Sementara itu pengaruh langsung terbesar kegiatan ekonomi terhadap blok institusi rumah tangga di Jawa Barat dipengaruhi oleh blok sektor produksi,
dengan nilai pengganda rata-rata sebesar 2,088. Dengan demikian apabila terdapat peningkatan pengeluaran sebesar satu unit dari blok sektor produksi,
maka akan berdampak pada kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga di provinsi Jawa Barat sebesar 2,088 unit. Demikian juga selanjutnya apabila
terdapat peningkatan pengeluaran masing-masing satu unit dari blok institusi dan faktor produksi, maka akan memberikan kenaikan pendapatan rata-rata rumah
tangga di provinsi tersebut masing-masing sebesar 1,674 unit dan 1,060 unit. Secara umum dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai rata-rata pengganda blok
sektor produksi terhadap blok institusi rumah tangga menujukkan bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga di provinsi Jawa Barat lebih banyak
dipengaruhi oleh kegiatan yang ada pada blok sektor produksi.
6.5. Analisis
Dekomposisi Keterkaitan
Investasi Infrastruktur
Transportasi
Analisis dekomposisi dampak investasi di sektor infrastruktur transportasi pada dasarnya hendak menjelaskan tentang efek berantai dari guncangan
shock output salah satu sektor terhadap sektor sektor lainnya dalam perekonomian Jawa Barat dengan merinci besaran dampak globaltotal secara
lebih rinci. Dengan metode dekomposisi, efek global M
a
dapat dirinci menjadi own effect I, transfer effect M
a1
, open loop effect M
a2
dan close loop effect M
a3
. Own effect I adalah efek langsung dari adanya guncangan neraca eksogen misalnya berupa kebijakan terhadap sektor yang dituju. Dalam hal ini
efek kebijakan investasi infrastruktur transportasi yang ditujukan kepada sektor infrastruktur transportasi dampak langsungdirect effect. Selanjutnya, transfer
effect M
a2
merupakan efek berantai dari adanya guncangan di sektor infrastruktur transportasi kepada sektor-sektor lainnya di dalam blok neraca
sektor. Open loop effect M
a2
merupakan efek sebagai akibat adanya guncangan di sektor infrastruktur transportasi dan bergerak mempengaruhi sektor-sektor
lainnya yang terkait dan juga mempengaruhi blok neraca lainnya seperti halnya blok neraca faktor produksi dan neraca institusi. Selanjutnya dampak dari efek
kepada blok faktor produksi dan neraca institusi, guncangan tersebut kembali mempengaruhi blok neraca asal yaitu sektor infrastruktur transportasi yang
kemudian disebut sebagai close loop effect M
a3
. Pada bagian ini ditelaah mengenai dampak adanya investasi infrastruktur
transportasi terhadap perekonomian. Perubahan shock neraca eksogen yang terjadi pada infrastruktur transportasi memberikan dampak berbeda-beda
terhadap perekonomian Jawa Barat. Untuk itu akan dikaji dampak investasi pada infrastruktur transportasi terhadap blok neraca sektor, blok neraca faktor
produksi, dan blok neraca institusi. Dampak sektoral berkaitan dengan besaran nilai pengganda koefisien
multiplier memberikan sinyal bahwa semakin besar nilai pengganda M
a
akibat adanya perubahan pada infrastruktur transportasi maka semakin bermanfaat
keberadaan infrastruktur transportasi tersebut bagi kinerja sektor yang terkena dampak. Sebagai ilustrasi bila terjadi shock berupa injeksi investasi sebesar Rp.
