Kondisi Umum Administrasi Danau Maninjau

di Danau Maninjau dari segi pencegahan pencemaran dapat merubah nutrient anorganik menjadi bahan organic, melalui aktifitas fotosintesa, enceng gondok memproduksi oksigen ke lingkungan sekitarnya. Selain itu juga dapat menyediakan naungan bagi biota ikan local dan sebagai sumber makanan bagi ikan herbivore. Untuk menjaga tumbuhan air enceng gondok agar mempunyai nilai estetika yang baik, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penebaran ikan Grass Carp untuk memanen secara biologis enceng gondok. 2. Pemanfaatan enceng gondok sebagai makanan ternak dalam bentuk kompos, karena enceng gondok mempunyai nilai nutrisi yang baik. 3. Pembatasan pemasukan unsur Fosfor ke danau yang berasal dari budidaya ikan dengan KJA, limbah pertanian dan limbah detergen. 4. Membuat perangkapbatas penyebaran enceng gondok pada kawasan yang ditumbuhi enceng gondok.

4.6. Kondisi Umum Administrasi Danau Maninjau

Secara administrasi, sebagian besar catchment area Danau Maninjau termasuk dalam Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Raya dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Raya Tahun 2009 No. Nagari Jumlah Penduduk 1. Maninjau 3.676 2. Bayur 5.442 3. Duo Koto 3.283 4. Paninjauan 1.742 5. Koto Kaciak 3.541 6. Koto Gadang 2.020 7. Koto Malintang 3.577 8. Tanjung Sani 4.766 9. Sungai Batang 4.951 Total 32.998 Dengan bertambahnya penduduk, maka jumlah kebutuhan akan lahan dan pemanfaatan penggunaan air danau akan meningkat dan limbah domestikpun akan meningkat pula. Pola penggunaan tanah di Kecamatan Tanjung Raya adalah untuk permukiman, persawahan, kebun campuran, semak belukar, hutan dan perairan umum. Permukiman Sebaran kawasan permukiman di sekitar Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya adalah sebagai berikut: • Kawasan terbangun terkonsentrasi tertinggi di bagian utara dan timur Danau Maninjau Nagari Koto Kaciak hingga Sungai Batang karena fisiografi relatif datar. • Wilayah bagian timur merupakan tempat konsentrasi kegiatan, sekaligus ibukota Kecamatan Tanjung Raya. Sebagai konsekuensi konsentrasi kegiatan, maka aktifitas yang berkembang adalah perdagangan, jasa, pelayanan dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penduduk skala kecamatan. • Kawasan yang terletak di bagaian barat dan selatan Danau Maninjau Nagari Tanjung Sani dimana permukimannya relative besar dan kepadatan bangunan masih jarang mengingat fisiografinya sebagian besar merupakan bukit dengan lereng yang terjal. Pertanian Kegiatan pertanian yang ada disekitar Danau Maninjau adalah bersawah, berkebun dan beternak. Kegiatan bersawah merupakan kegiatan sebagian besar di kawasan Simpang Maninjau. Komoditi utama adalah padi, dan komoditi lainnya adalah jagung, tomat, terung kacang-kacangan kedelai, kacang tanah dan umbi-umbian. Perkebunan yang ada adalah perkebunan rakyat, komoditi utamanya adalah pala dan kayu manis, seperti terlihat pada Tabel 8 Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Pertanian dan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman Luas Panen ha Produksi ton 1 Padi Sawah 4.848 24.427 2 Jagung 90 332 3 Ubi Jalar 11 147 4 Kacang Tanah 110 219 5 Kacang Hijau 53 93 6 Kelapa 173 573 7 Karet 3 4 8 Cengkeh 149 3 9 Kulit Manis 579 1022 10 Kopi 251 84 11 Kemiri 72 567 12 Pinang 79 106 13 Pala 445 1258 Sumber : Kec Tanjung Raya dalam Angka 2010 Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk sektor pertanian produksi terbesar adalah padi sawah pada tahun 2009 adalah sebesar 24.427 ton dengan luas lahan 4.848 ha, sedangkan untuk sektor perkebunan adalah pala dan kulit manis, pada tahun 2009 produksi kulit manis adalah 1.022 ton untuk luas lahan 579 ha, sedangkan pala produksi tahun 2009 adalah 1.258 dengan luas lahan 445 ha. Perikanan Kegiatan perikanan berupa Keramba Jaring Apung KJA dan perikanan tangkap seluruhnya berada di Danau Maninjau. Jumlah Keramba Jala Apung dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9 Jumlah Keramba Jala Apung di Danau Maninjau unit Tahun Keramba Jaring Apung petak Keterangan Sumber Data 1992 12 Universitas Bung Hatta UBH 1997 2.854 UBH Dinas Perikanan Sumbar 1998 2.952 LPPM UBH 1999 3.500 LPPM UBH 2000 3.150 LPPM UBH 2001 3.184 LPPM UBH 2002 3.608 APBIAT, PAPERLA 2003 3.205 LPPM UBH 2005 4.920 PLTA Maninjau 2006 8.955 PLTA Maninjau Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah keramba jaring apung pada tahun 1992 hanya 12 petak, sedangkan pada tahun 2006 berjumlah 8.955, terjadi peningkatan yang sangat tinggi setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh karena selama