kenaikan pendapatan per kapita saja. Pertumbuhan ekonomi tinggi dan pendapatan per kapita meningkat menjadi kurang bermakna jika distribusi
pendapatan yang terjadi sangat timpang, dimana Penduduk kaya yang berjumlah sedikit lebih banyak menikmati kenaikan pendapatan tersebut, sementara
penduduk miskin yang jumlahnya lebih banyak hanya sedikit mengalami perbaikan pendapatan. Dengan kata lain, dalam kondisi ketimpangan-semacam
itu penduduk yang merasakan kenaikan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita tersebut hanyalah penduduk kaya yang Jumlahnya sedikit, sementara
pendudukan miskin yang jumlah lebih banyak tidak mengalami perbaikan pendapatan.
2.8. Studi-Studi Terdahulu
Hasil studi terdahulu mengatakan bahwa investasi pada jalan tol akan membawa manfaat bagi peningkatan aktivitas ekonomi wilayah. Legowo 2009
melakukan penelitian terkait dampak kebijakan infrastruktur transportasi terhadap sistem aktivitas yang berkembang di Jabotabek.Tujuan penelitian Legowo adalah
menganalisis pengaruh infrastruktur transportasi di Jabodetabek terhadap jumlah unit aktivitas, tenaga kerja dan produksi sektoral di wilayah tersebut dan wilayah
tetangganya; menganalisis dampak kebijakan pembangunan infrastruktur transportasi di suatu wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayahnya dan
dampaknya pada wilayah tetangganya. Dari beberapa skenario simulasi yang dilakukan Legowo memperlihatkan bahwa investasi tol di tiap wilayah umumnya
menaikkan pertumbuhan ekonomi PDRB di wilayah-wilayah, kecuali di wilayah Bekasi. Sebaliknya investasi jalan raya menurunkan PDRB di hampir semua
wilayah. Demikian pula pada beberapa simulasi memperlihatkan, dampak
pembangunan Jalan Tol menaikkan investasi tol sebesar 10 secara signifikan akan menaikkan aktivitas ekonomi sektor perumahan-bangunan di
hampir semua wilayah. Sebaliknya kebijakan menaikkan investasi jalan raya akan menurunkan aktivitas ekonomi perumahan-bangunan hampir di semua
wilayah. Hasil studi Legowo 2009 ini dapat menjadi salahsatu referensi untuk memberikan penegasan akan pentingnya investasi infrastruktur transportasi bagi
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Dengan menggunakan set data SNSE Vietnam tahun 2000, Pansini and
Vega 2008 melakukan analisa untuk mengetahui bagaimana caranya menilai direct dan indirect effects dari injeksi pendapatan eksogen pada pendapatan
rata-rata kelompok rumah tangga yang berbeda dengan menggunakan pendekatan baru dekomposisi multiplier berdasarkan data SNSE Vietnam tahun
2000. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa direct effects berhubungan dengan injeksi neraca eksogen terhadap sektor pertanian dan
tenaga kerja tidak terlatih efeknya tidak hanya kepada rural male headed kepala rumah tangga pedesaan laki-laki, namun juga kepada kelompok rumah tangga
lainnya. Pada saat yang sama, analisa dekomposisi yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sektor-sektor dan faktor produksi mana yang
memiliki kenaikan pendapatan akan mendapatkan indirect effects yang lebih tinggi, dan juga akan menaikkan pendapatan semua tipe rumah tangga. Sebagai
contoh, investasi pada sektor pengolahan makanan dan angkatan kerja perempuan akan menguntungkan hampir semua kelompok rumah tangga,
merepresentasikan pilihan kebijakan yang bagus untuk pertumbuhan agregat dan memperbaiki distribusi rumah tangga. Studi Pansini dan Vega 2008 dapat
menjadi salahsatu contoh bagaimana shock pada neraca eksogen dalam suatu sitem perekonomian dapat berpengaruh pada neraca endogen.
Studi yang dilakukan oleh Civardi and Lenti 2002 dengan menggunakan data SNSE Italia tahun 1984 memperkuat argumen bahwasannya kebijakan
pemerintah di dalam sistem perekonomian diperlukan untuk meredistribusikan pendapatan personal penduduk. Berdasarkan studi Civardi and Lenti 2002
tersebut, langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meredistribusikan pendapatan dapat dilakukan melalui kebijakan transfer fiskal. Kebijakan ini
dirasakan perlu karena mekanisme pasar begitu kuat mempengaruhi situasi sehingga terjadi kesenjangan pendapatan di dalam pendapatan masyarakat.
