Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 1 satu tahun di Danau Maninjau Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat yang meliputi survei pemanfaatan danau untuk perikanan, pemanfaatan irigasi, rekreasi dan domestik serta pemanfaatan PLTA. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah peta lokasi penelitian. Gambar 6

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: a Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap sumber informasi dengan menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka. b Kuesioner, yaitu memberikan pertanyaan tertutup terhadap responden. c Dokumentasi. Penggunaan teknik dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data yang berasal dari arsip laporan, dan dokumen tertulis lainnya seperti literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran dokumen atau instansi yang berkaitan dengan topik penelitian. Setelah data diperoleh dilakukan analisis terhadap data tersebut melalui 3 jalur kegiatan secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Miles Huberman, 1992:16. Reduksi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan kegiatan analisis data berupa penyusunanpenggabungan sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sedangkan penarikan kesimpulan adalah tahapan dalam analisis data untuk menguji kebenaran atau validitas data . Gambar 6 Peta lokasi penelitian

3.3.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Total SDAL Danau Maninjau

Untuk menentukan nilai ekonomi total Danau Maninjau sebagai suatu SDAL, dilakukan identifikasi pemanfaatannya. Dari studi pendahuluan telah diidentifikasi bahwa pemanfaatan Danau Maninjau adalah meliputi Nilai Guna Langsung NGL, Nilai Guna Tidak Langsung NGTL, Nilai Pilihan NP, dan Nilai Bukan Guna NBG. Nilai Guna Langsung dihitung berdasarkan nilai pasar. Nilai Guna Tidak Langsung, Nilai Pilihan dan Nilai Bukan Guna dihitung berdasarkan kesediaan masyarakat untuk membayar Willingness to Pat = WTP Atas dasar pemanfaatan di atas, maka Nilai Guna Langsung NGL Danau Maninjau diformulasikan sebagai berikut : 3.3.1.1. Nilai Guna Langsung NGL........................................... 1 NGL = NEP + NEI + NER + NED + NEL Dimana : NGL = Nilai Guna Langsung NEP = Nilai Ekonomi Perikanan NEI =Nilai Ekonomi Irigasi NER = Nilai Ekonomi Rekreasi NED = Nilai Ekonomi Domestik NEL = Nilai Ekonomi Listrik

3.3.1.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan

Untuk menentukan nilai ekonomi perikanan, dikumpulkan data primer dari masyarakat sebagai pembudidaya dan nelayan penangkap ikan. Pemanfaatan untuk perikanan terdiri dari dua bentuk yaitu budidaya Keramba Jala Apung KJA dan ikan yang tumbuh secara alami non-budidaya. Ikan yang tumbuh secara alami ini ditangkap dan dipancing oleh nelayan dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Penentuan sampel untuk Petani Keramba Jala Apung dan nelayan tangkap dilakukan metode simple random sampling yakni berdasarkan usaha yang mereka jalankan. Sealanjutnya dilakukan wawancara terhadap responden yang terpilih, yang tersebar di sekitar danau. Nilai ekonomi perikanan adalah merupakan kumulatif dari seluruh manfaat yang dapat didefinisikan dari sumberdaya perikanan. Perhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan Analisis Manfaat Biaya Gittinger, 1986 dimana Manfaat bersih adalah berupa keuntungan dirumuskan sebagai berikut : Keuntungan = Penerimaan - Biaya Dengan demikian nilai ekonomi perikanan total dapat dihitung dengan formulasi: NEP = NE KJA + NE NT .................................................2 NEP = NE KJA + NE NT + NE NP NEP = MB KJA x P KJA + MB NT x P NT + MB NP x P NT Dimana: NEP = Nilai Ekonomi Perikanan MB KJA =Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata petani per kg ikan Rpkg P KJA = Produksi ikan dari KJA selama setahun kg MB NT = Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata nelayan tangkap per kg ikan Rpkg P NT = Hasil tangkapan ikan selama setahun kg MB NP = Manfaat bersih berupa keuntungan rata-rata pemancing per kg ikanRpkg P NP = Hasil tangkapan memancing ikan selama setahun kg

