III. PROFIL TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI DAN DAERAH PENYANGGA
3.1 Profil Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC 3.1.1 Luas, Letak, dan Sejarah Kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC memiliki luas sekitar 15.859,17 ha yang secara administrasif meliputi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kuningan
8.931,27 ha 56,32 dan Kabupaten Majalengka seluas 6.927,90 ha 43,68 RPJM Balai TNGC 2010. Data ini berbeda dengan luas kawasan TNGC
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 424 Menhut-II2004 Tanggal 19 Oktober Tahun 2004 yaitu seluas ± 15.500 Lima Belas Ribu Lima
Ratus ha. Hal ini dikarenakan penentuan luas kawasan pada saat penetapan kawasan dilakukan melalui peta yang kurang akurat berdasarkan informasi dari
staf Balai TNGC. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini penentuan luas kawasan TNGC yang digunakan adalah berdasarkan data RPJM Balai TNGC
tahun 2010 yaitu seluas 15.859,17 ha. Secara geografis TNGC terletak pada 108
19’ 10” – 108 27’ 55” BT dan
6 47’ 5” – 6
58’ 20” LS, berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon, Selatan dengan Kabupaten Kuningan, Barat dengan Kabupaten Majalengka dan
Timur dengan Kabupaten Kuningan. Berdasarkan Daerah Aliran Sungai DAS, TNGC termasuk pada lima DAS, yaitu DAS Ciwaringin, Cisanggarung, Cimanuk
Hilir, Cilitung dan Ciberes Bangkaderes. Pada awalnya TNGC merupakan Kelompok Tutupan Hutan Gunung
Ciremai yang pertama kali ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Pemerintah Hindia Belanda, selanjutnya sejarah penunjukan dan penetapan TNGC secara
rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sejarah penunjukan dan penetapan TNGC
No. Tahun
Surat Keputusan PerihalPenunjukan dan Penetapan
1 1978
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 143KptsUm31978 Tanggal 10 Maret
1978, tentang Wilayah kerja Unit Produksi Unit III Perum Perhutani Jawa Barat
Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi seluruh areal hutan yang berada di di Daerah TK. I.
Jawa Barat, dan Kelompok Hutan Gunung Ciremai termasuk dalam wilayah kerja KPH Kuningan dan
KPH Majalengka, kecuali areal Suaka Alam dan Hutan Wisata
2 2003
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 195Kpts-II 2003 tanggal 4 Juli 2003,
tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Jawa Barat seluas
816. 603 ha Kelompok Hutan Produksi Gunung Ciremai di
Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang pengelolaannya oleh Perum Perhutani melalui
KPH Kuningan dan KPH Majalengka ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Lindung
3 2004
Surat Bupati Kuningan Nomor 5221480Dishutbun, tanggal 26 Juli 2004,
Usulan kepada Menteri Kehutanan perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada kelompok hutan
No. Tahun
Surat Keputusan PerihalPenunjukan dan Penetapan
tentang Proposal Kawasan Hutan Gunung Ciremai sebagai kawasan Pelestarian Alam
Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai.
4 2004
Surat Bupati Majalengka Nomor 5222394Dishutbun Tanggal 13 Agustus
2004, tentang Usulan Gunung Ciremai sebagai kawasan Pelestarian Alam
Usulan kepada Menteri Kehutanan perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada kelompok hutan
Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai
5 2004
Surat Bupati Kuningan kepada Ketua DPRD Kabupaten Kuningan Nomor 522.61653
Dishutbun Tanggal 13 Agustus 2004, Perihal Pengelolaan Kawasan Hutan Gunung
Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam
6 2004
Surat Pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan No. 661266DPRD, Tanggal 1 September
2004 kepada Menteri Kehutanan Dukungan Atas Usulan Pengelolaan Kawasan
Hutan Gunung Ciremai Sebagai Kawasan Pelestarian Alam KPA.
7 2004
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 424 Menhut-II2004 Tanggal 19 Oktober
Tahun 2004 Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada
Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas ± 15.500 Lima Belas Ribu Lima Ratus ha terletak di
Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi TNGC.
