172,084 158,756 89,733 65,516 Mahoni 6.714,150 6.453,519 13.570,900 12.669,573 14.327,839 13.547,266 Pinus 1.210,010 331,267 930,725 526,760 702,848 1.057,944 Rawa 338,600 923,986 3.957,859 6.483,769 9.585,360 2.398,614 Sumber; Bappeda Kabupaten Kuningan 2010 Dalam bidang perkebunan terdiri dari Perkebunan Besar swasta PBS seluas 318 ha dengan komoditi utama karet, dan perkebunan rakyat seluas 16.524,958 ha seperti disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Komoditas perkebunan rakyat di Kabupaten Kuningan No Jenis komoditas Luas ha Produksi ton 1 Kelapa 7.246,38 3.619,19 2 Melinjo 2.455,28 599,54 3 Kopi 1.650,97 641,73 4 Cengkeh 2.319,51 229,04 5 Tebu 822,66 4.472,18 6 Nilam 92 219,91 7 Tembakau 48,20 79,99 Sumber; Bappeda Kab. Kuningan 2010 Status lahan pada daerah penyangga TNGC adalah lahan milik masyarakat dengan penggunaan lahan berbentuk sawah dan lahan kering dalam bentuk pekarangan, kebuntegalan, ladanghuma, pengangonan, dan lainnya seperti tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Penggunaan lahan kering di Kabupaten Kuningan No Jenis Penggunaan Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 1 Pekarangan 19.917 10.156 10.395 9.780 2 TegalanKebun 31.364 16.012 14.178 13.088 3 Ladanghuma 20.389 11.857 12.963 13.577 4 Pengangonan 2.770 1.388 1.619 1.606 5 Hutan rakyat 6.862 8.837 8.037 7.929 6 Hutan negara 25.718 24.331 23.600 26.177 7 Perkebunan 2.434 2.368 2.586 2.598 8 Lain-lain 3.084 4.488 4.596 3.928 Jumlah 77.512 79.437 77.974 78.683 Sumber: Profil Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Tabel 17 memperlihatkan luas delapan jenis penggunaan lahan kering yang berfluktuasi pada periode tahun 2005 hingga 2008. Penggunaan lahan kering untuk ladang sejak tahun 2006 meningkat, sedangkan penggunaan lahan kering untuk pekarangan dan tegalankebun cenderung mengalami penurunan. Penyebabnya adalah alih penggunaan untuk pemukiman, industri, sarana jalan, dll, mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian sehingga walaupun kontribusi sektor pertanian paling dominan namun dilihat dari peningkatan produksi cenderung menunjukkan penurunan, terutama tanaman bahan makanan Bappeda 2010. Jenis tanaman yang banyak dibudidayakan yaitu hortikultura sayuran kentang, wortel, bawang daun, sawi dan buah-buahan pisang, jambu, dll, tanaman perkebunan kopi, cengkeh, melinjo, lada, dll serta tanaman kayu- kayuan, seperti pinus, sonokeling, mahoni, dan jati, dan jenis kayu sengon, waru, pisuk dan kayu afrika. 3.2.3.2 Potensi Budaya, Wisata dan Sumberdaya Air Kabupaten Kuningan memiliki objek dan daya tarik wisata alami, yang didukung oleh budaya dan kesenian daerah yang beragam dan memiliki kekhasan. Ada 21 potensi objek dan daya tarik wisata yang masih dalam tahap pengembangan, dan 25 obyek wisata yang masih dalam tahap eksplorasi. Obyek wisata di Kabupaten Kuningan berupa wisata air, wisata religi, tempat-tempat bersejarah, bumi perkemahan dan agrowisata. Denah lokasi pariwisata Kabupaten Kuningan disajikan pada Gambar 5. Beberapa jenis kebudayaan yang masih terus secara periodik dilakukan setiap tahunnya atau di saat acara peringatan tertentu diantaranya adalah Seren Taun, merupakan tradisi acara adat syukuran atas hasil panen yang diperoleh, Saptonan