3.3.1.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi

Dalam menentukan nilai ekonomi pemanfaatan irigasi diperlukan data primer dan data sekunder. Data primer adalah berkaitan dengan semua biaya atau pengorbanan untuk mendapatkan air guna mengairi sawah mulai dari pengolahan awal sampai panen. Data primer dikumpulkan dari para petani di Daerah Aliran Sungai DAS Antokan yang memanfaatkan air sungai Antokan sebagai sumberdaya untuk irigasi pertanian. Data sekunder yang dibutuhkan adalah luas areal sawah yang dapat diairi oleh Sub-Daerah Aliran Sungai DAS Antokan yang didapat dari instansi terkait dan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Untuk menentukan nilai manfaat irigasi digunakan metode biaya pengadaan yang bertumpu pada WTP. Berdasarkan pendekatan ini maka semua pengorbanan untuk dapat memanfaatkan air irigasi pertanian diasumsikan sebagai kesediaannya untuk membayar. Jumlah pengorbanan yang dimaksud adalah untuk iuran irigasi, perbaikan tanggul dan saluran irigasi, tenaga kerja yang dibayar maupun yang diperhitungkan dan pengeluaran peralatan lain untuk keperluan irigasi. Seluruh biaya yang dikalkulasikan dari masing-masing rumahtangga petani distandarisasi kedalam biaya pengadaan air irigasi per ha yaitu dengan membagi seluruh biaya yang telah diperhitungkan dengan luas areal yang dimilikinya, dengan rumus sebagai berikut; NEI = BPA x LAI x IPR .......................................................3 Dimana: NEI = Nilai Ekonomi Irigasi BPA = Biaya pengadaan airha Rptahun LAI = Luas areal sawah irigasi Ha IPR = Intensitas Penanaman Rata-rata kalitahun