8 2004
Surat Gubernur Jawa Barat Nomor 5223325Binprod 22 Oktober 2004,
Kepada Menteri Kehutanan Pengkajian Usulan Perubahan Fungsi Kawasan
Hutan Gunung Ciremai menjadi Kawasan Pelestarian Alam.
9 2004
Surat Keputusan Dirjen PHKA No: SK.140IVSet-32004 Tanggal 30
Desember 2004, Tentang Penunjukan Pengelola 17 Taman Nasional termasuk
Gunung Ciremai. Penunjukan BKSDA Jabar II sebagai pengelola TN
Gunung Ciremai sampai terbentuknya organisasi TNGC yang definitf
10 2005
Surat Direktur Konservasi Kawasan kepada Kepala BKSDA Jabar II No. S.41IVKK-
12005 tanggal 31 Januari 2005 perihal Tindak lanjut Penunjukan TNGC
Penempatan beberapa orang staf BKSDA Jabar II di TNGC untuk melakukan koordinasi, sosialisasi dan
pengamanan kawasan.
11 2005
Surat Perintah Tugas Kepala BKSDA Jabar II No: PT 322IV-K 12Peg 2005
Tanggal 1 Maret 2005, Staf BKSDA Jabar II ditunjuk untuk membantu
Kepala Balai KSDA Jabar II melaksanakan pengelolaan TNGC
12 2005
Surat Perintah Tugas Kepala BKSDA Jabar II No: PT 434IV-K 12Peg 2005. Tanggal 28
Maret 2005 Penunjukan Kasi Konservasi Wilayah I selaku
Koodinator Pengelolaan TNGC untuk membantu Kepala Balai KSDA Jabar II dalam pelaksanaan
Pengelolaan TNGC
13 2005
Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat II nomor
SK.193IV-K.122005 tanggal 1 Juni 2005 tentang Susunan Organisasi Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Pengelolaan TNGC berada di wilayah kerja Seksi
Konservasi Wilayah I dengan di bantu oleh 2 Satuan kerja dan 10 Resort TNGC dengan jumlah personil
sebanyak 31 Orang
14 2005
Tanggal 14 Juli 2005, deklarasi TNGC oleh Menteri Kehutanan di Pendopo
Bupati Kuningan. -
15 2006
Pencanangan Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Ciremai oleh Menteri
Kehutanan pada tanggal 3 Mei 2006 -
16 2006
Penerbitan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.29Menhut-II2006 Tanggal 2 Juni
2006, tentang Perubahan Pertama atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
6186Kpts-II2002 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Taman Nasional
-
Sumber: RPJM-Balai TNGC 2010
3.1.2 Kondisi Fisik
Jenis tanah yang terdapat di TNGC adalah regosol coklat kelabu, asosiasi regosol kelabu, regosol coklat kelabu, latosol, asosiasi andosol coklat, latosol
coklat dan latosol coklat kemerahan dengan penyebaran a regosol coklat kelabu, asosiasi regosol kelabu, regosol coklat kelabu dan latosol menyebar
mulai puncak sampai bagian lahan yang landai di Kecamatan Jalaksana dan sebagian Kec. Mandirancan sebesar 77,44, b asosiasi andosol coklat
menyebar pada daerah-daerah tinggi di sekeliling puncak sebesar 11,02, dan c latosol coklat dan latosol coklat kemerahan menyebar di daerah yang lebih
rendah secara merata sebesar 11,54. Iklim TNGC berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe
iklim B dan C dengan rata-rata curah hujan 2.000-4.000 mmtahun dan temperatur udara 8–22
C, sedangkan di Barat TNGC kisaran suhu antara 18,8- 37,0°C dengan kelembaban sekitar 63-89. Curah hujan rata-rata tertinggi
295,14 mm dan rata-rata terendah 48,71 mm. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan Tenggara, kecuali bulan April–Juli bertiup dari arah Barat Laut
dengan kecepatan 3–6 knot. Topografi TNGC pada umumnya berombak, berbukit dan bergunung
dengan kemiringan bervariasi mulai dari landai 0-8 sebesar 12 sampai curam di atas 8 sebesar 88. Geologi TNGC secara umum dari batuan hasil
aktivitas vulkanik Gunung Ciremai, yaitu batuan endapan vulkanik, baik vulkanik tua sebesar 35 di bagian Selatan dan 5 di bagian Utara maupun vulkanik
muda sebesar 60 di bagian Utara. Gunung Ciremai ialah gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 m dpl.