merupakan tradisi ketangkasan menunggang kuda, Pacuan Kuda dan Panahan, serta tradisi Kawin Cai dengan maksud dan tujuan untuk menghargai air sebagai sumber kehidupan dan dijauhkan dari bencana kekeringan. Potensi 48 mata air dan 43 sungai yang mengalir ke daerah penyangga TNGC telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan irigasi, perikanan, industri, rumah tangga dan kegiatan ekonomi lainnya. Sedangkan pemanfaatan yang bersifat komersil dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Kuningan sebagai pemasok kebutuhan air untuk Pertamina Cirebon, Pabrik semen PT Indocement Cirebon dan PDAM Kabupaten Cirebon. Jumlah mata air TNGC yang dimanfaatkan oleh kelima Desa contoh sekitar 10 mata air dengan debit 6.705 liter per detik, yang merupakan 12 dari total 81 mata air TNGC. Pemanfaatan air dari kawasan TNGC pada lima desa contoh disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Pemanfaatan air dari kawasan TNGC No Desa contoh Jumlah Mata Air Nama Mata Air Debit liter detik Peruntukan 1. Karangsari 1 1. Hulu lingga - Irigasi, MCK dan air minum 2. Cisantana 4 1. Cibunian 2. Gandok 3. Kopi Gandasoli 4. Lamping Kidang 1.000 1.800 1.500 1.800  air minum dan MCK  PT. Trio Bromo PutraFresti  Mitra Cai swadaya masyarakat Ds. Cisantana  PDAM Kuningan,  air minum dan MCK desa tetangga. 3. Pajambon 1 1. Cilengkrang - Irigasi, MCK dan air minum 4 Maniskidul 1 1. Cibulan 30 Irigasi, masyarakat MCK dan minum, wisata 5. Seda 3 1. Cigorowong 2. Cibulak kidul 3. Ciayakan 400 25 150 Pertanian dan Masyarakat air minum dan MCK 10 6.705 Sumber : Balai TNGC 2009 Obyek wisata yang berada dalam kawasan TNGC wilayah Kabupaten Kuningan dan menjadi kewenangan pengelolaan Balai TNGC sebanyak 15 obyek wisata 32,60 dari jumlah obyek wisata di Kabupaten Kuningan dan didominasi oleh wisata air, berkemah dan pendakian, dengan rincian seperti tersaji pada Tabel 19. Tabel 19 Potensi obyek wisata TNGC No. Nama Lokasi Obyek Wisata Jenis Daya Tarik 1 Telaga Remis Danau 2 Situ Cicereum Danau 3 Bumi Perkemahan Cikole Aktivitas berkemah 4 Pemandian Paniis dan Bumi Perkemahan Singkup Aktivitas berkemah 5 Sumur Cikajayaan Wisata Air 6 Bumi Perkemahan Cibeureum Aktivitas berkemah 7 Jalur Pendakian Linggarjati Aktivitas pendakian 8 Jalur Pendakian Palutungan Aktivitas pendakian 9 Bumi Perkemahan Hulu Ciawi Aktivitas berkemah 10 Bumi Perkemahan Cibunar Aktivitas berkemah 11 Bumi Perkemahan Balong Dalam Aktivitas berkemah 12 Pemandian Alam Cibulan dan Sumur Tujuh Wisata air 13 Lembah Cilengkrang Air terjun 14 Pemandian Alam Cigugur Wisata Air 15 Bumi Perkemahan Palutungan dan Curug Putri Aktivitas berkemah Sumber ; Balai TNGC 2010

3.2.4 Infrastruktur

Kondisi kemantapan jalan kabupaten pada tahun 2009 mencapai 87,74 dimana dari panjang jalan kabupaten sepanjang 416 Km dalam kondisi baik 323 Km, kondisi sedang 42 Km sedangkan dalam kondisi rusak ringan 39 Km dan rusak berat 12 Km. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan pekerjaan umum di Kabupaten Kuningan pada tahun 2009 memperlihatkan peningkatan kinerja, antara lain ditunjukkan dengan kemantapan jalan mengalami peningkatan yang signifikan, dimana lima tahun kebelakang kondisi kemantapan jalan kabupaten hanya sebesar 78,84 Bappeda 2010.