ini usaha keramba jaring apung menghasilkan keuntungan yang menjanjikan. Pada bulan Januari 2009, terjadi musibah di Danau Maninjau yaitu matinya ikan-ikan budidaya Keramba Jaring Apung KJA diperkirakan mencapai 13.500 ton dengan kerugian Rp150 miliar, musibah ini adalah yang terbesar selama Danau Maninjau dijadikan tempat usaha budidaya Keramba Jaring Apung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Limnologi LIPI yang ada di Danau Maninjau, penyebab matinya ikan-ikan KJA adalah akibat tubo belerang dan sisa-sisa pakan ikan naik kepermukaan air danau saat musim angin kencang yang biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari. Untuk Perikanan Tangkap yang dilakukan oleh masyrakat sekitar Danau Maninjau sebagai mata pencaharian terlihat pada Tabel 10. Tabel 10 Data Perikanan Tangkap Danau Maninjau Kec.Tanjung Raya Kab.Agam tahun 2009 No. Nagari Jumlah Nelayan Jaring 1 Koto Malintang 23 17 2 Koto Kaciak 50 50 3 Koto Gadang 12 8 4 II Koto 35 33 5 Maninjau 2 2 6 Tanjung Sani 155 155 7 Sungai Batang 32 32 Jumlah 309 297 Data : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Agam PLTA Maninjau PLTA Maninjau sebagai pusat pembangkit listrik mempunyai arti yang sangay penting dan strategir dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat akan energi listrik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Sejak operasi tahun 1983, PLTA Maninjau telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi ketersediaan energi listrik untuk masyarakat sekitar dan Sumatera Barat pada umumnya. Dengan dibangunnya PLTA Maninjau membantu industri pariwisata maupun pertanian dan perikanan yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Agam. Kondisi umum PLTA Maninjau dapat dijelaskan Tabel 11. Tabel 11 Kondisi umum PLTA Maninjau. No Kondisi Umum Keterangan 1 Nama PLTA PLTA Maninjau 2 Lokasi Operasi Sebelah Barat Daya Danau Maninjau 3 Tahun Operasi September 1983 4 Jumlah Unit 4 Unit Turbin dan Generator 5 Kapasitas Pembangkit 4 x 17 MG = 68 MG 6 Tipe PLTA Dam Single function 7 Reservior Waduk alami 8 Catchment Area 23.500 ha 9 Luas Genangan pd EL.Maks 9.400 ha danau vulkanik 10 Debit pembangkit total 4 x 8,7 m 3 dt 11 Debit efektif 16,2 m 3 dt 12 Debit Maks 164 m 3 dt 13 Elevasi maks.operasi 464 masl 14 Elevasi normal operasi 464 – 463 masl 15 Elevasi darurat operasi 463 – 462,5 masl 16 Elevasi Intake Gate 458,5 masl 17 Bendungan Tinggi 2 meter, lebar 60 meter 18 Panjang terowongan utama 4.300 meter Pariwisata Sektor Pariwisata adalah salah satu sektor unggulan di Kabupaten Agam karena memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat melalui kunjungan wisatawan. Wisatawan yang masuk ke Kabupaten Agam dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Agam tahun 1999 sd 2009 Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah 1999 15.837 26.921 42.758 2000 14.254 23.537 37.791 2001 15.503 24.612 40.115 2002 12.451 19.690 32.141 2003 7.535 18.356 25.891 2004 11.264 21.646 32.910 2005 13.423 22.734 36.157 2006 9.896 20.973 30.869 2007 12.912 67.377 80.289 2008 7.848 69.895 77.743 2009 8.623 151.311 159.934 Pada Tabel 12 terlihat bahwa wisatawan nusantara yang datang berkunjung ke Kabupaten Agam cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1999, jumlah wisatawan nusantara yang datang berkunjung ke Kabupaten Agam berjumlah 26.921 orang dan pada tahun 2009, meningkat menjadi 151.311 orang. Wisatawan Mancanegara yang datang berkunjung ke Kabupaten Agam pada tahun 1999 adalah 15.837 orang dan pada tahun 2009, berjumlah 8.623 orang,terjadi penurunan kunjungan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara hal ini disebabkan oleh kondisi sosial politik di Indonesia yang kurang stabil. Danau Maninjau merupakan salah satu tujuan tujuan wisata di Kabupaten Agam oleh wisatawan baik domertik maupun internasional selain udaranya yang sejuk juga ditambah dengan pemandangan alamnya yang sangat indah . Terdapat beberapa objek wisata yang tersedia di Danau Maninjau diantaranya : 1. Panorama Danau Maninjau 2. Pantai Tepian Danau 3. Pemandian Air Panas 4. Wisata perkotaan 5. Bangunan Budaya dan Bersejarah 6. Makam Ulama 7. Wisata Bukit Berhutan 8. Wisata Agro 9. Bangunan Mesjid 10. Bangunan Budaya dan Bersejarah 11. Atraksi Wisata Sosial Budaya Selain kondisi fisik, sebaran permukimann dan pemanfaatan lahan dalam arti yang lebih luas juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat. Tanah Minang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia, sebagai wilayah yang kaya akan budaya. Terdapat 2 budaya di kawasan Danau Maninjau, yaitu Nagari dan Matrilineal.

