1.5. Hipotesis
1. Nilai Ekonomi Irigasi Danau Maninjau lebih besar dibandingkan dengan Nilai Ekonomi Sumberdaya danau lainnya.
2. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan Sumberdaya Danau Maninjau selama ini sudah berpihak kepada kepentingan masyarakat di sekitar
Kawasan danau Maninjau.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah sebagai sumber informasi untuk pengambilan
keputusan yang tepat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi dan untuk pengelolaan SDAL danau secara
berkelanjutan. 2.
Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi untuk menentukan besarnya kompensasi yang dapat diklaimnya atas kerugian yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan Danau Maninjau. 3.
Sebagai sumber informasi untuk menentukan besarnya kewajiban atau kompensasi yang seharusnya dibayarkan kepada masyarakat yang
menderita kerugian sebagai akibat operasionalnya. 4.
Sebagai sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengelolaan SDAL pada masa mendatang, khususnya dalam pengembangan
pemanfaatan SDAL danau secara berkelanjutan.
1.7. Novelty
Secara garis besar, penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam upaya mengkaji lebih dalam tentang eksistensi sumberdaya air sebagai input
produksi pertanian dan untuk kebutuhan domestik dapat diklasifikasikan atas 3 aspek, yaitu 1 aspek ekonomi, 2 aspek sosial kelembagaan, dan 3 aspek
teknis. Pada umumnya penelitian lebih banyak dititik beratkan pada eksistensi
sistem irigasi dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat petani, sedangkan penelitian yang dititik beratkan pada penentuan nilai ekonomi air
serta pendugaan kurva permintaannya masih relatif sedikit
Penelitian-penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau selama ini masih bersifat sporadik dan parsial. Kebaruan utama dalam penelitian ini
terdapat pada pemanfaatan Danau Maninjau dari berbagai aspek khususnya yang berkaitan dengan ekonomi lingkungan.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang terkait dengan aspek ekonomis, sebagai berikut;
1 Wardin 1989 telah melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan petani dalam membayar biaya operasional dan pemeliharaan irigasi di
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa besarnya biaya irigasi untuk daerah irigasi sederhana
ternyata lebih mahal apabila dibandingkan dengan daerah irigasi teknis. Penelitian tersebut pendekatan perhitungan investasi melalui amortisasi pada
berbagai tingkat suku bunga dan kemampuan petani untuk membayar iuran irigasi yang tercermin dari kebutuhan hidup minimum dan adanya kelebihan
pendapatan dari usaha taninya, maka disimpulkan bahwa sebenarnya petani mampu untuk membayar iuran irigasi. Dari pengujian efisiensi irigasi
disimpulkan bahwa pada daerah irigasi teknis variable yang mempunyai pengaruh besar terhadap keuntungan adalah: upah tenaga kerja pria, ternak,
dan obat-obatan. Pada daerah irigasi sederhana, variable yang berpengaruh adalah kesuburan lahan. Pada daerah irigasi teknis menunjukkan tingkat
efisiensi teknis yang lebih baik jika dibandingkan dengan daerah irigasi sederhana.
2 Ismintarti 1992 dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menduga faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan air rumah tangga, membuat kurva
permintaan air dan menduga nilai air sebagai salah satu manfaat hidrologi Gunung Gede Pangrango khususnya dari sektor rumah tangga. Dari
penelitian yang dilakukan di Sub-DAS Cisokan Tengah-Hilir DAS Citarum, Jawa Barat ditemukan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pemintaan
air untuk keperluan rumah tangga, yaitu biaya pengadaan air, tingkat pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga. Dengan anggapan perubah
bebas lainnya tetap cateris paribus, maka hubungan antara jumlah air yang dikonsumsi dengan biaya pengadaannya pada periode tertentu diestimetkan
sebagai ln Y = 8,647 – 0,550- ln X1. Kurya permintaan air yang dibatasi oleh tingkat biaya minimum berdasarkan perhitungan biaya secara langsung dan
biaya maksimum berdasarkan hasil wawancara terhadap penawaran kesediaan membayar untuk satu satuan air, maka nilai air dapat diduga
sebesar Rp 146,9 milyar dan surplus konsumen sebesar Rp 131,9 milyar. Berarti keberadaan Gunung Gede Pangrango dilihat dari fungsi hidrologi
khususnya dari segi produk air yang dikonsumsi masyarakat untuk keperluan rumah tangga di Sub-DAS Cisokan Tengah-Hilir DAS Citarum, Jawa Barat
bernilai ekonomi sebesar Rp 146,9 milyar dan keuntungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat adalah sebesar surplus konsumen yaitu
sebesar Rp 131,9 milyar. Sedangkan berdasarkan metode kontingensi nilai air sebagai manfaat hidrologi adalah sebesar kesediaan masyarakat untuk
membayar terhadap sejumlah air yang dikonsumsi yaitu Rp 1,11 triliyun dan sebesar kesediaan masyarakat untuk menerima kompensasinya sebesar Rp
1,16 triliyun. 3 Darusman 1991, dalam penelitiannya telah mengkaji nilai ekonomi air
untuk keperluan pertanian dan rumah tangga di daerah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dengan menggunakan pendekatan willingness to
pay dirumuskan kurva permintaan untuk aktivitas pertanian dan rumah
tangga. Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan model logaritma linear diperoleh hasil bahwa permintaan air untuk rumah tangga sangat nyata
dipengaruhi oleh faktor-faktor; a biaya pengadaan air, b tingkat pendapatan keluarga, dan c jumlah anggota keluarga. Untuk aktivitas
pertanian, permintaan air sangat nyata dipengaruhi oleh faktor-faktor a biaya pengadaan air, b luas lahan pertanian, dan c jenis usaha tani. Dari
studi tersebut dihasilkan kurya permintaan untuk kedua aktivitas yang dikaji, sehingga dapat diperkirakan manfaat air dan juga besarnya surplus
konsumen yang terjadi. Perkiraan nilai manfaat ekonomi air dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk keperluan rumah tangga sebesar Rp
4,181 milyar dan pertanian sebesar Rp 4,248 milyar. 4 Idris 2002 dalam penelitiannya telah mengkaji pemanfaatan sumberdaya
danau singkarak yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat diperoleh Nilai
Ekonomi Total Rp 175,21 milyar pertahun terdiri dari nilai ekonomi pemanfaatan perikanan Rp 7,59 milyar, nilai ekonomi pemanfaatan irigasi
Rp 0,78 milyar, nilai ekonomi pemanfaatan rekreasi Rp 4,18 milyar, nilai ekonomi untuk pemanfaatan kebutuhan domestik Rp 7,72 milyar, dan nilai
ekonomi pemanfaatan listrik Rp 154,95 milyar. 5 Ismail 2007, dalam penelitiannya penilaian ekonomi dan kebijakan
pengelolaan lingkungan waduk dalam pembangunan studi kasus Waduk Ir.H.Juanda Hasil penelitian dari pemanfaatan langsung sumberdaya waduk
diperoleh Nilai Ekonomi Total adalah Rp 160.197.824.439 dari nilai guna langsung, nilai pemanfaatan tertinggi yaitu dari listrik yaitu Rp
72.131.819.815, disusul berturut-turut hasil dari pemanfaatan perikanan Rp 44.524.512.963, pemanfaatan untuk irigasi Rp 27.427.796.000, pemanfaatan
untuk transportasi air Rp 3.081.045.600, pemanfaatan untuk industri Rp 1.477.723.900, pemanfaatan untuk rekreasi Rp 652.912.510, nilai terkecil
adalah pemanfaatan air baku bernilai negatif Rp 29.421.032.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen- komponen yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Nelson
1973 menyatakan bahwa danau adalah tempat genangan air yang luas di pedalaman, dimana terdapat aliran tersendiri dengan air berwarna jernih atau
keruh. Genangan air yang terdapat pada danau dapat bersumber dari mata air atau aliran sungai. Jumlah air yang masuk pasti lebih besar dari air yang keluar.
Kandungan nutrien di perairan akan mempengaruhi produktivitas danau. Produktivitas yang tinggi terjadi di perairan yang eutrofik, dimana perairan
tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan manusia. Dengan meningkatnya kegiatan biologi dalam danau per unit waktu dan volume air tertentu, maka
produksi sampah organikpun akan meningkat dan akhirnya mengendap di dasar danau sehingga dapat terjadi pendangkalan Watt, 1974.
