103
Gambar 7. Tahapan Penyusunan SNSE provinsi Jawa Barat
4.4.3. Pendefinisian Klasifikasi
Ketersediaan data merupakan salah satu pertimbangan penting dalam proses pembuatan SNSE Jawa Barat. Dengan mempertimbangkan bahwa
data-data yang dibutuhkan sepertinya belum banyak tersedia di Provinsi Jawa Barat, sementara penelitian ini hanya memanfaatkan data-data sekunder,
mengakibatkan klasifikasi yang ditentukan khususnya dalam neraca faktor produksi dan neraca institusi, sangatlah minim. Namun demikian, diharapkan
dengan penetapan klasifikasi yang minim tersebut dapat menghasilkan output penelitian yang maksimal. Klasifikasi yang ditetapkan mengikuti pola SNSE
provinsi Jawa Barat Tahun 2010 yang dibangun mengikuti kebutuhan dalam melakukan analisis.
Konstruksi model SNSE Jabar tahun 2010, dilakukan dalam dua tahap. Tahap Pertama adalah menentukan klasifikasi SNSE Jabar tahun 2010.
Klasisfikasi dimaksud adalah menetapkan unsur-unsur yang diperlukan pada setiap blok neraca yaitu blok neraca faktor produksi, neraca institusi,
neraca sektor produksi, neraca komoditi, neraca kapital serta neraca neraca lainnya termasuk neraca luar negeri. Pada bagian sebelumnya telah
diungkapkan bahwa Tabel SNSE terdiri atas empat blok neraca, yakni: tiga blok neraca endogen dan satu blok neraca eksogen. Neraca endogen terdiri atas :
blok faktor produksi, blok institusi, dan blok sektor produksi. Dalam model SNSE Jabar tahun 2010
, blok neraca faktor produksi terdiri
atas dua tipe neraca .
Blok neraca institusi sebanyak 16 tipe neraca yang terdiri atas 14 tipe rumah tangga, 1 neraca perusahaan, dan 1 neraca pemerintah.
104
Sedangkan blok neraca sektor produksi terdiri atas 25 sektor. Ini berarti bahwa, blok neraca endogen terdiri atas 27 tipe neraca. Sedangkan blok neraca eksogen
terdiri atas 5 tipe neraca yaitu neraca pemerintah, neraca kapital, neraca subsidi dan neraca pajak tidak langsung dan neraca luar negeri . Jumlah seluruh neraca
dalam klasifikasi SNSE Jabar tahun 2010 merupakan model dengan matriks 80 x 80.
Tahap Kedua adalah tahap konstruksi model SNSE Jabar tahun 2010. Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah. Pertama, melakukan agregasi dan
updating atas Tabel Input-Output Jawa Barat tahun 2010. Perlu diketahui bahwa Tabel Input-Output regional Jawa Barat tahun 2010 yang dikonstruksi oleh BPS
terdiri atas 80 sektor. Tabel ini diagreagasi menjadi matriks 25x25 untuk sektoral dan komoditas, sedangkan untuk neraca luar negeri rest of Indonesia menjadi
matriks 25x1. Selanjutnya, dilakukan updating dengan terlebih menghitung data total output tahun 2010, final demand tahun 2010, dan total input primer tahun
2010, kemudian menggunakan metoda RAS. Proses ini menghasilkan Tabel Input-Output Jawa Barat tahun 2010 dengan klasifikasi sektor dan komoditas
yang sudah disesuaikan dengan klasifikasi SNSE Jabar 2010. Langkah Kedua dari tahap konstruksi adalah mengisi sel-sel neraca
transaksi SNSE Jabar tahun 2010. Dalam hal ini Tabel Input-Output Jawa Barat hasil updating yang sudah sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan dalam
kerangka data SNSE di masukkan ke dalam matriks SNSE Jabar pada sel-sel transaksi pada blok neraca sektor produksi baik dari sisi baris maupun kolom
yang sesuai. Untuk mengisi sel-sel blok neraca lainnya yang merupakan sub matriks dalam kerangka SNSE Jabar yang belum terisi digunakan data-data
pendukung seperti Susenas, Sakernas, Indikator Ekonomi, final demand, input primer, dan total output seperti sudah dijelaskan di atas. Data-data ini digunakan
untuk menghitung nilai komponen masing-masing sub matriks neraca transaksi dengan bantuan program Microsoft Excel. Sebelum dimasukkan dalam kerangka
105
SNSE Jabar, isian sub matriks yang diperoleh dari beberapa data survei atau data sekunder lainnya dilakukan rekonsiliasi untuk melihat reliabilitas, validitas
maupun konsistensi di dalam masing masing sub matriks tersebut secara parsial sebelum dimasukkan ke dalam kerangka SNSE Jabar yang utuh.