A. Fisiologi Masyarakat Minang

Masyarakat Minangkabau secara tradisional telah memiliki beberapa prinsip fisiologis yang mengatur konsepsi hidup dan kehidupan masyarakatnya. Filosofi adat Minang tersebut adalah Alam Takambang Jadi Guru Filosofi alam. Masyarakat Minang telah memasukkan alam sebagai bagian dari kehidupan mereka secara integral. Mereka belajar dari alam untuk kemudian menjadikannya sebagai inspirasi bagi prinsip hidup dan kehidupannya. Dengan memahami sepenuhnya prinsip hubungan sebab akibat dalam fenomena alam dikenal dengan bakarano bakajadian. Pemahaman mereka akan substansi alamiah seperti air, udara, tanah dan api sebagai unsur bebas di alam dibarengi dengan pemahaman yang cukup mengenai bagaimana unsur-unsur bebas tersebut dapat bersatu dan membentuk sebuah kesatuan universal, yaitu dunia. Mereka memahami bagaimana justru perbedaan yang memungkinkan dunia ini berkembang secara dinamis dan saling melengkapi satu sama lain. Pemahaman filosofi seperti ini diyakini telah melekat pada pribadi orang Minang, melalui konsepsi keberadaan seseorang dan umat manusia secara umum. Beberapa filosofi hidup dalam masyarakat Minang antara lain adalah: o Tagak samo tinggi duduak samo randah. Filosofi ini mengajarkan masyarakat Minang bersikap egaliter terhadap sesama. Namun di sisi lain, mereka mengakui adanya perbedaan peran seorang individu dalam masyarakat berdasarkan kemampuannya. Filosofi ini pula yang mengajarkan masyarakat Minang untuk selalu siap bersaing. o Mambangkik batang tarandam. Mendukung usaha setiap individu untuk meraih sukses, terutama karena ada keinginan untuk mengemban kabanggaan gengsi keluarga. o Awak samo awak. Atau dapat diartikan sebagai kekitaan. Prinsip ini dipengaruhi oleh struktur komunal masyarakat. Prinsip yang menganggap orang lain sebagai bagian dari diri kita sendiri. Secara singkat, prinsip ini sarat dengan makna solidaritas, baik sesuku, senagari, bahkan se-Alam Minangkabau. Prinsip solidaritas ini sangat penting, karena membentuk paradigma di kalangan masyarakat Minang untuk membantu siapapun yang masih berdarah Minang beridentitas sama ketika mengalami kesulitan. o Saiyo sakato. Prinsip seiya sekata dalam masyarakat komunal secara sosiologis sangat penting karena keinginan seseorang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, keputusan dibuat secara bersama, melalui mekanisme musyawarah. Kesepakatan yang kemudian dicapai dikenal sebagai istilah mufakat. o Di ma bumi dipijak, di sinan langit dijunjuang. Prinsip ini mengajarkan sikap mampu beradaptasi secara harmonis. Sebagaimana hukum alam yang memperlihatkan bahwa dunia selalu dalam proses perubahan, pertambahan waktu dan kemajuan jaman sangat mempengaruhi hidup manusia. Masyarakat Minang memiliki semangat dan optimisme yang besar dalam mengantisipasi perubahan. Hal ini terlihat dalam di ma bumi dipijak, di sinan langit dijunjuang. Sebuah petitih yang sarat dengan makna. Filosofi masyarakat tersebut merupakan sekelumit saja dari sekian banyak prinsip hidup adat Minang. Apabila ditelaah secara lebih mendalam, adat Minang pada dasarnya membuat sistem hidup masyarakatnya komunal, hidup selaras dengan alam dan sangat memperhatikan dinamika serta keharmonisan hubungan antarwarganya. Sebagai sebuah norma kehidupan, filosofi masyarakat Minang relatif lebih efektif mempengaruhi sikap dan kepatuhan terhadap pengaturan hubungan antar elemen masyarakat, jika dibandingkan dengan aturan baku pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari peran Nagari sebagai konsep pemrintahan tradisional ala Minang.

B. Sistem Nagari

Dalam historis ketatanegaraan NAGARI merupakan sebutan sebuah desa dijaman dahulu, dari sistem filosofinya, memiliki makna yang berbeda. Nagari menurut Muchtar Naim, merupakan lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan yang lebih luas. Di dalam konsep nagari tersebut terkandung makna sebuah negara dalam artian miniatur. Ikatan bernagari di Minangkabau, dahulunya, bukan saja ikatan daerah dan kekerabatan adat sifatnya tetapi juga struktural fungsional dalam artian toritorial-pemerintahan yang efektif. Oleh karena itu kaitannya ke atas, ke luhak dan ke alam, dan ke samping antara sesama nagari, terutama adalah kaitan emosional. Nagari bersifat self=contained, otonom, dan mampu membenahi diri sendiri. Perangkat pemerintahan nagari juga mencakup unsur legislatif, eksekutif dan yudikatif seperti layaknya sebuah negara , dimana unsur tersebut merupakan kesatuan holostik bagi berbagai perangkat tatanan sosual budaya lainnya. Konsep Nagari dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengelolaan lahan, terutama yang berkaitan dengan hak kepemilikan tanah ulayat. Tanah ulayat didasari pada prinsip kepemilikan komunal yang penggunaan dan pendistribusiannya tunduk kepada hukm adat. Semua keputusan menyangkut penggunaan dan pendistribusian lahan didasari pada persetujuan Kerapatan Adat Nagari. Secara umum, lembaga pemerintahan suatu nagari terdiri dari:

1. KAN Merupakan Lembaga ninik mamak yang dalam adat minangkabau

merupakan orang yang dianggap sebagai pemimpin dalam sukunya masing- masing. Sebagai pemimpin terdepan dalam suatu suku. Ninik mamak mempunyai peran untuk menggali aspirasi anak kemenakan dan mensosialisasikan peraturan-peraturan yang dihasilkan di tingakat nagari

2. BPN. Merupakan Lembaga Legislatif yang terdiri dari unsur-unsur yang ada

dalam masyarakat, oleh karena BPN merupakan wakil-wakil unsur dalam masyarakat, maka kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan atau diusulkan dalam Nagari adalah usulan masyarakat secara umum, sehingga ketentuan- ketentuankebijakan tingkat Nagari akan dengan mudah untuk diterapkan dalam masyarakat.