Tabel 9 Keadaan fisik berdasarkan kelas lereng Kelas lereng
Deskripsi Luasan ha
Persentase 0 - 8
Landai 1.796,440
12 8 - 25
Bergelombang 8.840,129
56 25 - 40
Curam 3.027,858
20 40
Sangat Curam 1.835,573
12 Jumlah
15.500 100
3.1.3 Kondisi Biotik
Hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki ekosistem sebagian kecil merupakan hutan sekunder yang berumur sekitar 35 tahun dan sebagian
besar merupakan hutan alam primer dengan empat tipe hutan yaitu;
Tabel 10 Tipe Vegetasi di TNGC
Tipe vegetasi Luas ha
Persentase Sub Alpine 2500 m dpl
728,426 5
Montana 2000 - 2500 m dpl 1.661,217
11 Sub Montana 1200 - 2000 m dpl
5.671,158 36
Dataran rendah 1200 m dpl 3.343,858
22 Lainnya
4.095,341 26
Jumlah 15.500
100
Vegetasi yang ada di kawasan TNGC diantaranya Pinus Pinus merkusii, Saninten Castanopsis javanica, kitandu Fragraera blumii, nangsi Villubrunes
rubescens, mahang Macaranga denticulatan, pasang Lithocarpus sundaicus dan medang Elacocarpus stipularis, beringin Ficus, sp, dan lain-lain. Jenis
tanaman langka yang terdapat di kawasan Gunung Ciremai yaitu lampeni Ardisia cymosa DC., kandaca Platea latifolia Blume, Villebrunea rubescens,
Prunus javanica, Symplocos theaefoli, dan Eurya acuminata. Jenis tumbuhan yang ditemukan di TNGC yaitu 40 koleksi anggrek dan
79 koleksi non anggrek. Jenis-jenis anggrek yang mendominasi adalah jenis anggrek Vanda tricolor Lindh, Eria multiflora BI Lindh, Eria hyancinthoides BI
Lindh, Eria compressa BI, Coelogyne miniata BI Lindh, Pholidota imbricata W.J Hooker, dan Liparis latifolia BI Lindh. Untuk jenis anggrek terestial yang
mendominasi adalah Calenthe triplicata, Macodes sp, Cymbidium lancefolium Hook, Cymbidium finlaysonianum Lindh, dan Malaxis iridifolia Roxb. Rch.f.
Pada kawasan dataran tinggi kering, vegetasi non anggrek didominasi oleh Pinanga javana, Pandanus sp. Tepus Nicolaia sp., sedangkan vegetasi dataran
tinggi basah di dominasi dengan tumbuhan paku tiang Cyathea sp. Secara umum vegetasi hutan Gunung Ciremai banyak ditumbuhi keluarga
huru Litsea spp, mareme Glochidion sp, mara Macaranga tanarius, saninten Castanopsis sp, sereh gunung Cymbophogon sp, Hedychium sp, Ariasema
sp. Koleksi yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Nephenthes gymnaflora yang merupakan anggota dari suku kantong semar Nepenthaceae
dan Rosaceae. Jenis tegakan yang menarik adalah dadap jingga Erythrina sp. Beberapa jenis satwa di kawasan Gunung Ciremai, antara lain: Macan
Kumbang Panthera pardus, Surili Presbytis comata, dan Elang Jawa Spyzaetus bartelsi, lutung Presbytis cristata, kijang Muntiacus muntjak, babi
hutan Sus, sp, kera ekor panjang Macaca fascicularis, dan ular sanca Phyton, sp.. Jenis yang ditemukan yaitu dua jenis burung terancam punah
yaitu Cica Matahari Crocias albonotatus dan Poksai Kuda Garrulax rufrifons, serta dua jenis burung status rentan yaitu Ciung Mungkal Jawa Cochoa azurea
dan Celepuk Jawa Otus angelinae, sehingga kawasan TNGC menjadi daerah penting untuk burung Important Bird Area Stattersfield dkk. 1998, dalam
Rombang Rudyanto 1999.