Civardi and Lenti 2002 juga menekankan bahwa kemiskinan, kesenjangan dan pengucilan mesti diatasi tidak hanya dengan kebijakan makroekonomi
tradisional, namun juga dengan instrumen-instrumen yang langsung mengarah ke sasaran. Dalam hal ini intervensi pemerintah dalam melakukan redistribusi
pendapatan dapat dilakukan dan dapat dinilai hasilnya dengan lebih baik, dengan bantuan indikator-indikator struktural yang ada di dalam kerangka data
SNSE. Dengan menggunakan Data SNSE Indonesia tahun 2003, Yusuf 2006
mengungkapkan tentang kemungkinan melakukan analisa dampak kebijakan tertentu dengan kompensasi yang diarahkan pada kelompok rumah tangga
tertentu, misalkan kepada kelompok orang miskin dengan menggunakan kerangka SNSE. Contoh yang diungkapkan didalam penelitian ini adalah
tentang bagaimana dampak kebijakan pengurangan subsidi BBM di Indonesia dapat dilakukan dengan meminimasi dampaknya terhadap distribusi pendapatan
masyarakat. Implikasi dari kebijakan pengurangan subsidi BBM ini, agar supaya distribusi pendapatan masyarakat tidak terganggu dapat dilakukan dengan
memberikan skema kompensasi seperti halnya Bantuan Langsung Tunai BLT dan subsidi biaya pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat. Studi ini dapat
menjadi salahsatu model untuk menunjukkan bahwa perlu kebijakan ikutan yang ditempuh oleh pemerintah agar kebijakan utama yang dilakukan berjalan dengan
baik dan meminimasi dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kebijakan. Sebagai tambahan, dengan menggunaan kerangka data SNSE Malaysia
tahun 1970 dan tahun 2000, Saari 2010, menyelidiki sumber-sumber pertumbuhan di Malaysia selama periode tahun 1970-2000. Temuan studi ini
secara konsisten mengindikasikan bahwa ekspansi pada ekspor dan perubahan teknologi dalam menggunakan tenaga kerja dan modal merupakan penentu
utama perubahan pendapatan untuk semua golongan etnis. Namun demikian dengan ukuran relatif, dua determinan ini memberikan efek terbatas kepada etnis
Malay dibandingkan dengan etnis India dan Cina. Hasil yang sama terjadi pada perubahan tenaga kerja. Alasan perbedaan ini adalah karena banyak tenaga
kerja etnis Malay bekerja pada sektor publik, yaitu sektor yang memiliki perubahan struktural yang terbatas dan memiliki produktivitas rendah. Di satu
sisi, kesenjangan telah dikurangi dengan bantuan intervensi pemerintah, namun di sisi lain hal ini tidak berdampak pada pertumbuhan pendapatan yang
berkelanjutan. Studi ini sangat menarik karena dari hasil studi dapat dilihat dampak dari suatu kebijakan di Malaysia terhadap berbagai golongan etnis yang
ada.
Sementara itu, Seetanah et al. 2009, melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tentang apakah infrastruktur mengentaskan kemiskinan
pada negara berkembang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa infrastruktur sebagian besar telah diabaikan dalam penilaian kemiskinan di
negara berkembang. Penelitian ini mencoba untuk membuat beberapa kontribusi dalam menetapkan faktor-faktor yang dapat mengurangi kemiskinan dengan
mengeksplorasi dampak infrastruktur pada masyarakat miskin perkotaan di sampel 20 negara berkembang, selama periode 1980-2005. Hasil dari pengaruh
tetap statis static fixed effect dan juga model GMM dinamis mengungkapkan bahwa infrastruktur transportasi dan komunikasi memang merupakan sarana
yang efisien dalam memerangi kemiskinan perkotaan. Analisis uji panel kausalitas juga memvalidasi hasil penelitian ini. Oleh karena itu fokus perhatian
terhadap kebijakan utama adalah bagaimana meningkatkan akses masyarakat miskin perkotaan terhadap infrastruktur transportasi dan komunikasi.