3.3.1.1.3. Nilai Ekonomi Rekreasi

Untuk menentukan nilai ekonomi rekreasi digunakan pendekatan biaya perjalanan travel cost dengan memanfaatkan informasi tentang waktu dan pengeluaran uang yang dilakukan oleh pengunjung untuk perjalanan ke dan dari danau Fauzi, 2004. Dari informasi ini akan dapat digunakan untuk menghitung surplus konsumen yang dinikmati oleh para pengunjung danau tersebut. Pendekatan ini akan diasumsikan bahwa : 1 biaya dalam bentuk uang dan waktu yang digunakan untuk mengadakan perjalanan ketempat rekreasi yang tidak dipungut bayaran merupakan pencerminan dari kesediaan masyarakat untuk membayar WTP tempat tersebut, 2 sehubungan dengan anggapan pertama maka perubahan dalam biaya perjalanan akan merubah permintaannya terhadap rekreasi tersebut. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dihimpun yaitu karakteristik pengunjung, jumlah pengunjung perhari, biaya perjalanan ketempat rekreasi, waktu yang dikorbankan, serta penghasilan rata-rata pengunjung. Data sekunder yang dihimpun adalah data tentang jumlah penduduk disetiap zona kunjungan. Populasi dalam penentuan nilai ekonomi rekreasi ini adalah pengunjung yang datang ketempat rekreasi selama tahun 2009. Penentuan sampel dari populasi pengunjung dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut Umar, 2003 n = N 1+Ne 2 ..........................................................4 Keterangan n = Jumlah sampel orang N = Jumlah populasi orang e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang tidak bisa ditoleransi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara accidential sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan berdasarkan kesediaan pengunjung untuk diwawancarai. Untuk pengunjung yang berkelompokrombongan diambil beberapa orang sebagai perwakilan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan daerah asal zona pengunjung. Untuk mengetahui kurva permintaan dilakukan pengolahan data dengan membuat regresi antara jumlah kunjungan per seribu penduduk dari daerah asal zona pengunjung dengan biaya perjalanan dan faktor sosial ekonomi pengunjung. Untuk menentukan fungsi permintaan rekreasi ini adalah sebagai berikut Hufschmidt,1983 dan penelitian Widada, 2004 : 1 Menentukan kurva permintaan dengan meregresikan antara permintaan Y, yaitu jumlah kunjungan per seribu penduduk dari masing-masing zona dengan biaya perjalanan X 1 , dan variabel sosial ekonomi lainnya X 2 , X 3 ,... Xn Yw = 0 + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + 4 X 4 + 5 X 5 + …………..5 Keterangan: Yw = Jumlah kunjungan per seribu penduduk orang = Intersep X 1 = Biaya perjalanan rata-rata Rp 1,2,3,4,5 = Koefisien regresi X 2,3,4,5 = Variabel sosial ekonomi = Galat Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + …………..6 Dimana masing-masing variabel adalah : Y = Kunjungan per 1000 penduduk X1 = Total rata-rata biaya perjalanan dari masing-masing zona Rporang X2 = Rata-rata umur pengunjung X3 = Pendapatan rata-rata Rpkapitatahun X4 = Tingkat pendidikan X5 = Lama kunjungan = Galat Jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut : JK 1000i = {JS i JS t JP dm2009 x 1000} JP i Keterangan : JK 1000i = Jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dari zona ke-i JS i = Jumlah sampel yang tersensus ddari zona ke-i JS t = Total jumlah sampel yang disensus JP dm2009 = Jumlah kunjungan ke lokasi rekreasi Danau Maninjau pada tahun 2009 JP i = Jumlah penduduk zona ke-i pada tahun 2009 2 Menentukan intersep baru ’ fungsi permintaan dalam keadaan peubah bebas lain X 2 ,X 3 ... X n tetap yaitu nilai rata-rata. Y = + 1 X 1 + 2 X 2 + + 3 X 3 + ... + + n X n Y = + 2 X 2 + + 3 X 3 + ... + + n X n + 1 X 1 Y = ’ + 1 X 1 3 Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X 1 menjadi peubah tidak bebas dan Y sebagai peubah bebas : Y = ’ + 1 X 1 X 1 = Y- ’ 1 4 Menduga rata-rata total biaya perjalanan per seribu penduduk dari seluruh zona dengan menggunakan persamaan matematik sebagai berikut : U = fYõ Y Keterangan : U = Rata-rata total biaya perjalanan FY = Fungsi permintaan rekreasi a = Rata-rata jumlah kunjungan per seribu penduduk 5 Menentukan nilai X 1 biaya perjalanan pada saat Y rata-rata dengan mensubtitusikan nilai Y rata-rata pada persamaan : X 1 = Y - ’ 1 6 Menentukan rata-rata nilai yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan dengan mengalikan X 1 rata-rata pada langkah ke-5 di atas dengan Y rata-rata. 7 Menentukan surplus konsumen per seribu penduduk yaitu : Surplus konsumen = Total kesediaan membayar – Nilai yang dibayarkan 8 Memntukan Total Nilai Ekonomi Rekreasi yaitu terdiri dari kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen wisatawan yang berkunjung ke lokasi rekreasi Danau Maninjau dengan cara mengkonversi nilai tersebut dengan total jumlah penduduk di seluruh zona pengunjung dengan rumus sebagai berikut : TNER = Nilai rata-rata x Jumlah penduduk 1000

3.3.1.1.4. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Domestik

Untuk menentukan nilai ekonomi pemanfaatan domestik digunakan dua metode yaitu: 1 Metode berdasarkan jumlah waktu yang dikorbankan dan 2 Metode penilaian kontingensi. Dalam penggunaan metode berdasarkan waktu yang dikorbankan, data dikumpulkan dari masyarakat yang memanfaatkan air danau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, dan mencuci. Untuk memenuhi kebutuhan domestik tersebut masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya, yang diperlukan hanya pengorbanan waktu untuk pergi dan pulang mengambil air, untuk minum, mandi, dan mencuci. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pengorbanan waktu tersebut mencerminkan kesediaan konsumen untuk membayar WTP dalam rangka menikmati manfaat domestik. Manfaat ekonomi domestik ini dihitung dengan rumus: NPD = P x t x Ht x 360 ......................................................7 Dimana: P = Jumlah Penduduk yang memanfaatkan air untuk kebutuhan domestik T = Waktu menit yang dibutuhkan untuk pergi dan pulang kedari danau Ht = Harga waktu permenit Data dikumpulkan dari penduduk yang tinggal di sekitar danau Maninjau yang berpotensi memanfaatkan air untuk penggunaan domestik.