3.1.4 Potensi Ekowisata TNGC
Kawasan TNGC memiliki objek wisata alam yang sangat kaya potensi keindahan alamnya. Objek-objek wisata alam dikawasan TNGC disajikan pada
Tabel 11. Peta potensi wisata TNGC pada Gambar 4 memperlihatkan obyek wisata alam yang menyebar secara merata di sekeliling TNGC.
Tabel 11 Objek wisata alam di Kawasan TNGC
No Kabupaten
Nama Lokasi Jenis Daya Tarik
1 KUNINGAN
a. Telaga Remis Danau
b. Situ Cicereum Danau
c. Bumi Perkemahan Cikole Aktivitas berkemah
d. Pemandian Paniis dan Bumi Perkemahan Singkup Aktivitas berkemah
e. Sumur Cikajayaan Wisata Air
f. Bumi Perkemahan Cibeureum Aktivitas berkemah
g. Jalur Pendakian Linggarjati Aktivitas pendakian
h. Jalur Pendakian Palutungan Aktivitas pendakian
i. Bumi Perkemahan Hulu Ciawi Aktivitas berkemah
j. Bumi Perkemahan Cibunar Aktivitas berkemah
k. Bumi Perkemahan Balong Dalam Aktivitas berkemah
l. Pemandian Alam Cibulan dan Sumur Tujuh Wisata air
m. Lembah Cilengkrang Air terjun
n. Pemandian Alam Cigugur Wisata Air
o. Bumi Perkemahan Palutungan dan Curug Putri Aktivitas berkemah
2 MAJALENGKA
a. Jalur Pendakian Apuy Aktivitas pendakian
b. Bumi Perkemahan Cipanten Aktivitas berkemah
c. Curug Sawer Air terjun
d. Situ Sangiang Wisata air
Sumber; BTNGC 2010
3.1.5 Potensi Sumberdaya Air
Kawasan Gunung Ciremai memiliki 43 buah sungai yang dimanfaatkan untuk irigasi, perikanan, industri dan kegiatan ekonomi lainnya, dan 156 titik mata
air dimana 147 titik mata air mengalir sepanjang tahun, empat mata air mengalir selama sembilan bulan dalam setahun, tiga mata air mengalir selama enam
bulan dalam setahun, dan dua mata air mengalir selama tiga bulan dalam setahun dengan debit rata-rata 50-2.000 literdetik, dengan kualitas air yang
memenuhi standar kriteria kualitas air minum. Sumber mata air di kawasan Barat Ciremai Majalengka terdapat 36 sumber mata air dengan debit 0,5-40 literdetik
dan 7 sungai dengan debit 50-200 literdetik. Sistem perekonomian masyarakat yang sebagian besar agraris banyak ditunjang oleh ketersediaan air yang berasal
dari kawasan TNGC. Peranan jasa hidrologi TNGC mampu memberikan nilai kesejahteraan kepada masyarakat sebesar Rp 894.096.000 per tahun Ramdhan
2006. Tabel 12 Data potensi mata air TNGC
Sumber : Mukhtar 2008
No Mata Air
Posisi Geografis Ketinggian m,dpl
Lokasi Desa 1
Balong 6
o
55”11’ S 108
o
28”30’ E 603
Babakan mulya 2
Sumur Galing 6
o
53”59’ S 108
o
27”30’ E 828
Sayana 3
Salam 6
o
54”23’ S 108
o
27”40’ E 828
Sayana 4
Cikacu 6
o
52”49’ S 108
o
27”30’ E 719
Setianegara 5
Manggong 6
o
52”49’ S 108
o
27”30’ E 732
Setianegara 6
Curug ceret 6
o
52”49’ S 108
o
27”31’ E 733
Linggajati 7
Hulu ciawi 6
o
51”51’ S 108
o
27”22’ E 596