20.95 trilyun pada infrastruktur transportasi, selain berdampak kepada sektor infrastruktur transportasi itu sendiri juga berdampak kepada sektor industri lain
yaitu subsektor industri kertas percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dengan nilai sebesar Rp. 8.421,66 milyar. Pengaruh investasi infrastruktur
transportasi juga memberikan dampak yang relatif besar kepada subsektor industri lainnya seperti halnya industri kimia, pupuk, dan semen; industri
makanan minuman dan tembakau; serta subsektor industri pemintalan, tekstil,
pakaian dan kulit dengan nilai masing-masing nilainya sebesar Rp. 7.787,91 milyar; Rp. 4.931,32 milyar dan Rp. 2.458,92 milyar. Sektor perdagangan juga
mengalami peningkatan output sebesar Rp. 6.021,29 milyar. Sementara itu, Sektor Pertanian khususnya subsektor pertanian tanaman pangan memperoleh
dampak sebesar Rp. 2.856,65 milyar Tabel 21. Selain sektor-sektor yang disebutkan di atas investasi infrastruktur
transportasi juga berdampak kepada jasa angkutan yang sangat erat kaitannya dengan infrastruktur transportasi yaitu jasa transportasi darat sebesar Rp.
3.505,74 milyar. Sektor-sektor di dalam blok neraca sektor produksi M
a1
yang paling dipengaruhi oleh adanya investasi infrastruktur transportasi adalah industri
kimia, pupuk dan semen dengan nilai sebesar Rp. 6.020,57 milyar dan nilai pengganda M
a1
kedua terbesar terjadi di sektor industri kertas, alat cetakan, alat transportasi sebesar Rp. 4.261,33 milyar.
Berbeda dengan efek internal sektoral transfer effect, blok neraca yang terkena efek feed-back M
a2
besar dari adanya infrastruktur transportasi selanjutnya adalah blok neraca faktor produksi, dimana investasi ini berdampak
kepada pekerja dengan memberikan pendapatan tenaga kerja, khususnya rumah tangga golongan bawah dan menengah. Namun dibandingkan dengan rumah
tangga golongan atas, pendapatan golongan rumah tangga ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga golongan bawah dan
menengah. Hal ini dikarenakan rumah tangga golongan atas tidak hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja, tetapi juga memiliki faktor produksi bukan
tenaga kerja kapital. Kondisi ini menunjukkan bahwa investasi infrastruktur transportasi lebih menguntungkan kepada golongan rumah tangga golongan atas
dibandingkan dengan rumah tangga golongan menengah dan bawah, yang memiliki pendapatan utama rumah tangga yang berasal dari upah dan gaji.
Tenaga kerja yang memperoleh manfaat terbesar dari adanya investasi
infrastruktur ini adalah pekerja produksi, operator, manual di kota dengan besaran efek open loop sebesar Rp. 4.292,24 milyar.
Sumber SNSE Jawa Barat 2010, diolah
X I
Ta Oa
Ca Ma
2 3
4 5
6 7
Desa 1
- -
90.34 1,611.68
1,702.02 Kota
2 -
- 15.08
549.81 564.89
Desa 3
- -
2,935.96 787.63
3,723.59 Kota
4 -
- 4,292.24
1,885.16 6,177.41
Desa 5
- -
363.08 508.89
871.97 Kota
6 -
- 998.74
1,121.14 2,119.88
Desa 7
- -
228.01 240.55
468.56 Kota
8 -
- 2,129.44
1,641.43 3,770.86
Bukan tenaga kerja 9
- -
5,826.62 6,169.45
11,996.06 Buruh
10 -
- 511.88
562.23 1,074.12
11 -
- 1,520.63
1,667.50 3,188.12
RT Golongan Bawah 12
- -
168.91 182.81
351.72 RT Golongan Menengah
13 -
- 362.40
324.61 687.01
RT Golongan Atas 14
- -
1,070.78 673.53
1,744.30 RT Golongan Bawah
15 -
- 387.76
268.77 656.53
RT Golongan Menengah 16
- -
689.87 520.93
1,210.79 RT Golongan Atas
17 -
- 2,173.43
1,246.08 3,419.51
RT Golongan Bawah 18
- -
202.55 183.50
386.05 RT Golongan Menengah
19 -
- 467.27
450.68 917.95
RT Golongan Atas 20
- -
2,009.64 1,623.92
3,633.56 RT Golongan Bawah
21 -
- 405.12
333.39 738.51
RT Golongan Menengah 22
- -
789.13 673.59
1,462.72 RT Golongan Atas
23 -
- 2,244.77
1,686.60 3,931.37
26 -
26.59 -
2,830.06 2,856.65
27 -
132.11 -
171.32 303.43
28 -
6.58 -
673.70 680.28
29 -
55.89 -
