Perumusan Masalah Economic assessment and management policy of lake resources sustainability (Case study in Maninjau Lake of West Sumatera)

Keramba Jaring Apung. Danau Maninjau memiliki pemandangan yang indah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek rekreasi. Setiap hari orang yang berkunjung ke sana untuk tujuan rekreasi, yaitu untuk melihat pemandangan yang indah, menghirup udara yang segar, memancing, bermain- main, berolah raga, dan sebagainya. Pada umumnya pengunjung yang banyak adalah pada akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu, sementara kunjungan yang paling banyak adalah pada masa liburan dan masa lebaran. Masyarakat yang tinggal disekitar danau tersebut masih banyak yang memanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan domestik seperti untuk sumber air minum, mandi, dan mencuci. Ada sembilan sungai besar dan kecil yang mengalir masuk danau inflow, dan hanya satu sungai sebagai tempat pembuangannya outflow yaitu sungai Antokan. Besar debit outflow di hulu Sungai Antokan rata-rata 59,6 m3detik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani yang tinggal pada daerah Sub-DAS Antokan sejak dahulu kala untuk mengairi pertanian dan mengolah padi menjadi beras dengan menggunakan teknologi sederhana berupa “kincir air”. Namun sejak tahun 1970an pemanfaatan kincir hanya terbatas untuk irigasi saja, karena untuk mengolah padi menjadi beras telah berkembang teknologi baru berupa mesin penggiling padi rice milling.

1.2. Perumusan Masalah

Dilihat dari topografinya, Danau Maninjau terletak pada posisi 461,5 meter di atas permukaan laut dan adanya outflow yang relatif besar dari danau tersebut, sehingga dipandang berpotensi untuk digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Kemungkinan pemanfaatan potensi tenaga air Danau Maninjau untuk pembangkit tenaga listrik telah dilakukan studi oleh berbagai konsultan sejak tahun 1965-1980, yang akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa air Danau Maninjau dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan hasil studi tersebut diambil suatu kebijakan pengembangan pemanfaatan Danau Maninjau melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA, dengan menggunakan pompa sebanyak 20 unit dengan kapasitas 0,5m 3 per detik per unit untuk pemenuhan kebutuhan listrik Sumatera Barat dan Riau. Pembangunan PLTA dimulai sejak tahun 1982 dan mulai beroperasi sejak tahun 1992. Setelah PLTA mulai beroperasi muncul berbagai tuntutan dari masyarakat baik yang tinggal di sekitar danau maupun masyarakat yang tinggal di Sub-DAS Antokan. Pada musim hujan masyarakat yang tinggal di sekitar danau lahannya di genangi air akibat pembendungan pada hulu sungai Antokan yang menyebabkan naiknya elevasi danau melebihi keadaan normal, dan masyarakat yang berada di Sub-DAS Antokan kelebihan debit air yang mengakibatkan banyaknya peralatan dan perlengkapan irigasi sederhana kincir hanyut dibawa arus air yang besar akibat pintu bendungan dibuka. Pada musim kemarau, masyarakat yang tinggal di sekitar danau Maninjau mengeluh karena sumur-sumur mereka mengalami kekeringan akibat turunnya elevasi danau dan masyarakat yang tinggal di Sub-DAS Antokan juga mengeluh karena kekurangan debit air untuk menggerakkan kincirnya. Pertumbuhan pemukiman di sekitar danau mengakibatkan pemanfaatan ruang tumpang tindih. Pemanfaatan lahan untuk pemukiman di DAS yang bermuara ke danau membawa limbah domestik masuk ke danau melalui sungai, serta endapan erosi akibat pembukaan lahan pemukiman. Pesatnya pemanfaatan ruang di sekitar danau berdampak masuknya limbah cair dan limbah padat ke danau yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air dan ekosistem danau terutama kelengkapan struktur rantai makanan dan energi alamiah danau. Besarnya kontribusi limbah padat yang masuk ke danau disebabkan belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di sekitar danau. Disamping itu kualitas sumberdaya manusia setempat masih rendah, sehingga masyarakat tidak mengetahui pentingnya kelestarian ekosistem danau di masa datang PSLH, 2002. Berbagai aktivitas masyarakat disempadan danau, seperti pemukiman, perhotelan, pertanian dan peternakan merupakan sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan danau. Danau maninjau pada saat ini dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yaitu: domestik, pertanian, industri, rekreasi, akuakultur, estetika dan sumber energi. Hal ini menimbulkan permasalahan pencemaran perairan, penurunan kualitas air, dan penurunan debit air. Pemanfaatan Danau Maninjau melalui pembangunan PLTA untuk menghasilkan energi listrik telah menimbulkan masalah eksternal. Masalah eksternal yang muncul bersifat positif maupun negatif. Bila masalah eksternal ini tidak diambil kebijakan, maka kegiatan pembangunan yang diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru menurunkan tingkat kesejahteraannya. Pemanfaatan danau sebagai daerah tujuan wisata telah menyebabkan masuknya limbah cair dan padat ke danau. Tumbuhnya pemukiman dan pengembangan fasilitas fisik di sekitar danau menyebabkan pemanfaatan tata ruang tumpang tindih. Penurunan kualitas air pada Danau Maninjau antara lain adalah akibat dari kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung KJA yang sudah melampaui daya dukung perairan danau Bapedalda Sumatera Barat 2001. Bila tidak diintervensi dengan reformasi kebijakan, maka kondisi di atas akan berlanjut terus sehingga kegiatan pengelolaan Danau Maninjau akan merusak danau dan berdampak kepada penurunan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji dampak dari pemanfaatan Danau Maninjau melalui kajian valuasi ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya dan kelestarian danau, sehingga dapat dirumuskan beberapa alternatif kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Secara rinci permasalahan yang akan dijawab dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemanfaatan Danau Maninjau dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat yang ada di sekitarnya ? 2. Bagaimana persepsi masyarakat di sekitar Danau Maninjau terhadap eksistensi Danau Maninjau? 3. Kebijakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk melestarikan fungsi SDAL berkaitan dengan pemanfaatan Danau Maninjau ?.

1.3. Tujuan Penelitian