Letak Geografis Economic assessment and management policy of lake resources sustainability (Case study in Maninjau Lake of West Sumatera)

meter. Pipa kepundannya secara berangsur-angsur berpindah-pindah dari utara ke selatan, yang juga merupakan pusat-pusat letusan. Melalui cara-cara tersebut sebuah gunung api kompleks terbentuk, dan gunung api pertama terbentuk di utara mempunyai kerucut tertinggi dan terbesar, sebagaimana dapat dideduksi dari geomorfologinya. Dengan cara yang sama aktifitas vulkanik ke arah selatan ini juga telah mengakibatkan lahirnya gunung api kembar yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat. Endapan Tufa di Sumatera Barat Endapan merupakan hasil erupsi celah Sistem Patahan Besar Sumatera. Kaldera Maninjau merupakan hasil dari tiga letusan utama yang meledakkan sampai hancur inti gunung api sentral tersebut dan mengubur daerah sekitarnya dengan tufa. Pembentukan Kaldera Maninjau dan Ganesa Lembah Antokan Setelah magma asam disembur, tubuh raksasa gunung api Maninjau terbongkar dari penyangganya dan mulai tenggelam. Gunung api tersebut berlokasi dekat dengan dapur magmanya. Oleh karena itu, kaldera Maninjau adalah juga sisa gunung api Maninjau yang telah mengalami perubahan amat besar sebagai hasil amblasan dan runtuhan. Bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan bentuk-bentuk lain di kedalaman dan ditambah dengan rekahan-rekahan konsentris yakni kerusakan-kerusakan radial di bagian barat dari tunuh gunung api tersebut, serta diikuti oleh pelengkungan dan perosotan bagian permukaan yang membentuk lobang terobosan Antokan, maka selanjutnya terjadi proses lembah Antokan. Fenomena tubo belerang dimana munculnya belerang yang di danau Maninjau pada waktu yang lalu diperkirakan tidak lepas dari sisa-sisa kegiatan vulkanis pada masa lalu seperti dikemukakan di atas.

4.2. Letak Geografis

Danau Maninjau sendiri terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam – Sumatera Barat Gambar 2.1 dan posisinya terletak pada 100 08 53,84 BT - 100 14 02,39 BT dan 0 14 52,50 - 0 24 12,17 LS. Berdasarkan peta iklim oleh Oldman 1979 dan hidroklimat dasar oleh Bakosurtanal 1987, Kabupaten Agam dibagi atas 4 kelas curah hujan Kabupaten Agam, 2001. Kabupaten Agam termasuk dalam daerah dengan curah hujan mencapai 2.500 – 3.500 mmtahun dengan bulan kering selama 1 – 2 bulan berturut-turut. Dengan didasari pada pengamatan hujan 1983 – 2004, wilayah Danau Maninjau secara klimatologis berdasarkan Schmid dan Fergusson sangat basah dan berdasarkan klasfikasi Mohr termasuk wilayah basah. 4.3. Fisiografi Kondisi fisiografi Danau Maninjau meliputi kondisi topografi, kemiringan lereng, morfologi dan jenis tanah. Kondisi tersebut tergantung pada proses pembentukannya seperti letusan gunung api longsoran pada danau, sedimentasi, kebocoran karena perlarutan pada batuan atau adanya sesar. Kawasan Maninjau dan sekitarnya terletak pada ketinggian 461,50 meter diatas permukaan laut mdpl. Dominasi kondisi topografi di kawasan Maninjau adalah datar kemiringan 0 – 2 seluas 115,51 Ha dan merupakan wilayah sempadan danau dimana terdapat permukiman perumahan, hotel, restoran dan sebagainya dan persawahan. Sedangkan wilayah perbukitan dengan lereng 15 seluas 95,79 ha dimana sebagian berupa hutan, disamping itu juga ada persawahan. Danau Maninjau terletak di wilayah pegunungan yang terbentuk dari 2 jalur utama, yaitu Basin Batang Agam di bagian utara dan Batang Antokan di bagian selatan. Morfologi dataran pembentuk danau Maninjau berupa endapan alluvium sungai dan danau, yang berupa bahan- bahan lepas dan berukuran lempung hingga kerakal serta endapan kipas alluvium. Selain morfologi dataran, daerah danau Maninjau juga termasuk ke dalam satuan morfologi gunung api strato dengan kemiringan terjal hingga melandai ke arah barat sekitar Lubuk Basung dan sungai Limau. Bahan induk tanahnya terdiri dari tuf vulkanik, baik yang telah lapuk maupun segar. Tanah yang terbentuk adalah kelompok inceptisol, entiso, dan oxisol atau yang dikenal dengan andosol dan latosol.

4.4. Hidrologi