3. MTTS. Merupakan lembaga pertimbangan atau pensehat yang terdiri dari

unsur Ninik Manak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai. Lembaga MTTS mempunyai peran untuk menilai dan mempertimbangkan kebijakanketentuan yang akan diterapkan dalam masyarakat. 4. Pemerintahan Nagari. Merupakan lembaga pelaksana pada kebijakanketentuan yang telah diusulkan dan dinilai oelh lembaga yang ada dalam Nagari, serta diterapkan sebagai suatu ketentuan dalam Nagari atau berbentuk peraturan nagari PERNA. Dengan memperhatikan komposisi lembaga-lembaga kenagarian, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing lembaga mempunyai andil dalam kebijakan ditingkat Nagari sebagai: • Lembaga Pengusul dan Pensosialisasi Kebijakan KAN • Lembaga Pengawas Kebijakan BPN • Lembaga PenilaiPenasehat Kebijakan MTTS • Lembaga Pelaksana Kebijakan Pemerintahan Nagari Kewenangan pengambilan keputusan strategis dalam sebuah Nagari berada di tangan seorang pemimpin yang dikenal dengan sebutan Wali Nagari melalui mekanisme Majelis Musyawarah Adat dan Syara’ Nagari, yang melibatkan komponen yang ada di dalam masyarakat. Karena prinsip dasar dalam komunitas Nagari adalah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, maka peraturan Nagari tidak boleh bertentangan dengan adat dan syarak, kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan yang dibuat oleh Nagari tidak memerlukan pengesahan Bupati untuk pemberlakuannya. Dalam hal ini terlihat jelas kewenangan mutlak yang dimiliki oleh pemerintahan Nagari dalam kehidupan masyarakat Minang. Berdasarkan ketentuan hukum Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, sebuah Nagari memiliki kewenagang Pasal 11: a kewenangan yang sudah ada berdasarkan asal usul Nagari, b kewenangan yang oleh Peraturan Perundangan yang berlaku belum dilaksanakan oleh Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah, serta c Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dapat memberikan tugas pembantuan kepada Pemerintah Nagari. Beberapa sumber kekayaan Nagari antara lain Nagari, tanah lapang atau tempat rekreasi Nagari, bahkan termasuk diantaranya adalah danau yang menjadi ulayat Nagari, pasal : Ketentuan pasal 62 ayat 2 Perda Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001 tersebut secara jelas telah membatasi kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam yang berada dalam wilayaj ulayat Nagari. Persoalannya adalah ketika sebuah sumberdaya alam merupakan aset negara, dan sifatnya sebagai public space ruang publik, maka seharusnya sumberdaya tersebut dapat dinikmati pula manfaatnya oleh sebanyak-banyaknya anggota masyarakat, bukan hanya oleh Nagari tertentu saja. Dalam pasal 119 ayat 1 Perda tersebut dikemukakan, bahwa Pemerintah Daerah dapat membatalkan Peraturan Nagari dan Keputusan Wali Nagari yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundangan yang lebih tinggi dengan Keputusan Kepala Daerah. Dimensi lain dari sistem pemerintahan Nagari adalah perlunya alokasi ruang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pemerintahan Nagari. Berdasarkan Perda Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa dalam pemerintahan Nagari harus memenuhi syarat- syarat adanya: Pasal 62 2 Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh Nagari tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah. Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Agam No.31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari 1. babalai bamusajik 2. balabuah batapian 3. basawah baladang 4. babanda buatan 5. batanaman nan bapucuak 6. mamaliaro nan banyao 7. basuku basako 8. niniak Mamak nan ampek suku 9. baadat balimbago 10. bapandam pakuburan 11. bapamendanan 12. kantua Nagari Di Kawasan Danau Maninjau terdapat 7 buah Nagari sekarang dimekarkan menjadi 9 buah Nagari, Nagari II Koto, Koto Kaciak, III Koto, Bayur, Maninjau, Sei Batang, dan Tanjung Sani. Secara administratif, masing- masing Nagari terdiri atas jorong-jorong, yang mana salah satunya menjadi pusat Nagari. Di dalam Nagari terdapat suku-suku yang cukup bderagam. Secara keseluruhan di Kabupaten Agam terdapat 73 Nagari dan 224 Desa pada tahun 2001. Di kawasan danau maninjau terdapat 7 buah nagari, masing-masing nagari membutuhkan fasilitas tersebut, perlu perencanaan yang baik untuk alokasi ruang yang tepat. Konsep nagari saat ini digunakan untuk mengelola hutan di Desa Koto Malintang , Kanagarian Duo Koto Kabupaten Agam. Pada pengelolaan ini, bagian hulu hutan dibiarkan menjadi kawasan lindung hutan suaka alam wilayah Maninjau utara hingga selatan, sedangkan di bawah kawasan suaka alam dijadikan hutan penyangga. Di bagian tengah dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman dan budidaya hutan, sedangkan di hilir berupa pengembangan Danau Maninjau, termasuk pengembangan pariwisata.