Di sisi lain Fan and Chan-Kang 2005 melakukan studi tentang bagaimana dampak pembangunan jalan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan di Cina. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dampak infrastruktur publik terhadap pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan di Cina, khususnya
infrastruktur jalan. Manfaat dampak jalan terhadap produksi dan produktivitas, serta pada pengentasan kemiskinan, dikenal dengan baik dalam literatur tetapi
beberapa kesenjangan tetap ada. Penelitian ini berusaha memperkirakan dampak investasi jalan pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,
pertumbuhan perkotaan, dan pengurangan kemiskinan perkotaan, pertumbuhan pertanian dan kemiskinan di pedesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dibangun model ekonometrik yang mampu menangkap perbedaan transmisi
dampak investasi jalan pada pertumbuhan dan kemiskinan pada tingkat provinsi untuk tahun 1982-1999. Temuan yang paling signifikan dari studi ini adalah
bahwa kualitas infrastruktur jalan yang rendah kebanyakan di pedesaan memiliki rasio manfaat-biaya terhadap PDB nasional yang sekitar empat kali
lebih besar dari rasio manfaat-biaya infrastruktur jalan yang berkualitas tinggi. Bahkan dalam hal perkotaan PDB, rasio manfaat-biaya untuk jalan yang
berkualitas rendah jauh lebih besar daripada yang berkualitas tinggi. Penelitian lain yang menarik diungkapkan Mukaramah et al. 2011a yang
melakukan studi tentang dampak belanja publik menurut komponen terhadap distribusi pendapatan rumah tangga di Malaysia. Studi tentang belanja publik
yang berkaitan dengan distribusi pendapatan adalah penting karena pengeluaran publik telah digunakan secara intensif sejak kemerdekaan untuk mencapai tujuan
pemerataan pendapatan di Malaysia. Namun, ketimpangan pendapatan antar kelompok etnis, perkotaan dan daerah pedesaan masih lebar. Penghasilan yang
diterima oleh masyarakat etnis Cina dan India lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang diterima etnis Melayu, sementara pendapatan untuk perkotaan
sekitar dua kali lipat dibandingkan pendapatan pedesaan. Penelitian ini menggunakan kerangka SNSE Malaysia yang terdiri dari 50 neraca dan model
multiplier harga tetap. Fokusnya dalah menyoroti dampak perbedaan pengeluaran publik dengan komponen yang berbeda pada distribusi pendapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja publik di sektor pendidikan telah meningkatkan ketimpangan pendapatan antar etnis, menyebabkan peningkatan
kesenjangan desa-kota. Sedangkan, pengeluaran di sektor pertanian dan pembangunan pedesaan terbukti memiliki dampak positif pada kedua
ketimpangan pendapatan antar etnis dan perbedaan desa-kota.
Mukaramah et al. 2011b juga melakukan penelitian lain untuk menganalisis distribusi pendapatan fungsional dan institusional pada seluruh
lembagainstitusi dan sektor yang berbeda di Malaysia. Penelitian ini menggunakan kerangka data SNSE sebagai alat analisis. Kerangka dengan
disagregasi neraca yang detail mengarah pada struktur sektor produksi yang berbeda, kelompok rumah tangga yang berbeda dan berbagai komponen
pengeluaran publik. Studi ini menemukan bahwa ada distribusi yang tidak merata terhadap komposisi permintaan sektoral. Investasi sangat rendah dibandingkan
dengan konsumsi antara dan akhir, dan pangsa sektor publik sangat rendah dibandingkan sektor swasta. Hal ini pada gilirannya telah memberikan kontribusi
terhadap distribusi pendapatan yang tidak merata di Malaysia. Temuan lebih penting adalah bahwa komponen pengeluaran sektor publik yang yang tidak
merata pada berbagai sektor telah memperburuk ketimpangan pendapatan. Napitupulu et al 2011 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
prasarana jalan dan jembatan berperan penting dalam pembangunan ekonomi bangsa, namun dampak terhadap perekonomian belum diteliti secara cermat.
Penelitian Napitupulu bermaksud menganalisis dampak ekonomi investasi jalan dan jembatan dengan model Inter-regional Social Accounting Matrix Jawa
Sumatera 2007. Hasil analisis menunjukkan: 1 Investasi jalan dan jembatan di Sumatera dan Jawa-Bali paling dinikmati oleh sektor perdagangan, restoran dan
hotel, dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau namun kurang berpihak pada sektor pertanian; 2 Keterkaitan atau ketergantungan sektor-
sektor produksi terhadap konstruksi jalan dan jembatan di Sumatera cukup besar; 3 Dampak limpahan sektor jalan dan jembatan dari Sumatera ke Jawa-
Bali berkisar 5 kali lebih besar daripada limpahan dari Jawa-Bali ke Sumatera
menyebabkan kesenjangan pendapatan Sumatera dengan Jawa-Bali semakin melebar; 4 Rumah tangga pengusaha golongan rendah di desa memperoleh
pendapatan tertinggi dari investasi jalan di Sumatera, sementara untuk investasi jalan di Jawa-Bali rumah tangga pengusaha golongan rendah di kota
memperoleh pendapatan yang terbesar; 5. Kontribusi jalan dan jembatan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa-Bali dan Sumatera terhadap tahun 2007
naik 0.17 persen tahun 2008, naik 0.20 persen 2009 dan naik 0.28 persen tahun 2010.