3.3.1.1.5. Nilai Ekonomi Listrik

Untuk mengetahui Nilai Ekonomi listrik ditentukan dengan cara mengalikan jumlah energi listrik yang dihasilkan PLTA pertahun dengan harga tarif dasar listrik. Energi listrik yang dihasilkan per tahun ditentukan berdasarkan pola pengoperasian PLTA Maninjau yang didasarkan pada prinsip keseimbangan air pada tahun normal dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menghitung ketersediaan volume air yang dapat dipergunakan untuk pemutar turbin, Kedua, menghitung energi listrik yang dapat dihasilkan dengan cara membagi jumlah volume air yang tersedia untuk pemutar turbindengan nilai SWC standar untuk menghasilkan 1 kwh listrik = 1,583m 3 air. Ketiga, menentukan nilai ekonomi listrik dengan cara mengalikan energi listrik yang dapat dihasilkan dengan tarif listrik per kWh yang berlaku pada saat studi dilakukan.

3.3.1.2. Nilai Guna Tidak Langsung NGTL

Untuk menghitung Nilai Guna Tidak Langsung dilakukan dengan menggunakan pendekatan kesediaan membayar atau WTP dari masyarakat untuk membiayai upaya pelestarian danau. Nilai guna tidak langsung merupakan mafaat fungsional dari proses ekologi dari sumberdaya danau diantaranya sebagai pengendali banjir, tempat pembesaran ikan peliharaan, pemijahan dan tempat mencari makan biota, wahana penelitian dan pendidikan konservasi.

3.3.1.3. Nilai Pilihan

Nilai pilihan merupakan manfaat di masa yang akan datang dari sumberdaya danau dengan penilaian berapa besarnya seorang individu atau masyarakat sanggup membayar atau WTP untuk melindungi sumberdaya danau untuk kepentingan masyarakat di masa depan.

3.3.1.4. Nilai Bukan Guna

Nilai bukan guna danau dihitung berdasarkan nilai eksistensi yaitu berapa manfaat yang diperoleh dan dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan sumberdaya danau, setelah manfaat lainnya dihilangkan, sehingga nilai yang diperoleh merupakan cerminan nilai ekonomi keberadaan suatu komponen sumberdaya.

3.3.2. Analisis Persepsi Masyarakat

Analisis ini untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar Danau Maninjau terhdap eksistensi SDAL Danau Manijau dan dampak PLTA Danau Maninjau, yaitu meliputi; a status kepemilikan SDAL Danau Maninjau; b hak pemanfaatan SDAL Danau Maninjau untuk perikanan; c hak pemanfaatan SDAL Danau Maninjau untuk pariwisata; d hak pemanfa atan SDAL Danau Maninjau untuk irigasi; e hak pemanfaatan SDAL Danau Maninjau untuk keperluan domestic; f kewajiban menjaga kelestarian Danau Maninjau; g hak mengatur pengelolaan Danau Maninjau; h kondisi pengelolaan eksisting Danau Maninjau; i pengelolaan dampak PLTA Maninjau oleh PLN. Persepsi masyarakat tersebut dilihat dari karakteristik masyarakat tersebut. Karakteristik masyarakat dapat dilihat dari beberapa factor, yaitu: 1 umur, 2 tingkat pendidikan, 3 jenis pekerjaan, 4 pendapatan, dan 5 jarak tempat tinggal dengan danau. Untuk melihat hubungan antara persepsi masyarakat dengan karakteristiknya digunakan analisis Chi-Kuadrat. Bila hubungan signifikan akan dilanjutkan dengan uji keeratan hubungan dengan menentukan koefisien kontingensi.