C. Matrilineal

Konsep matrilineal merupakam turunan dari konsep keluarga sistem kekerabatan yang mengikuti garis keturunan ibu. Menurut Tsuyoshi Kato 1989 4 , terdapat 4 ciri nasab matrilineal, yaitu 1 keturunan melalui nasab perempuan, 2 satu kumpulan keturunan bersatu di bawah penghulu lelaki, 3 pola tempat tinggal bercorak matrilokal atau tepatnya dwilokal, dan 4 kekuasaan satu kumpulan terletak di tangan mamak. Pengaruh konsep ini terhadap penggunaan lahan terutama dalam hal pola menetap bermukim, dimana keluarga akan cenderung berkumpul dekat dengan keluarga ibu seperti membentuk koloni, sehingga akhirnya konsentrasi permukiman akan kurang menyebar. Namun dalam kehidupan sehari-hari, pembagian tugas antara wanita dan pria tetap sama dengan masyarakat lainnya, dimana wanita tinggal di rumah atau bertani, sedangkan pria bepergian jauh untuk bisnis atau berdagang. Berdasarkan uraian mengenai tradisi masyarakat Minangkabau di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa dilihat dari segi kemasyarakatan, tata aturan nilai dan lembaga pemerintahan yang mengaturnya, masyarakat adat Minang sangat terbuka terhadap dinamika dan progress kemajuan yang terjadi di wilayahnya. Selain itu, sebagai sebuah lembaga pemerintahan yang diakui oleh masyarakat setempat, Pemerintahan Nagari akan membutuhkan alokasi ruang tertentu untuk melayani masyarakat. Memperhatikan kajian tradisi masyarakat Minang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sistem Pemerintahan Nagari merupakan salah satu kegiatan lokal yang berpengaruh terhadap Kawasan Danau Maninjau. Budaya yang kuat dan kental ini mengindikasikan perlunya identifikasi lebih lanjut menyangkut aspek-aspek budaya apakah yang perlu diakomodir dalam ruang yang direncanakan nantinya. Aspek-aspek budaya ini akan menjadi komponen yang akan ikut “mewarnai” ruang Kawasan Danau Maninjau, diantaranya perlunya alokasi ruang bagi kawasan perkantoran Nagari, penentuan tanah pusako, dan lain-lain. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Maninjau 5.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan 5.1.1.1. Nilai Ekonomi KJA Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2009, jumlah Keramba jaring Apung di sekitar Danau Maninjau berjumlah 10.243 petak dan jumlah pembudidaya sebanyak 1548 kepala keluarga yang tersebar di delapan nagari dari sembilan nagari yang berada di sekitar kawasan Danau Maninau. Petani KJA di Danau Maninau melakukan bidaya ikan nila, berdasarkan pengalaman petani budidaya KJA setempat bahwa ketahanan fisik ikan nila lebih kuat dibandingkan ikan mas pada saat terjadinya upwelling dan juga benih ikan nila lebih mudah didapat karena para petani yang mmbudidayakan benih ikan nila banyak terdapat disekitar kawasan danau maninjau dan juga didatangkan dari daerah tetangga yaitu Rao Kabupaten Pasaman. Untuk jumlah KJA dan Petani KJA yang terdapat di sekitar kawasan danau maninjau dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah Pembudidaya Keramba Jaring Apung KJA Danau Maninjau Tahun 2009 No Nama Nagari Jumlah KJA Petak Jumlah Pembudidaya 1 Koto Malintang 1934 64 2 Koto Kaciak 659 41 3 Koto Gadang 84 10 4 II Koto 503 32 5 Bayur 878 86 6 Maninjau 679 45 7 Tanjung Sani 4188 391 8 Sungai Batang 1318 90 Jumlah 10.243 759 Data:Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam 2010. Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah petani KJA yang terbesar berada di Nagari Tanjung Sani yaitu 391 pembudidaya dengan jumlah KJA yaitu 4188 petak, hal ini disebabkan oleh letak Nagari Tanjung Sani berada di pinggir danau maninjau dan kondis lahan yang datar serta akses jalan yang tersedia serta pedagang pakan ikan yang terbesar berada di Nagari Tanjung Sani. Karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Untuk mengetahui usia para petani usaha KJA di sekitar Danau Maninjau dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga petani KJA di Sekitar Danau Maninjau No Usia tahun Jumlah Persentase 1 21 – 30 12 13 2 31 – 40 30 33 3 41 – 50 36 38 4 51 – 60 10 11 5 61 – 70 4 5 92 100 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah petani KJA yang terbanyak berada pada usia 41 – 50 yaitu sebanyak 36 orang 38 dan yang paling sedikit yaitu usia 61 – 70 sebanyak 4 orang 5 . Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan usaha KJA di danau maninjau adalah mereka yang sudah bekeluarga dan berada dalam usia kerja dan produktif, meskipun demikian masih ada sebanyak 5 diantara mereka yang sudah memiliki usia tua. Untuk karakteristik pendidikan dari responden petani KJA ini dapat disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi Persentase Pendidikan Responden Rumah Tangga Petani KJA di Sekitar Danau Maninjau No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SD 18 17 2 SLTP 31 35 3 SLTA 39 42 4 Diploma 2 2 5 S1 4 4 Total 92 100 Tabel 15 memperlihatkan bahwa para petani KJA memiliki latar belakang pendidikan yang cukup bagus dan beragam , dan terbanyak tamat SLTA sebanyak 39 orang 42 dan malahan dianatar mereka ada yang berpendidikan relatif tinggisarjana sebanyak 4 orang. Hal ini membuktikan bahwa usaha KJA sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat karena menguntungkan dan usaha KJA tidak sulit untuk dipelajari. Nilai Ekonomi KJA dihitung dengan melakukan survey kepada petani KJA di delapan nagari Lampiran 2 yang berada di sekitar kawasan danau maninjau. Jumlah responden diambil secara acak sederhana sebanyak 92 orang yang tersebar di delapan nagari. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan seperti disajikan pada Lampiran 1, didapat informasi bahwa lama pemeliharaan ikan nila berkisar antara 4-5 bulan dan produksi ikan dua kali selama 1 tahun. Produksi ikan nila rata-rata 4283 kgpetaktahun dengan luas petak KJA 6 x 6 meter dan tingkat keberhasilan 85 yaitu rata-rata 3641 kgpetaktahun dengan harga rata- rata perkilogram Rp 16352. Biaya produksi yang harus dikeluarkan selama pemeliharaan oleh petani KJA yaitu, pembelian benih ikan rata-rata 400 kgpetaktahun dengan harga rata- rata Rp 16318, Pakan ikantahun rata-rata Rp 31226404, biaya tenaga kerjatahun rata-rata Rp 4506400, biaya transportasitahun rata-rata Rp 3431900, penyusutan jaringtahun Rp 300000, biaya listriktahun rata-rata Rp 326957. Untuk biaya pemasaran yaitu, pembelian plastiktahun Rp 1256478 , penyediaan oksigentahun Rp 826913, dan karet untuk pengikat plastiktahun Rp 50202. Berdasarkan data di atas, maka untuk menghitung nilai ekonomi KJA yang terdapat di Danau Maninjau adalah: Produksi rata-ratapertahun adalah = 3641 kgpetaktahun Hargakg = Rp 16352 Jumlah Produksi seluruhnya = 3641 kgptktahun x 10243 ptk = 37294763kgtahun x Rp 16 352 = Rp 609.843.964.576 Biaya Produksi : Jumlah biaya prod. Seluruh = Rp 470.306.187.541 Biaya Pemasaran : Jumlah biaya pemasaran = Rp 21.854.393.099 Total biaya = Rp 492.160.580.640 Nilai ekonomi KJA = Rp 117.683.383.936

