Interdependensi Sektoral Jawa Barat

berupa penurunan peranan di kedua sektor dalam perekonomian Jawa Barat selama tiga tahun terakhir seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah daerah maupun pusat untuk segera memberikan perhatian terhadap sektor-sektor tersebut. Dengan identifikasi lebih dalam terhadap masalah yang dihadapi kedua sektor tersebut dan memberikan solusi dalam menangani hal hal yang menjadi penyebab penurunan peranan kedua sektor diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja pembangunan di Jawa Barat.

6.2.2 Interdependensi Sektoral Jawa Barat

Berdasarkan hasil penghitungan global multiplier M a dapat dilihat keterkaitan antar sektor, yaitu perpotongan antara baris komoditas dan kolom sektor M kom.-Sektor yang menggambarkan karakter dari setiap sektor. Gambaran yang dapat diperoleh dari matriks M kom.-Sektor adalah bahwa setiap injeksi shock di masing- masing aktivitas produksi akan memberikan dampak yang berbeda di setiap sektornya akibat perubahan di dalam permintaan barang dan jasa antara. Pada Tabel 19 diketahui bahwa injeksi sektoral, secara rata rata sebesar 1 unit akan meningkatkan output Jawa Barat sebesar 2.996 unit, yaitu jumlah multiplier dari submatriks M kom.-Sektor . Dari lampiran Tabel Accounting Multiplier juga dapat diketahui bahwa elemen diagonal dari global multiplier M a untuk submatriks M kom.-Sektor yaitu bagian matriks M a di sisi baris komoditas dan kolom sektor yang bersesuaian mempunyai nilai lebih besar dari satu. Jika terjadi injeksi satu unit ke dalam sektor ke-i akibat dari peningkatan permintaan eksogen, maka akan berdampak kepada pendapatan sektor yang sama lebih dari satu unit, karena proses multiplikatif dari sirkulasi pendapatan di dalam sistem perekonomian. Nilai multiplier dalam diagonal elemen tersebut merupakan ukuran relatif seberapa besar sektor produksi terintegrasi secara internal. Dengan demikian maka sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit merupakan sektor yang paling terintegrasi diantara sektor-sektor yang lain dengan nilai diagonal multiplier sebesar 1.7826. Sementara itu, sektor industri kertas percetakan alat angkutan dan logam kurang terintegrasi secara internal dibandingkan dengan sektor pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit. Tabel 19. Nilai Pengganda Global yang Diterima Sektor Produksi Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Sumber SNSE Jawa Barat 2010, diolah Kode Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi 2 3 4 5 26 1.880 3.251 5.341 27 0.112 0.205 1.345 28 0.432 0.804 2.007 29 0.013 0.028 1.083 30 0.255 0.477 1.576 31 0.210 0.395 1.937 32 0.027 0.051 1.113 33 3.227 5.439 7.758 34 1.340 2.489 4.776 35 0.106 0.229 1.438 36 2.577 4.379 8.791 37 1.156 2.221 5.257 38 1.042 1.872 3.653 39 0.031 0.062 1.256 40 0.091 0.178 1.521 41 2.295 4.031 7.158 42 0.060 0.108 1.224 43 0.478 0.855 2.027 44 1.303 2.264 4.476 45 0.365 0.691 1.871 46 0.032 0.060 1.119 47 0.234 0.418 1.997 48 0.238 0.435 1.651 49 0.448 1.031 1.993 50 0.536 0.967 2.589 0.740 1.318 2.998 Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Perdagangan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Rincian Rata-rata 1 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Infrastruktur Transportasi Infrastruktur Bukan Transportasi Sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit adalah sektor yang sangat terintegrasi dengan sektor sektor lainnya dalam sistem produksi ekonomi Jawa Barat. Pada lampiran AA tersebut bahwa nilai multiplier pada total kolom dari sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit adalah sebesar 3.4519. Nilai tersebut relatif besar dibandingkan dengan dampak sektoral dari sektor lain. Kajian ini bermakna bahwa setiap injeksi pada sektor tersebut mempunyai dampak relatif besar terhadap aktivitas internal sektor-sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit itu sendiri, serta juga berdampak positif bagi perkembangan sektor lainnya. Sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit tersebut pada perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 tersebut juga mempunyai backward efect terbesar dibandingkan sektor sektor lainnya serta memiliki forward effect dengan nilai multiplier berada pada posisi enam besar dibandingkan sektor lainnya. Dengan demikian maka sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit merupakan sektor penggerak utama di dalam sistem produksi perekonomian Jawa Barat. Sementara itu, sektor lain yang memberikan dampak besar kepada aktivitas sektor lainnya adalah sektor industri kertas percetakan alat angkutan dan logam. Dengan demikian, berdasarkan kajian diatas maka setiap kebijakan yang ditujukan kepada sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit dan sektor industri kertas percetakan alat angkutan dan logam tersebut akan memberikan dampak positif terbesar dalam menggerakkan perekonomian Jawa Barat.

6.3. Analisis Multiplier Sektoral