Dalam studi yang dilakukan oleh Esfahani and Ramirez 2002 yang meneliti tentang infrastruktur dan pertumbuhan ditemukan beberapa temuan
penting. Studi ini pada dasarnya menganalisa hubungan antara institusi, infrastruktur dan kinerja ekonomi dengan menggunakan data dari 75 negara.
Hasil estimasi Two Stage Least Square 2SLS dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kontribusi infrastruktur terhadap GDP sangat substansial
dan secara umum melebihi biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan infrastruktur tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kapabilitas dari
institusi yang akan menentukan kredibilitas dan efektivitas dari kebijakan pemerintah memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan melalui
pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, negara akan mendapatkan benefit yang sangat besar dalam hal output, jika pemerintah fokus pada peningkatan
investasi dan kinerja dari infrastruktur. Sementara itu dari penelitian yang dilakukan oleh Dumont and Somps
2000, menunjukkan bahwa dampak infrastruktur terhadap sektor manufaktur baik dalam hal output dan daya saing akan berbeda-beda tergantung pada
dampaknya terhadap tingkat harga domestik dan tingkat upah. Selain itu, hasil
simulasi juga menunjukkan bahwa metode pembiayaan merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan karena dampak yang akan ditimbulkan akan
berbeda dan sekali lagi tergantung pada sejauh mana dapat mempengaruhi harga domestik.
Penelitian yang dilakukan Azis dan Mansury 2003 yang menganalisa tentang transmisi yang terjadi akibat dari financial shock terhadap distribusi
pendapatan rumah tangga dengan menggunakan kasus yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa rumah tangga dengan pendapatan tinggi menikmati
rendahnya nilai mata uang dengan tingkat bunga yang tinggi selama krisis. Tetapi, rumah tangga yang sama mungkin kehilangan pekerjaan akibat bekerja
pada sektor yang sangat bergantung atas barangjasa impor. Di sisi sektor produksi, sektor konstruksi mengalami dampak terburuk selama krisis, dengan
rumah tangga pendapatan rendah sektor non-pertanian terkena dampak akibat tenaga kerjan rumah tangga tersebut terlalu bergantung pada sektor konstruksi.
Sebagai tambahan, Thorbecke 1998 didalam studinya menerapkan Structural Path Analysis SPA ke dalam tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi
SNSESAM. Karena tabel SNSE adalah data sistem yang komprehensif dan equilibrium, seluruh jaringan dimana suatu pengaruh ditransmisikan dapat
diidentifikasi melalui SPA. Berdasarkan hasil studi ini, SPA memberikan alternatif lain dan lebih detil dalam dekomposisi pengganda dibandingkan dengan cara
tradisional yang dilakukan dengan metode.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap
penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi dan distribusi pendapatan masyarakat ini dilakukan. Berdasar analisa kondisi eksisting ditemukan fakta bahwasannya
PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku tahun 2010 cukup tinggi, yaitu sebesar Rp. 765.13 trilyun. Angka tersebut menempatkan Provinsi Jawa
Barat sebagai kekuatan ekonomi penting terbesar ketiga di Indonesia, dimana berkontribusi 14.7 terhadap perekonomian nasional. Melihat kontribusi Provinsi
Jawa Barat yang besar pada Produk Domestik Bruto Indonesia, maka dapat dikatakan pula bahwa peranan sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat juga penting
bagi perekonomian nasional. Di sisi lain di tengah kondisi perekonomian Provinsi Jawa Barat yang
menunjukkan indikator-indikator yang pertumbuhan yang positif, ternyata ada berbagai permasalahan yang juga timbul. Permasalahan tersebut misalkan
menurunnya peranan sektor industri, yang merupakan salahsatu sektor unggulan di Jawa Barat, dalam perekonomian Jawa Barat dari kurun tahun 2007-2010;
masih tingginya angka pengangguran 10.57 angkatan kerja; masih tingginya angka kemiskinan 4.8 juta jiwa; serta adanya kecenderungan penurunan
panjang dan kualitas jalan infrastruktur transportasi yang ada di Jawa Barat. Melihat fakta pentingnya kontribusi sektor ekonomi di Jawa Barat bagi
perekonomian nasional maka diperlukan upaya untuk mendorong peningkatan