5.1.1.1. Nilai Ekonomi Perikanan Tangkap

Dari hasil survey dan wawancara yang dilakukan di lapangan dengan jumlah responden 77 orang, diperoleh informasi bahwa masyarakat yang bekerja dibidang perikanan tangkap di danau maninjau sangat tergantung kehidupannya sehari-hari dari hasil penangkapan ikan di danau, karena masyarakat tersebut kebanyakan tidak memiliki keahlian atau keterampilan lain untuk mencari nafkah dan kebanyakan diatara mereka hanya berpendidikan sekolah dasar atau sekolah lanjutan pertama. Petani perikanan tangkap yang ada di Danau Maninjau adalah orang-orang yang berada dalam usia produktif yaitu rata-rata 41 tahun seperti terlihat pada tabel 16. Tabel 16 Distribusi Persentase Usia Responden Rumah Tangga Nelayan Tangkap di Sekitar Danau Maninjau No Usia Jumlah Persentase 1 21 – 30 11 14,3 2 31 – 40 25 32,5 3 41 – 50 31 40,3 4 51 – 60 10 12,9 Jumlah 77 100 Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa nelayan perikanan tangkap terbesar yaitu usia 41 – 50 tahun sebanyak 31 orang 40,3, dan yang paling sedikit yaitu usia 51 – 60 tahun sebanyak 10 orang 12,9. Untuk usia 21 – 30 hanya 11 orang 14,3, hal ini disebabkan oleh masyarakat di kawasan Danau Maninjau terkenal dengan budaya merantau bagi generasi muda , motivasi mereka beragam diantaranya, mencari pekerjaan yang lebih baik di kota, berdagang, menuntut ilmu dan lain-lain dan sangat banyak tokoh nasional yang sudah berhasil di rantau saat ini. Untuk menghitung Nilai Ekonomi Perikanan Tangkap dilakukan wawancara dengan responden dan didapat data bahwa peralatan yang dipergunakan untuk menangkap ikan adalah jaring dan ikan yang didapat adalah ikan bilih, para nelayan perikanan tangkap melakukan penangkapan ikan dalam satu minggu rata-rata 5 hari dengan hasil tangkapan setiap harinya rata-rata sebanyak 3,39 kghari dan dalam satu minggu adalah 17,45minggu. Para nelayan melakukan penangkapan ikan dalam satu tahun hanya delapan bulan. Harga ikan bilih rata-rata Rp 9500kg. Biaya yang dikeluarkan oleh para nelayan pada saat menangkap ikan adalah biaya konsumsi Rp 24500hari, biaya penyusutan jaring Rp 640700tahun dan penyusutan perahu Rp 377200tahun. Dengan demikian nilai ekonomi perikanan tangkap lampiran 3 adalah, hasil penangkapan ikan dalam setahun Rp 1 639 183 200, dikurang biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk menangkap ikan selama satu tahun Rp 6 897 900, =Rp 1632 285 300. Nilai Ekonomi SDAL danau maninjau untuk pemanfaatan perikanan pertahun adalah Rp 119.315.669.236

5.1.2. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Irigasi

Untuk menghitung nilai ekonomi irigasi telah dilakukan survai terhadap para petani yang berada disekitar aliran sungai Antokan yang memanfaatkan air irigasi. Survey ini bertujuan untuk mengumplkan data tentang biaya pengadaan air per hektar per tahun. Survai ini dilakukan terhadap petani sebanyak 98 orang Rumah Tangga Petani dari tujuh dusun dengan wawancara dengan menggunakan kusioner yang telah disiapkan. Dusun-dusun yang dijadikan sampel disajikan pada Tabel 17 Tabel 17 Jumlah sampel Dusun Rumah Tangga Petani Pemanfaat Air Irigasi Aliran Sungai Antokan Danau Maninjau No Dusun Jumlah RTP 1 Parit Panjang 41 2 Bandar Baru 4 3 Lumbuk Basung 24 4 Buwaan 7 5 Balai Akat 17 6 lumbuk Kumbuk 1 7 Koto Batu 4 Jumlah 98 Dari hasil wawancara dan survai yang dilakukan terhadap para petani bahwa mereka tergabung ke dalam Perhimpunan Petani Pemakai Air P3A, kelompok tani cukup aktif mengadakan pertemuan untuk berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi. Intensitas penanaman padi yang dilakukan oleh petani setiap tahunnya rata-rata dua kali. Biaya pengadaan air irigasi yang dibebankan kepada petani di setiap dusun berbeda-beda tergantung dari hasil kesepakatan yang diperoleh dari rapat kelompok tani. Biaya yang dibebankan kepada petani biasanya digunakan untuk ,perbaikan saluran yang rusak, ada juga yang digunakan untuk ritual tolak bala, digunakan untuk warung kelompok yang menjual obata-obat tanaman, untuk gotong royong mengeruk saluran yang sudah dangkal dan membersihkan semak- semak sekitar irigasi. Iuran yang dibebankan kepada para petani biasanya disepakati berdasarkan luas lahan pertanian yang dimiliki dan dibayarkan pada saat setelah panen dilakukan dengan hitungan gantang. Untuk saat ini satu gantang tersebut dikonversi ke rupiah adalah Rp 5000. Untuk luas lahan 1 ha biasanya dikenakan iuran kepada petani sebesar 20 gantangmusim panen. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan diolah, maka biaya pengadaan air adalah = Rp 3.620.00035 ha = Rp 103 429hamusim Nilai Ekonomi Irigasi = Rp 103 429 x 3471ha = Rp 359.002.059musim Nialai Ekonomi Irigasi 1 tahun =Rp 359.002.059 x 2 = Rp 718.004.118

5.1.3. Nilai Ekonomi Listrik

Untuk menghitung nilai ekonomi listrik digunakan data sekunder yang diperoleh dari PLTA Danau Maninjau. PLTA Maninjau merupakan pembangkit listrik tenaga air yang memamanfaatkan air dari danau maninjau melalui sungai antokan. Pola pengoperasian PLTA maninjau diatur oleh Unit Pengatur Beban UPB yang mengacu kepada data tahun hidrologi, yang terdiri dari musim kemarau, basah dan basah sekali. PLTA Maninjau dioperasikan sesuai dengan kapasitas air yang tersedia yaitu pada elevasi 464 – 463 Msal. Produksi listrik dan pemakaian air danau maninjau dari tahun 2001 – 2010, dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Produksi listrik dan pemakaian air Danau Maninjau dari tahun 2001 – 2010 Elevasi Tahun Produksi MWT Maksimum Masl Minimum Masl Fluktuasi m Outflow turbin m 3 tahun 2001 237177 464,98 464,57 1,41 438478.488 2002 173607 463,37 462,38 0.99 320954118 2003 230025 464,05 462,92 1,13 425256303 2004 226810 463,84 462,53 1,31 419312606 2005 230203 463,59 463,29 0,30 425585379 2006 205592 463,21 462,95 0,90 507532606 2007 242099 464,22 462,24 0,98 43665974 2008 316117 463,04 462,76 1,30 436659329 2009 214964 463,52 462,17 1,51 495473278 Rataan 230733 463,76 462,87 390324231 Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata jumlah produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTA maninjau adalah 230733mwhtahun dengan elevasi rata- rata 463,76 Msal. Produksi yang dihasilkan tersebut dijual ke PLN sebesar97, sedangkan 3 dipergunakan sendiri oleh PLTA sebagai pembangkit dan ditambah losses. PLN menjual kepada masyarakat 89, sedangkan 8 dipergunakan oleh PLN bagian pembangkit, bagian penyalur dan bagian distribusi ditambah losses. PLN menetapkan harga jual kepada masyarakat Rp 480kwh. Nilai ekonomi listrik pertahun adalah = 230733.000 kwh x 89 =205352370 kwh x R 480 = Rp 98.569.137.600.