Setelah masing masing sub matriks baik yang berasal dari data tabel Input-Output Jabar maupun sub matriks-sub matriks yang berasal dari data
survei dan data sekunder tersebut konsisten kemudian dimasukkan ke dalam kerangka matriks SNSE Jabar. Pada tahap ini akan menghasilkan data SNSE
Jabar yang belum konsisten, jumlah baris belum sama dengan jumlah kolom karena masing masing sub-matriks masih dihitung secara parsial.
Tahap selanjutnya dilakukan konsistensi dengan melakukan rekonsiliasi dengan melihat kewajaran isian baris dan kolom dengan membandingkan
dengan indikator-indikator makro yang tersedia dan melihat kekuatan data di masing-masing isian dimana data yang bersumber dari sensus lebih valid
dibandingkan dengan data yang bersumber dari survei, data survei lebih valid dibandingkan data dari statistik registrasi dan seterusnya. Apabila seluruh baris
dan kolom sudah konsisten maka matriks SNSE Jabar tahun 2010 tersebut siap digunakan untuk berbagai analisis dalam penelitian ini. Gambaran klasifikasi
SNSE Jabar tahun 2010 yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Langkah Ketiga adalah proses pengolahan untuk mendapatkan multiplier output, nilai tambah, keterkaitan, dan dekomposisi serta SPA. Proses ini
menggunakan Program Exel dan MATS.
106
Tabel 4. Klasifikasi SNSE Jawa Barat, Tahun 2010
107
No. Neraca
1 Desa
2 Kota
3 Desa
4 Kota
5 Desa
6 Kota
7 Desa
8 Kota
9 Bukan tenaga kerja
10 Buruh
11 12
RT Golongan Bawah 13
RT Golongan Menengah 14
RT Golongan Atas 15
RT Golongan Bawah 16
RT Golongan Menengah 17
RT Golongan Atas 18
RT Golongan Bawah 19
RT Golongan Menengah 20
RT Golongan Atas 21
RT Golongan Bawah 22
RT Golongan Menengah 23
RT Golongan Atas 24
Perusahaan 25
Pemerintah 26
27 28
29 30
31 32
33 34
35 36
37 38
39 40
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 Margin Perdagangan dan Pengangkutan
52 53
54 55
56 57
58 59
60 61
62 63
64 65
66 67
68 69
70 71
72 73
74 75
76 77
78 79
80
Keterangan
Inst it
usi
Rumah tangga
Pertanian Pengusaha Pertanian
Fakt or
Produks i
Tenaga kerja Pertanian
Bukan Pertanian Industri
Desa Kota
Bukan Industri Desa
Kota Bukan Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar
Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan,
Militer, Profesional dan Teknisi
Sektor Produksi Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya
Kehutanan dan Perburuan Perikanan
Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit
Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum
Infrastruktur Transportasi Perdagangan
Restoran Infrastruktur Bukan Transportasi
Perhotelan Angkutan Darat
Industri Kayu Barang Dari Kayu
Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan
Bank dan Asuransi Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya
Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya
Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu Barang Dari Kayu
Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Perikanan
Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Pajak Tidak Langsung Subsidi
Luar Negeri Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan
Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan
Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya
Neraca Kapital Komoditi
Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya
Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan
Konstruksi Sektor Transportasi Perhotelan
Angkutan Darat Angkutan Udara, Air dan Komunikasi
Konstruksi Sektor Bukan Transportasi Perdagangan
Restoran Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen
Listrik, Gas Dan Air Minum
Sumber: BPS, diolah
4.4.4. Metoda Analisis