II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen- komponen yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Nelson
1973 menyatakan bahwa danau adalah tempat genangan air yang luas di pedalaman, dimana terdapat aliran tersendiri dengan air berwarna jernih atau
keruh. Genangan air yang terdapat pada danau dapat bersumber dari mata air atau aliran sungai. Jumlah air yang masuk pasti lebih besar dari air yang keluar.
Kandungan nutrien di perairan akan mempengaruhi produktivitas danau. Produktivitas yang tinggi terjadi di perairan yang eutrofik, dimana perairan
tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan manusia. Dengan meningkatnya kegiatan biologi dalam danau per unit waktu dan volume air tertentu, maka
produksi sampah organikpun akan meningkat dan akhirnya mengendap di dasar danau sehingga dapat terjadi pendangkalan Watt, 1974.
Di dalam ekosistem danau terdapat unsur abiotic, primary producer, consumers and decomposers
yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Semua organisme yang ada di danau akan menggunakan air
sebagai alat transportasinya. Keadaan dan jumlah organisme danau ditentukan oleh tiga hal yaitu asal mulanya terjadi danau, erosi, dan letak geografisnya
Golterman, 1975. Pada danau eutrofik umumnya memiliki perairan yang dangkal. Tumbuhan
litoral melimpah, kepadatan plankton besar, sering terjadi blooming alga dan tingkat penetrasi cahaya umumnya rendah. Pada danau oligotrofik biasanya
memiliki perairan yang dalam, dengan hypolimnion lebih luas dari epilimnion. Tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya
tinggi. Konsentrasi nutriennya rendah dan blooming plankton jarang terjadi, sehingga air danau memiliki penetrasi cahaya yang besar Jorgensen, 1983.
Danau sebagai suatu ekosistem, secara fisik merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yan tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu
Lincoln et al., 1984.
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dapat dibagi atas dua, yaitu danau alam dan danau buatan. Danau alam terbentuk sebagai akibat dari kegiatan
alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik, dan kegiatan tektonik Odum. 1993, sedangkan danau buatan terbentuk oleh kegiatan manusia dengan sengaja
untuk tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah dataran rendah.
Menurut Ekspedisi Sunda yang dilakukan pada tahun 1928 - 1929, Danau Maninjau dikategorikan sebagai danau vulkanis, yaitu bekas letusan gunung
berapi yang pada masa Kwarter dimana ditemukan jenis batu-batuan beku vulkanis dan instrusi hampir seluruh daerah disekitar danau tersebut. Daerah
tebing dekat pintu Barat dan Timur danau dilalui oleh dua jalur geseran yang menandakan daerah tersebut tidak stabil.
Danau Maninjau memiliki luas 9.737,50 ha dengan panjang maksimum 16,46 km, lebar maksimum 7,5 km. Sebagai suatu sumberdaya alam dan
lingkungan, Danau Maninjau memiliki arti yang penting bagi kehidupan manusia, baik bagi masyarakat yang tinggal disekitar danau maupun bagi masyarakat yang
tinggal pada daerah aliran sungai tempat air danau keluar serta masyarakat lain pada umumnya.
Bila tidak ada intervensi manusia, maka volume air danau relatif tetap yang ditunjukkan oleh tingkat elevasinya. Sumber air danau dapat berasal dari
sungai, air rembesan air tanah, dan air hujan. Sebaliknya kehilangan air danau dapat melalui saluran pengeluaran oulflow, sungai, rembesan, serta evaporasi
Payne, 1986. Danau selalu menerima masukan air dari daerah sekitarnya DAS, dengan demikian danau cenderung menerima bahan-bahan terlarut yang terangkut
bersamaan dengan air yang masuk. Menurut Payne 1986 konsentrasi ionik perairan danau merupakan resultante ionik dari air yang masuk. Kualitas air danau
sangat tergantung pada pengelolaan daerah aliran sungai yang mengalir ke danau tersebut.
2.2. Penelitian Sumberdaya Air