5.1.4. Nilai Ekonomi Rekreasi

. Untuk menghitung nilai ekonomi rekreasi ini telah dilakukan wawancara dengan menggunkan kusioner yang telah ditetapkan kepada pengunjung yang datang ke Danau Maninau sebanyak 97 orang. Dari data yang diperoleh dapat dikemukakan beberapa karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yang meliputi, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan per bulan, status perkawinan, tanggungan keluarga, waktu luang perminggu, pengalokasian uang wisata secara rutin, sumber informasi. Karakter pengunjung yang datang berwisata ke Danau Maninjau berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 19 Tabel 19 Pengunjung yang Datang berwisata ke Danau Maninjau Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Persentase 1 21-30 16 16,49 2 31-40 46 47,42 3 41-50 32 32,99 4 51-60 3 3,09 Jumlah 97 100 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa usia pengunjung yang terbanyak datang untuk berwisata ke Danau Maninjau adalah usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 46 orang 47,42. Pada usia ini sebagian besar responden sudah bekeluarga dan bekerja. Untuk usia 41 – 50 tahun sebanyak 32 orang 32, sedangkan usia pengunjung yang terkecil yaitu usia 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 3 orang 3,09. Pengunjung yang datang berwisata ke Danau Maninjau kebanyakan beserta keluarga untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari. Para remaja yang berusia 21 – 30 tahun banyak menikmati keindahan panorama kelok 44 dan olah raga paralayang yang terdapat di sekitar Danau Maninjau. Karakteristik responden yang datang berkunjung untuk rekreasi ke Danau Maninjau berdasarkan pendidikan dapat disajikan pada tabel 20. Tabel 20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SD 5 5,15 2 SLTP 11 11,34 3 SLTA 52 53,61 4 PT 29 29,90 Jumlah 97 100 Tabel 20 memperlihatkan bahwa pengunjung yang datang berwisata ke Danau Maninjau adalah masyarakat yang berpendidikan SLTA dengan jumlah 52 orang 53,61, diteruskan dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan jumlah 29 orang 29,90 , dan SLTP yaitu sebanyak 11 orang 11,34 serta yang berpendidikan SD sebanyak 5 orang 5,15. Data di atas menunjukkan bahwa Danau Maninjau merupakan tempat wisata yang pengunjungnya memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Untuk menghitung nilai ekonomi rekreasi digunakan metode biaya perjalanan Fauzi, 2004 dengan didasarkan pada asumsi: 1. Kunjungan wisata ke lokasi rekreasi Danau Maninjau merupakan tujuan utama tanpa melakukan kunjungan ke tempat lain. 2. Semua pengunjung memiliki preferensi yang sama terhadap objek wisata Danau Maninjau, sehingga biaya yang dikeluarkan mendapatkan nilai kepuasan yang sama. 3. Biaya perjalanan dari suatu zona mencerminkan harga dari wisata dan jumlah kunjungan per seribu penduduk dari suatu zona mencerminkan permintaan wisata, dengan demikian berdasarkan teori permintaan semakin besar biaya perjalanan maka jumlah kunkungan per seribu penduduk akan semakin menurun. Jumlah pengunjung rata-rata, lama kunjungan dan biaya rata-rata perjalanan dari masing-masing zona kunjungan dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Jumlah Pengunjung Rata-rata, Lama Kunjungan dan Biaya Rata-rata Perjalanan dari Masing-masing Zona Kunjungan No Zona Jarak km Jumlah Kunjungan orang Rata-rata biaya Kunjungan Rata-rata waktu kunjungan menit 1 Padang 114 15 111667 314 2 Pariaman 58 12 64583 283 3 Bukittinggi 63 8 61250 271 4 Payakumbuh 96 9 80000 267 5 Padang Panjang 88 6 120000 277 6 Batusangkar 104 5 113000 250 7 Painan 191 7 231429 463 8 Lubuk Sikaping 159 11 226364 481 9 Sawahlunto 110 6 160000 280 10 Muaro Sijunjung 195 12 271667 367 11 Solok 138 3 185000 290 12 Kayoaro 154 3 203333 340 Jumlah 97 Berdasarkan data di atas trlihat bahwa jumlah pengunjung terbanyak adalah datang dari Kota Padang yaitu sebanyak 15 orang, hal ini disebabkan oleh Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat juga merupakan pusat perekonomian terutama perdagangan sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat di KabupatenKota lain yang ada di Sumatera Barat , seperti daerah lain yang ada di Indonesia ini bahwa setiap Ibukota Provinsi disana juga terdapat pusat perekonomian terutama perdagangan. Selanjutnya Pariaman dan Sijunjung dengan jumlah pengunjung 12 orang. Untuk menghitung nilai ekonomi wisata maka dilakukan penghitungan jumlah kunjungan per 1000 orang penduduk per tahun seperti disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Jumlah Kunjungan per 1000 orang penduduk per tahun Sampel No Zona Jumlah Penduduk orang orang Prediksi jumlah pengunjung Dari Zona orang Kunjungan per 1000 penduduk orngth 1 Padang 335.926 15 15,5 10.809 32,176729 2 Pariaman 387.195 12 12,4 8.646,8 22,3319 3 Bukittinggi 106.045 8 8,2 5.765 54,363714 4 Payakumbuh 105994 9 9,3 6.485 61,182708 5 Padang Panjang 54.218 6 6,2 4.323 79,733668 6 Batusangkar 335.926 5 5,2 3.603 10,725576 7 Painan 442.257 7 7,2 5.044 11,405133 8 Lubuk Sikaping 333.192 11 11,3 7.926 23,788086 9 Sawahlunto 54.307 6 6,2 4.323 79,602998 10 Muaro Sijunjung 202.275 12 12,4 8.647 42,748733 11 Solok 58.473 3 3,1 2.161,7 36,969199 12 Kayoaro 355.105 3 3,1 2.162 6,0883401 Jumlah 2.770.913 97 100 69.895 Sumber : BPS tahun 2009 Jumlah pengunjung tahun 2008 adalah 69.895 orang. Dari kunjungan per 1000 penduduk Y, dan biaya perjalanan serta peubah-peubah sosial ekonomi X diregresikan menggunakan persamaan sebagai berikut : Y = a +b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + E………………6 Dimana : Y = Kunjungan per 1000 penduduk X1 = Total biaya perjalanan dari masing-masing zona Rporang X2 = Rata-rata umur pengunjung X3 = Pendapatan rata-rata Rp jutakapitatahun X4 = Tingkat pendidikan X5 = Lama kunjungan E = Galat Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 17, didapat persamaan permintaan wisata Danau Maninjau adalah : Y = -86,5506 – 0,002X 1 + 5,2792X 2 + 0,1318X 3 – 7,0214X 4 – 10,0792X 5 Hasil persamaan di atas mempunyai nilai koefisien diterminan R 2 sebesar 89,8 persen. Dari hasil ini terlihat bahwa jumlah kunjungan wisata ke Danau Maninjau per 1000 penduduk di masing-masing zona berkorelasi negatif dengan total biaya perjalanan dan berkorelasi positif dengan pendapatan rata- rata. Untuk nilai koefisien diterminan R 2 sebesar 89,8 persen menggambarkan bahwa fungsi di atas dapat menjelaskan sebesar 89,8 persen. Untuk menentukan nilai ekonomi total wisata Danau Maninjau nilai kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen didasarkan pada biaya perjalanan dengan menganggap peubah-peubah lainnya tetap dengan persamaan sebagai berikut : Y = 72,2241 – 0,0002X 1 Persamaan tersebut di atas diinfersi menjadi X1 = -98000,50 – 4126,05Y, dan selanjutnya diintegralkan dengan batas bawah Y = 0 dan batas atas Y = nilai rata-rata. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen seperti terlihat pada Tabel 23 dan Gambar 7 Tabel 23. Hasil Penghitungan Nilai Ekonomi Wisata Danau Maninjau Nilai Ekonomi Rata per 1000 penduduk Rpkunjungan Populasi Nilai Total 2x31000 Rptahun 1 2 3 4 Kesediaan membayar Nilai yang dibayarkan Surplus konsumen 35,66 35,66 158.183,00 139.817,50 3.147.860 5.640.806 2.492.946 X1 = -4126,05Y + 29800,50 - 50.000,00 100.000,00 150.000,00 200.000,00 250.000,00 300.000,00 350.000,00 20 40 60 80 Nilai yang dibayark an S eries 1 L inear S eries 1 Jumlah kunjungan per 1000 penduduk Gambar 7 Kurva permintaan Wisata Danau Maninjau

