Kondisi jalan yang beraspal maupun jalan kerikil juga menunjukkan kondisi semakin buruk. Kondisi jalan beraspal pada tahun 2009 adalah sebesar 18.419,8 km menjadi
18.275,3 km dan kondisi jalan kerikil juga semakin menyusut dari tahun 2009 yang sebesar 2.722,2 km berkurang menjadi 2.512,0 km
5.3. Struktur dan Kinerja Perekonomian
Ekonomi Jawa Barat merupakan kekuatan ketiga terbesar setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sesuai dengan data statistik, peranan Provinsi Jawa Barat dalam
penciptaan nilai tambah nasional adalah sebesar 14.7 dibawah DKI Jakarta 16.4 dan Jawa Timur 14.8. Keuntungan berupa lokasi yang terletak dekat dengan pusat
perekonomian dan pemerintahan DKI Jakarta serta letak Provinsi Jawa Barat di pulau Jawa yang sangat padat penduduknya menjadikan Jawa Barat sebagai bagian penting
bagi pusat pertumbuhan nasional. Dari segi struktur perekonomian, seperti terlihat pada Tabel 7, provinsi Jawa
Barat dicirikan oleh tiga sektor utama sebagai mesin penggerak engine power roda perekonomian yakni masing masing sektor Industri, Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran serta Sektor Pertanian. Dari ketiga sektor tersebut tercatat hingga tahun 2010, sektor Industri memberikan kontribusi sebesar 37.7 dimana terutama berasal
dari industri alat angkutan, mesin dan peralatannya serta industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sementara itu, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
mempunyai kontribusi sebesar 22.4 dan kontribusi Sektor Pertanian adalah sebesar 12.6.
Dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, kontribusi sektor Industri selama tahun 2007-2010 terhadap total PDRB Jawa Barat berdasarkan harga berlaku memiliki
persentase nilai yang terbesar yaitu 45 pada tahun 2007, namun kemudian turun
menjadi 37.7 pada tahun 2010. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran kontribusinya tidak mencapai 20 pada tahun 2007, namun meningkat pada tahun
2010 menjadi 22.4. Sebagai tambahan, kontribusi sektor pertanian berkisar 11 – 12.
Meskipun Sektor Industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Jawa Barat, namun peranannya didalam pembentukan nilai tambah
menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Peranan sektor industri Jawa Barat tahun 2007 sebesar 45.0 dan menurun menjadi hanya sebesar 37.7 pada
tahun 2010 Tabel 7. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh jenis industri termasuk industri utama Jawa Barat yaitu industri alat angkutan, mesin dan peralatan serta
industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Apabila deindustrialisasi dilihat hanya sebagai penurunan peranan sektor Industri dalam perekonomian, maka bisa dikatakan
bahwa telah terjadi deindustrialisasi di Provinsi Jawa Barat seperti halnya gejala deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia yang banyak diperkirakan para ahli
Priyarsono, 2010. Bertolak belakang dengan sektor industri, sektor yang menunjukkan peranan
yang meningkat adalah sektor jasa jasa terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pasar retail terutama yang menjual
produk dari industri tekstil dan pakaian jadi serta alas kaki mengalami perkembangan cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian patut disayangkan
bahwa pertumbuhan sektor perdagangan tersebut banyak didominasi oleh produk- produk perdagangan impor, khususnya pakaian jadi dan alas kaki dari Cina.
Sementara itu produk tekstil, pakaian jadi dan alas kaki di Jawa Barat menunjukkan peranan yang menurun dibandingkan dengan sektor lain.
Pangsa Lapangan Usaha
2007 2008
2009 2010
1 2
3 4
5
1. Pertanian 12.0
11.5 12.3
12.6 2. Pertambangan Penggalian
2.4 2.4
1.9 2.0
3. Industri Pengolahan 45.0
43.7 40.8
37.7
a. Industri Migas 2.6
3.7 3.0
2.6
b. Industri Tanpa Migas 42.4
40.0 37.8
35.1
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
4.6 4.2
4.4 4.0
2. Tekstil, Brg. Kulit Alas kaki 12.1
10.1 9.5
8.2
3. Brg. Kayu Hasil Hutan lainnya
0.5 0.4
0.5 0.4
4. Kertas dan Barang Cetakan 0.8
0.7 0.7
0.8
5. Pupuk, Kimia Brg. dari Karet 4.4
3.3 3.3
2.7
6. Semen Brg. Galian bukan logam
0.9 0.9
0.9 0.9
7. Logam Dasar Besi Baja 0.3
0.2 0.2
0.2
8. Alat Angk., Mesin Peralatannya
18.0 19.6
17.7 17.5
9. Barang lainnya 0.8
0.7 0.7
0.5 4. Listrik, Gas Air Bersih
2.9 2.7
2.8 2.8
5. Bangunan 3.0
3.4 3.5
3.8 6. Perdagangan, Hotel Restoran
19.1 20.5
21.6 22.4
7. Pengangkutan Komunikasi 5.9
5.7 6.1
7.1 8. Keuangan, Persewaan, Js.
Prsh. 2.9
2.7 2.7
2.7 9. Jasa-Jasa
6.8 7.4
8.2 8.9
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100.0 100.0
100.0 100.0
Sumber: BPS Jawa Barat, 2011
Peranan sektor industri yang terus menunjukkan penurunan didukung oleh tren dari peran masing masing sektor dari tahun 2007 sd tahun 2010. Gambaran
pertumbuhan PDRB sektor atas dasar harga berlaku mengindikasikan bahwa semakin rendah pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku suatu sektor dibandingkan
dengan pertumbuhan sektor lainnya maka peranan sektor tersebut juga akan semakin
Tabel 7. Perkembangan Pangsa PDRB Provinsi Jawa Barat, Berdasarkan Sektor Tahun 2007-2010