3.3.3. Perumusan Rancangan Kebijakan

Untuk merumuskan rancangan kebijakan perlu perumusan masalah secara tepat. Rumusan masalah tersebut dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai sebagai ukuran dari kinerja kebijakan. Selanjutnya dilakukan peramalan tentang situasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Metode pengumpulan data: data yang diperlukan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan dalam penyusunan rancangan kebijakan pengelolaan danau berkelanjutan dilakukan dengan wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari tokoh masayarakat di lingkungan danau, pembudidaya ikan, pedagang pengumpul ikan, kelompok LSM, dan pejabat setempat, serta wawancara dengan berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan kegiatan tersebut. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait yaitu dari Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, Dinas Tataruang, Dinas Pariwisata, Dinas Meteorologi dan Geofisika, Dinas Lingkungan Hidup, serta PLN. Metode Analisis data: Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun sekunder diolah dengan menggunakan program software ISM. IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah terbentuknya Danau Maninjau Danau maninjau merupakan danau tipe vulkano tektonik, yang diduga masih terdapat aktivitas vulkanik di daerah tersebut dengan ditandai munculnya belerang pada saat tertentu. Bentuk kaldera yang memanjang menunjukkan masa erupsi yang lama pada waktu terjadi pergeseran lateral kanan pada jalur patahan utama Sumatera. Gunung Maninjau tidak memperlihatkan sebuah gunung api sempurna, hanya berbentuk kerucut terpancung. Puncak-puncak gunung yang tinggi hampir mengelilingi kaldera maninjau, terutama di utara dengan ketinggian mencapai 1.500 meter Gn.Rangkian dan di selatan dengan ketinggian mencapai 1.252 meter Gn.Tanjung Balit. Daerah Danau Maninjau merupakan bagian dari sistem patahan besar Sumatera. Pada bagian tengah merupakan patahan utama yang aktif. Pergerakan- pergerakan pada patahan ini pada saat ini sudah diketahui di beberapa tempat seperti yang terakhir berasosiasi dengan gempa bumi tanggal 9 Maret 1997 di wilayah Pasaman, sekitar 75 km utara Maninjau. Tubuh raksasa gunung api Maninjau diperkirakan berasal dari gunung api yang berbeda atau dari sebuah gunung api kompleks yang tersusun dengan arah utara – selatan. Berdasarkan bukti-bukti geomorfologi dan kemiripan fenomena, maka aktivitas gunung api Maninjau berangsur-angsur bergeser dari utara ke selatan. Tahapan pembentukan danau Maninjau adalah sebagai berikut: Pra Aktivitas Gunung Api Tahap ini adalah suatu masa ketika tekanan tektonik yang meningkat di sepanjang kawasan bagian barat Sumatera dan diikuti oleh pembentukan patahan-patahan. Di bagian barat sepanjang Zona Patahan Besar Sumatera muncul patahan-patahan yang merencong dan berarah vertikal, khususnya di daerah Maninjau. Pra Pembentukan Kaldera Naiknya magma telah melahirkan sejumlah gunung api, salah satu diantaranya adalah Gn. Maninjau, yang dapat mencapai ketinggian 3.000 meter. Pipa kepundannya secara berangsur-angsur berpindah-pindah dari utara ke selatan, yang juga merupakan pusat-pusat letusan. Melalui cara-cara tersebut sebuah gunung api kompleks terbentuk, dan gunung api pertama terbentuk di utara mempunyai kerucut tertinggi dan terbesar, sebagaimana dapat dideduksi dari geomorfologinya. Dengan cara yang sama aktifitas vulkanik ke arah selatan ini juga telah mengakibatkan lahirnya gunung api kembar yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat. Endapan Tufa di Sumatera Barat Endapan merupakan hasil erupsi celah Sistem Patahan Besar Sumatera. Kaldera Maninjau merupakan hasil dari tiga letusan utama yang meledakkan sampai hancur inti gunung api sentral tersebut dan mengubur daerah sekitarnya dengan tufa. Pembentukan Kaldera Maninjau dan Ganesa Lembah Antokan Setelah magma asam disembur, tubuh raksasa gunung api Maninjau terbongkar dari penyangganya dan mulai tenggelam. Gunung api tersebut berlokasi dekat dengan dapur magmanya. Oleh karena itu, kaldera Maninjau adalah juga sisa gunung api Maninjau yang telah mengalami perubahan amat besar sebagai hasil amblasan dan runtuhan. Bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan bentuk-bentuk lain di kedalaman dan ditambah dengan rekahan-rekahan konsentris yakni kerusakan-kerusakan radial di bagian barat dari tunuh gunung api tersebut, serta diikuti oleh pelengkungan dan perosotan bagian permukaan yang membentuk lobang terobosan Antokan, maka selanjutnya terjadi proses lembah Antokan. Fenomena tubo belerang dimana munculnya belerang yang di danau Maninjau pada waktu yang lalu diperkirakan tidak lepas dari sisa-sisa kegiatan vulkanis pada masa lalu seperti dikemukakan di atas.

4.2. Letak Geografis