5.1.5. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Domestik

Hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Maninjau, diperoleh data yang berkaitan dengan pemanfaatan domestik mandi, mencuci, dan mengambil air minum sebanyak 169 responden. Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal dengan danau dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal dengan Danau Jarak meter Frekwensi Persentase 100 32 18,93 101 – 200 61 36,09 201 – 300 42 24,85 301 – 400 28 16,57 401 6 3,55 Jumlah 169 100 Berdasarkan Tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa jarak tempat tinggal penduduk yang dapat memanfaatkan air Danau Maninjau untuk kebutuhan sehari-hari sangat bervariasi, penduduk yang paling banyak memanfaatkan air Danau Maninjau untuk kebutuhan sehari-hari yaitu penduduk yang memiliki jarak pemukimam dengan danau 101 – 200 meter sebanyak 61 orang 36,09 dan yang terkecil yaitu jarak 401meter sebanyak 6 orang 3,55 . Dari hasil survey yang dilakukan, diperoleh rata-rata waktu yng dikorbankan setiap hari oleh masyarakat untuk pergi dan pulang ke Danau Maninjau sebanyak 21,12 menit. Untuk setiap menit waktu yang dikorbankan dihargai Rp 104,- upah harian yang berlaku di daerah sekitar Danau Maninjau Rp.50.000,-. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan air danau untuk kebutuhan domestik 30 dari jumlah penduduk di sekitar Danau Maninjau. Nilai ekonomi pemanfaatan domestik berdasarkan nilai waktu yang dikorbankan dapat dihitung. Nilai Ekonomi Domestik = 32.998 x 30 x 21,12 x 360 x Rp104,- 7.827.780.280,- Dengan menggunakan metode kontingensi diketahui rata-rata kesediaan masyarakat membayar untuk setiap hari untuk mempertahankan agar tetap dapat memanfaatkan danau untuk kebutuhan sehari-hari sebesar Rp 908,88. Maka nilai ekonomi domestik dapat dihitung sebagai berikut. Nilai Ekonomi Domestik = 32.998 x 30 x 360 x 908 =Rp 3.239.052.002. Untuk menentukan nilai ekonomi domestik digunakan nilai berdasarkan waktu yang dikorbankan, karena hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masyarakat belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk memberikan penilaian. 5.2. Nilai Guna Tidak Langsung Dari hasil wawancara dengan responden kesediaan membayar masyarakat Willingness to pay terhadap Nilai Guna Tidak Langsung yaitu fungsi ekologis danau dengan pekerjaan dan variabel sosial ekonomi lainnya diperoleh persamaan WTP NGTL = 155200 Maka nilai WTP NGTL total dikalikan jumlah penduduk sekitar Danau Maninjau 32998 orang = 155200 x 32998 = 5,121,289,600.00

5.3. Nilai Pilihan Dari hasil wawancara dengan responden kesediaan membayar