20.40 76.29
30 -
1.88 -
390.90 392.78
31 -
803.48 -
321.69 1,125.17
32 -
114.47 -
41.77 156.24
33 -
38.91 -
4,892.41 4,931.32
34 -
398.16 -
2,060.76 2,458.92
35 -
201.04 -
150.21 351.25
36 -
4,261.33 -
4,160.33 8,421.66
37 -
6,020.57 -
1,767.34 7,787.91
38 -
432.65 -
1,603.50 2,036.15
39 20,950
20,950 44.03
- 47.54
21,041.57 40
- 181.62
- 141.01
322.62 41
- 2,470.53
- 3,550.76
6,021.29 42
- 66.92
- 93.45
160.38 43
- 49.97
- 722.16
772.12 44
- 1,501.30
- 2,004.44
3,505.74 45
- 178.10
- 586.92
765.02 46
- 27.47
- 49.40
76.87 47
- 512.41
- 362.91
875.32 48
- 176.65
- 372.97
549.62 49
- 27.12
- 702.73
729.85 50
- 703.19
- 806.33
1,509.52 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya
Infrastruktur Transportasi Infrastruktur Bukan Transportasi
Perdagangan Restoran
Perhotelan Angkutan Darat
Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan
Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan
Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya
Listrik, Gas Dan Air Minum Desa
Kota
Sektor Produksi Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya
Kehutanan dan Perburuan Perikanan
Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit
Industri Kayu Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang dari Logam
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen
In st
itu si
Rumah tangga
Pertanian Pengusaha Pertanian
Bukan Pertanian Industri
Desa Kota
Bukan Industri
Fa kto
r Produks
i
Tenaga kerja
Pertanian Bukan Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan
Tata Usaha, Penjualan, Jasa- Jasa
Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer,
Rincian
1
Tabel 21. Dekomposisi Nilai Pengganda Akibat Injeksi Investasi Infrastruktur Transportasi di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2010
Dari sisi neraca institusi, peningkatan investasi infrastruktur transportasi selain berdampak kepada sektor juga berdampak kepada pendapatan faktor-
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Lebih lanjut, pada akhirnya pendapatan tersebut diterima oleh institusi rumah tangga sebagai salah
satu dari pemilik faktor produksi. Institusi rumah tangga memperoleh pendapatan berupa upah dan gaji dari faktor produksi tenaga kerja yang dimiliki. Golongan
rumah tangga yang memperoleh manfaat relatif besar adalah rumah tangga yang bekerja di sektor jasa-jasa selain industri dan pertanian baik di desa maupun di
kota, rumah tangga pengusaha petani dan rumah tangga golongan atas di kota yang bekerja di sektor industri dengan nilai masing-masing manfaat sebesar Rp.
1.686,60 milyar; Rp. 1.623,92 milyar; Rp. 1.667,50 milyar dan Rp. 673,53 milyar. Sebagian besar dari efek total tersebut berasal dari efek close loop. Peningkatan
investasi infrastruktur transportasi tidak langsung mempengaruhi pendapatan institusi rumah tangga melalui sektor-sektor yang terkait dengan sektor
infrastruktur transportasi namun melalui arus balik feed-back seperti digambarkan pada efek close loop setelah sektor sektor lain memperoleh
manfaat dari adanya peningkatan di sektor infrastruktur jalan. Hasil kajian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi di Jawa
Barat ini sejalan dengan hasil temuan yang dilakukan oleh oleh Aschauer 1989 dan Bonaglia et al. 2000 tentang keterkaitan antara investasi infrastruktur
terhadap pertumbuhan Total Factor Productivity TFP di Italia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi pada infrastruktur terbukti dapat memberikan
dampak yang positif terhadap pertumbuhan TFP, output dan pengurangan biaya. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa secara umum, investasi pada
sektor transportasi merupakan pilihan yang memberikan dampak relatif besar terhadap perekonomian di Jawa Barat.
6.6. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja