Latar Belakang Economic assessment and management policy of lake resources sustainability (Case study in Maninjau Lake of West Sumatera)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan laut dan daratan. Bagi manusia, kepentingan danau jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia rumahtangga, industri, dan pertanian. Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut: 1 sebagai sumber plasma nuftah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik ikan; 2 sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis florafauna yang penting, 3 sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya rumahtangga, industri dan sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri,pertanian; 4 sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah; 5 memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan curah hujan setempat; 6 sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari satu tempat ke tempat lainnya; 7 sebagai penghasil energi listrik melalui PLTA; 8 sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata; 9 sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah Connell Miller 1995. Dalam Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air pada Pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya air ialah sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya. Pengelolaan danau sebagai salah satu sumber air, tidak dapat berdiri sendiri, harus diintegrasikan ke dalam pengelolaan DAS sebagai kesatuan wilayah, begitu pula pemanfaatannya Indonesia memiliki lebih dari 700 danau dengan luas keseluruhan lebih dari 5.000 Km 2 atau sekitar 0,25 luas daratan Indonesia Davies et al., 1995, namun kondisi sebagian besar danau tersebut akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Danau terluas di Indonesia adalah Danau Toba 110.260 ha di Sumatera Utara, dan danau yang dalam adalah Danau Matano 600 m di Sulawesi Selatan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pemanfaatan sumberdaya danau yang tidak terkendali dan lemahnya koordinasi antar sektor dan antar wilayah . Munculnya masalah lingkungan merupakan suatu akibat yang tidak diniatkan atau akibat yang tidak dapat dielakkan dan bahkan akibat yang tidak terduga sebelumnya dari hasil interaksi antara aktivitas ekonomi dengan eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan SDAL, baik produksi, distribusi. maupun konsumsi. Interaksi yang dapat menimbulkan munculnya masalah lingkungan tersebut adalah interaksi yang berlangsung secara tidak seimbang dan tidak harmonis. Makin tinggi tingkat interaksi tersebut, maka dampaknya terhadap degradasi SDAL juga akan makin tinggi. Masalah lingkungan bersifat sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dan waktu. Dalam dimensi ruang, masalah lingkungan bisa berdampak lokal, setempat, wilayah tertentu, negara, internasional, dan bahkan global, sedangkan dalam dimensi waktu, masalah lingkungan dapat berdampak jangka pendek, jangka panjang, sesaat, dan ada yang berkelanjutan. Danau merupakan salah satu SDAL yang penting bagi kehidupan manusia. Dilihat dari jenis barang dan kepemilikannya, danau merupakan barang publik public goods yang dimiliki bersama oleh masyarakat common property , sehingga semua orang terbuka untuk memanfaatkannya open access secara bebas sesuai dengan kebutuhannya. Keadaan ini akan mengakibatkan sumberdaya danau akan cenderung dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya, tanpa memperhitungkan kepentingan orang lain dan kelestariannya. Pada gilirannya akan muncul suatu kondisi yang tidak dapat dihindari yaitu konflik kepentingan, baik dalam pemanfaatan maupun kewenangan dalam pengelolaannya, sehingga dapat mengancam kelestarian sumberdaya tersebut Ginting, 1998. Salah satu danau penting di Indonesia adalah Danau Maninjau terletak pada 0° 17 – 07.04 LS dan 100° - 09 .58.0 BT dengan ketinggian 461,5 meter di atas permukaan laut yang merupakan danau tipe vulkanis yaitu berasal dari letusan gunung berapi. Pada saat ini Danau Maninjau digunakan sebagai sumber air untuk pembangkit tenaga listrik dengan energi Iistrik tahunan rata-rata sebesar 205 MW, sebagai sumber air irigasi, lahan budidaya ikan dalam keramba, dan merupakan salah satu tujuan wisata. Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa kedalaman maksimum danau 165 m, panjang garis pantai 52,68 km, luas permukaan air 9.737,50 ha, panjang maksimum 16.46 km, lebar maksimum 7,5 km dan volume air 10.226.001.629,2 m 3 . Berdasarkan data curah hujan dan Stasiun Maninjau tahun 1994 - 2004 menunjukkan bahwa pola hujan bulanan relatif merata sepanjang tahun, dengan curah hujan bulanan rata-rata sebesar 299 mm dan curah hujan tahunan rata-rata 3.588 mm. Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat mempunyai peran yang penting bagi kehidupan. Danau ini mempunyai tiga macam fungsi, yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi. Fungsi ekologi Danau Maninjau merupakan habitat bagi organisme, mengontrol keseimbangan air tanah, dan mengontrol iklim mikro. Fungsi sosial antara lain tempat masyarakat untuk mandi cuci kakus MCK, dan memberikan pemandangan indah. Fungsi ekonomi, sebagai sumber air untuk irigasi, perikanan, budidaya ikan dengan keramba apung maupun dengan menangkap di perairan danau, pariwisata lokal maupun pariwisata internasional, dan fungsi ekonomi terbesar adalah sebagai pembangkit tenaga listrik yang menghasilkan energi rata-rata tahunan sebesar 205 MW. Melihat fungsi-fungsi tersebut, maka Danau Maninjau perlu dilestarikan. Di Danau Maninjau hidup berbagai jenis ikan antara lain; ikan rinuakasang Ostrochilus brochynopterus CV, turik Cyclocheilichthys dezwain CV , sasau Hampala sp. dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya. Ikan tersebut ditangkap oleh masyarakat dengan menggunakan alahan, jaring insang, bubu, jala, pancing, dan kadang-kadang ada juga yang rnenggunakan bahan peledak serta arus listrik. Hasil tangkapan ini selain dikonsumsi secara lokal, juga diekspor dalam bentuk olahan Syandri, 1996. Selain ikan tangkap yang ada, masyarakat sekitar juga memanfaatkan Danau Maninjau untuk budidaya Keramba Jaring Apung yang telah dikembangkan sejak tahun 1992, dan setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah budidaya Keramba Jaring Apung. Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2006 berjumlah 8.955 petak Keramba Jaring Apung. Danau Maninjau memiliki pemandangan yang indah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek rekreasi. Setiap hari orang yang berkunjung ke sana untuk tujuan rekreasi, yaitu untuk melihat pemandangan yang indah, menghirup udara yang segar, memancing, bermain- main, berolah raga, dan sebagainya. Pada umumnya pengunjung yang banyak adalah pada akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu, sementara kunjungan yang paling banyak adalah pada masa liburan dan masa lebaran. Masyarakat yang tinggal disekitar danau tersebut masih banyak yang memanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan domestik seperti untuk sumber air minum, mandi, dan mencuci. Ada sembilan sungai besar dan kecil yang mengalir masuk danau inflow, dan hanya satu sungai sebagai tempat pembuangannya outflow yaitu sungai Antokan. Besar debit outflow di hulu Sungai Antokan rata-rata 59,6 m3detik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani yang tinggal pada daerah Sub-DAS Antokan sejak dahulu kala untuk mengairi pertanian dan mengolah padi menjadi beras dengan menggunakan teknologi sederhana berupa “kincir air”. Namun sejak tahun 1970an pemanfaatan kincir hanya terbatas untuk irigasi saja, karena untuk mengolah padi menjadi beras telah berkembang teknologi baru berupa mesin penggiling padi rice milling.

1.2. Perumusan Masalah