Di dalam ekosistem danau terdapat unsur abiotic, primary producer, consumers and decomposers
yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Semua organisme yang ada di danau akan menggunakan air
sebagai alat transportasinya. Keadaan dan jumlah organisme danau ditentukan oleh tiga hal yaitu asal mulanya terjadi danau, erosi, dan letak geografisnya
Golterman, 1975. Pada danau eutrofik umumnya memiliki perairan yang dangkal. Tumbuhan
litoral melimpah, kepadatan plankton besar, sering terjadi blooming alga dan tingkat penetrasi cahaya umumnya rendah. Pada danau oligotrofik biasanya
memiliki perairan yang dalam, dengan hypolimnion lebih luas dari epilimnion. Tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya
tinggi. Konsentrasi nutriennya rendah dan blooming plankton jarang terjadi, sehingga air danau memiliki penetrasi cahaya yang besar Jorgensen, 1983.
Danau sebagai suatu ekosistem, secara fisik merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yan tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu
Lincoln et al., 1984.
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dapat dibagi atas dua, yaitu danau alam dan danau buatan. Danau alam terbentuk sebagai akibat dari kegiatan
alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik, dan kegiatan tektonik Odum. 1993, sedangkan danau buatan terbentuk oleh kegiatan manusia dengan sengaja
untuk tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah dataran rendah.
Menurut Ekspedisi Sunda yang dilakukan pada tahun 1928 - 1929, Danau Maninjau dikategorikan sebagai danau vulkanis, yaitu bekas letusan gunung
berapi yang pada masa Kwarter dimana ditemukan jenis batu-batuan beku vulkanis dan instrusi hampir seluruh daerah disekitar danau tersebut. Daerah
tebing dekat pintu Barat dan Timur danau dilalui oleh dua jalur geseran yang menandakan daerah tersebut tidak stabil.
Danau Maninjau memiliki luas 9.737,50 ha dengan panjang maksimum 16,46 km, lebar maksimum 7,5 km. Sebagai suatu sumberdaya alam dan
lingkungan, Danau Maninjau memiliki arti yang penting bagi kehidupan manusia, baik bagi masyarakat yang tinggal disekitar danau maupun bagi masyarakat yang
tinggal pada daerah aliran sungai tempat air danau keluar serta masyarakat lain pada umumnya.
Bila tidak ada intervensi manusia, maka volume air danau relatif tetap yang ditunjukkan oleh tingkat elevasinya. Sumber air danau dapat berasal dari
sungai, air rembesan air tanah, dan air hujan. Sebaliknya kehilangan air danau dapat melalui saluran pengeluaran oulflow, sungai, rembesan, serta evaporasi
Payne, 1986. Danau selalu menerima masukan air dari daerah sekitarnya DAS, dengan demikian danau cenderung menerima bahan-bahan terlarut yang terangkut
bersamaan dengan air yang masuk. Menurut Payne 1986 konsentrasi ionik perairan danau merupakan resultante ionik dari air yang masuk. Kualitas air danau
sangat tergantung pada pengelolaan daerah aliran sungai yang mengalir ke danau tersebut.
2.2. Penelitian Sumberdaya Air
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam upaya mengkaji lebih dalam tentang eksistensi sumberdaya air sebagai input produksi pertanian dan
untuk kebutuhan domestik dapat diklasifikasikan atas 3 aspek, yaitu 1 aspek ekonomi,2 aspek sosial kelembagaan, dan 3 aspek teknis. Umumnya penelitian
lebih banyak dititik beratkan pada eksisten sistem irigasi dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat petani, sedangkan penelitian yang menitik
beratkan pada penelitian nilai ekonomi air serta pendugaan kurva permintaannya masih relatif sedikit.
2.3. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Alam
Persyaratan terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan adanya komunikasi. Proses interaksi yang pokok adalah proses asosiatif dan proses dis-
asosiatif. Bentuk proses asosiatif adalah kerjasama dan akomodasi, sedangkan proses dis-asosiatif adalah persaingan, kontroversi dan pertentangan atau konflik
Sukanto, 1990. Fisher 2001, mendefinisikan konflik sebagai hubungan antara dua pihak
atau lebih yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang satu sama lain tidak sejalan. Konflik adalah pertentangan antara banyak kepentingan,
nilai, tindakan atau arah serta merupakan bagian yang menyatu sejak kehidupan ada. Oleh karena itu, konflik adalah sesuatu yang tak terelakkan yang dapat
bersifat positif negatif. Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, konflik dapat
diartikan sebagai sengketa lingkungan. Untuk menyelesaikan konflik tersebut dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan
sukarela dari pihak-pihak yang berkonflik. Penyelesaian konflik diluar pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk tindakan penyelesaian
guna menjamin tidak terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
2.4. Analisis Kebijakan Publik