Dekomposisi global effect multiplier m

kehutanan dan perburuan, dengan nilai sebesar 0.004. Dari ilustrasi pada Gambar 13 dapat terlihat, bahwa akibat dari investasi infrastruktur transportasi, permintaan akan komoditas industri kimia, pupuk dan semen serta komoditas dari sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam mempunyai peranan cukup signifikan dalam seluruh kemungkinan jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dan sektor produksi di provinsi ini.

6.8. Dekomposisi global effect multiplier m

HjA39 Analisis dekomposisi multiplier income rumah tangga dimaksudkan untuk melengkapi analisis multiplier yang berupa global effect, dimana dalam analisis Sumber SNSE Jawa Barat 2010, diolah Gambar 13. Transmisi yang Diakibatkan oleh Pengaruh dari Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Sektor Produksi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 global effect tersebut belum memberikan informasi tentang kontribusi relatif dan uraian dari pengaruh langsung dan tidak langsung dari injeksi di sektor infrastruktur transportasi terhadap pendapatan setiap golongan rumah tangga Pansini and Vega, 2008. Analisis ini juga dikaji mengenai dekomposisi global effect untuk masing masing golongan rumah tangga akibat adanya injeksi berupa investasi infrastruktur transportasi di Jawa Barat pada tahun 2010. Berdasarkan pengolahan data SNSE Jawa Barat 2010, diketahui bahwa total multiplier investasi intrastuktur transportasi terhadap seluruh golongan rumah tangga adalah 1.09249. Nilai tertinggi diterima oleh rumah tangga bukan industri golongan atas di kota 0.18354, sedangkan terendah diterima oleh rumah tangga industri golongan bawah di desa 0.01642. Perbandingan nilai mutiplier yang tertinggi dan terendah adalah sebesar 11.18, yang berarti apabila dilakukan investasi infrastruktur transportasi, pendapatan yang dibangkitkan dan kemudian diterima oleh rumah tangga bukan industri golongan atas di kota nilainya 11.18 kali lipat dibandingkan dengan yang diterima oleh rumah tangga industri golongan bawah di desa. Secara umum nilai multiplier yang diterima oleh golongan rumah tangga pengusahagolongan atas jauh lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh golongan rumah tangga buruh pertaniangolongan bawah, yang berarti bahwa golongan atas akan memperoleh penciptaan pendapatan yang lebih besar dibandingkan golongan yang lebih rendah. Hasil ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Harrod-Domar 1946 dan Arthur Lewis 1954 yang secara implisit menyatakan bahwa golongan atas memiliki kemampuan yang lebih baik dalam pembentukan tabungan yang berfungsi sebagai sumber investasi, sehingga pada akhirnya memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memperoleh pendapatan karena kepemilikan faktor produksi bukan tenaga kerja. Hasil ini juga membawa konsekwensi bahwa teori trickle down effect tidak dapat bekerja dengan baik bila diterapkan di Jawa Barat. Pembangunan yang lebih berorientasi kepada mengejar pertumbuhan ekonomi agregat semata terbukti secara tidak akan memperbaiki struktur distribusi pendapatan. Nilai multiplier yang diterima oleh berbagai golongan rumah tangga secara tidak merata membawa implikasi bahwa intervensi kebijakan melalui neraca eksogen sektor produksi memang akan meningkatkan pendapatan seluruh golongan rumah tangga yang berarti juga akan menigkatkan taraf hidup seluruh golongan rumah tangga. Namun di saat yang sama hal ini juga diikuti dengan meningkatnya kesenjangan pendapatan antar golongan rumah tangga. Multiplier pendapatan rumah tangga berdasarkan pengolahan data SNSE Jawa Barat menunjukan perbandingan-perbandingan pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan rumah tangga, yaitu: • Rumah tangga pengusaha pertanian menerima pendapatan 2.97 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh rumah tangga buruh pertanian; • Rumah tangga industri golongan atas di desa menerima pendapatan 4.96 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh rumah tangga industri golongan bawah di desa; • Rumah tangga industri golongan atas di kota menerima pendapatan yang 5.21 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh rumah tangga industri golongan bawah atas di kota; • Rumah tangga bukan industri golongan atas di desa menerima pendapatan 9.41 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh rumah tangga bukan industri golongan bawah di desa; dan • Rumah tangga bukan industri golongan atas di kota menerima pendapatan 5.32 kali lipat dibandingkan yang diterima oleh rumah tangga bukan industri golongan bawah di kota. Gambaran lengkap dari Dekomposisi global effect multiplier pendapatan rumah tangga berdasarkan pengolahan data SNSE Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel

23. Sedangkan hasil lengkap dekomposisi global effect multiplier pendapatan

pada masing-masing kelompok rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 16. Hasil ini menunjukan bukti kuantitatif tentang adanya kesenjangan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga golongan atas dan rumah tangga golongan bawah di Jawa Barat, dimana kesenjangan yang paling tinggi terjadi pada rumah tangga bukan industri di desa. Berbeda dengan perbandingan antara golongan pengusaha pertanian dan buruh pertanian atau antara golongan atas dan golongan bawah, perbandingan multiplier pendapatan rumah tangga desa dan kota menunjukan bahwa rumah tangga di desa menerima manfaat yang lebih besar dari investasi infrastruktur transportasi di Jawa Barat dengan asumsi bahwa rumah tangga pertanian berada di desa. Multiplier pendapatan rumah tangga desa adalah sebesar 0.55936 sedangkan rumah tangga di kota adalah sebesar 0.53313, yang berarti apabila dilakukan investasi infrastruktur transportasi, pendapatan yang dibangkitkan dan kemudian diterima oleh rumah tangga di desa nilainya 1.05 kali dibandingkan dengan yang diterima oleh rumah tangga di kota. Hasil dari analisis ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Banister and Berechman 2000 yang menyatakan bahwa investasi infrastruktur transportasi akan memperlancar jalur distribusi antara wilayah desa dan kota sehingga mampu meningkatkan interaksi kegiatan ekonomi. Dengan demikian selanjutnya akan memacu kegiatan ekonomi baik di desa maupun di kota karena