Setianegara 8
Cibeureum 6
o
50”47’ S 108
o
28”20’ E 683
Cibeureum 9
NN. kadrem 6
o
50”47’ S 108
o
28”2’ E 558
Randobawagirang 10
Cimanggu 6
o
51”3’ S 108
o
27”22’ E 633
Trijaya 11
Cigorowong 6
o
50”58’ S 108
o
27”20’ E 683
Kertawinangun Seda 12
Panandaan 6
o
50”54’ S 108
o
27”17’ E 667
13 Seda
6
o
50”10’ S 108
o
21”14’ E 550
14 Cibubur
6
o
50”15’ S 108
o
28”24’ E 560
15 Arca
6
o
50”2’ S 108
o
26”23’ E 640
16 Paniis
6
o
48”59’ S 108
o
26”40’ E 412
17 Cingkup
6
o
48”53’ S 108
o
26”24’ E 411
18 Cileutik
6
o
48”43’ S 108
o
25”59’ E 446
19 Cikajayaan
6
o
48”18’ S 108
o
25”38’ E 424
20 Cibuluh
6
o
48”1’ S 108
o
25”20’ E 378
21 Bujangga
6
o
48”18’ S 108
o
24”43’ E 432
22 Cicerem
6
o
47”51’ S 108
o
25”23’ E 331
23 Telaga remis
6
o
47”19’ S 108
o
24”57’ E 250
Kaduela 24
Cibulan 6
o
54”33’ S 108
o
29”13’ E 532
Manis kidul 25
Ceng alin 6
o
55”11’ S 108
o
28”30’ E 603
26 Sumur geulis
6
o
53”59’ S 108
o
27”30’ E 828
27 Cigedong
6
o
53”16’ S 108
o
27”52’ E 708
28 Cimancang
6
o
55”13’ S 108
o
27”11’ E 867
29 Cilengkrong
6
o
56”21’ S 108
o
26”48’ E 920
30 Cigugur
6
o
58”1’ S 108
o
27”20’ E 684
Cigugur 31
Batu nganjul 6
o
56”53’ S 108
o
26”17’ E 1135
32 Ciputri Pagar
6
o
56”41’ S 108
o
26”04’ E 1139
33 Paciosan
6
o
58”11 S 108
o
23”58 E 1151
34 Blok awi
6
o
58”40’ S 108
o
23”57’ E 1166
35 Cw. Randa
6
o
51”51’ S 108
o
28”22’ E 596
Puncak 36
Cibunai 6
o
53”14’ S 108
o
27”24’ E 1152
37 Kininggang
6
o
53”29’ S 108
o
27”26’ E 835
38 Ciarca
6
o
56”93’ S 108
o
24”80’ E 39
Cikole 6
o
48”13’ S 108
o
24”59’ E 458
Padang matang 40
Suriam 6
o
53”16’ S 108
o
27”52’ E 708
Cisantana 41
Pakuwon 6
o
54”16’ S 108
o
27”02’ E 1100
42 Palulupu
6
o
56”46’ S 108
o
25”56’ E 1210
43 Pinus
6
o
50”57’ S 108
o
24”59’ E 690
Gambar 4 memperlihatkan daerah berwarna hijau tua yang menyebar di sekeliling kawasan TNGC merupakan titik-titik letak posisi obyek wisata alam
yang menjadi potensi wisata alam di TNGC dengan luas areal yang berbeda.
3.1.6 Potensi Panas BumiGeotermal
Selain potensi wisata, di sekitar kawasan TNGC juga terdapat potensi panas bumigeotermal yang telah ditelaah secara ekonomi. Potensi tersebut
berada di dua lokasi, yaitu potensi lapangan panas bumi Sangkanhurip dan potensi prospek Pejambon yang berada di dalam kawasan TNGC. Adapun
potensi lapangan panas bumi Sangkanhurip mencakup luasan 10 km
2
dengan temperatur reservoir sekitar 210
C, sedangkan potensi prospek Pejambon mencakup luasan sekitar 20 km
2
dan temperatur reservoir sekitar 210 C.
Selanjutnya disebutkan bahwa prospek geotermal di Sangkanhurip prospek timur Ciremai berada pada aktivitas vulkanik aktif dan instrusi andesit pada
Gambar 4 Peta penyebaran potensi wisata alam TNGC