18 pengadukan biasa sampai terbentuk larutan PHA-kloroform-isopropil
palmitat yang homogen. Kemudian larutan yang telah homogen dituang pada cetakan plat kaca. Diagram alir proses pembuatan bioplastik dapat
dilihat pada Lampiran 1.
b. Penentuan jumlah kloroform
Menurut Lee 1996, untuk melarutkan satu bagian PHA diperlukan 20 bagian pelarut. Jumlah pelarut yang optimal akan
ditentukan dengan cara melarutkan PHA pada kloroform dengan perbandingan PHA-kloroform 1:5, 1:10, 1:15 dan 1:20.
c. Penentuan jumlah PHA
Jumlah PHA yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan bioplastik yang akan dihasilkan. Jumlah PHA yang optimal adalah
jumlah PHA yang mampu menutupi seluruh permukaan cetakan dan memenuhi ketebalan yang ditentukan yaitu ± 0.05 mm.
d. Penentuan jumlah Isopropil Palmitat
Jumlah isopropil palmitat yang ditambahkan tergantung pada jumlah PHA yang akan digunakan. Pada penelitian ini akan diujikan
konsentrasi isopropil palmitat mulai dari 0 kontrol, 10, 15, dan 20 bb dari jumlah PHA.
3. Pengujian Karakteristik Bioplastik
Pengujian karakteristik yang dilakukan terhadap bioplastik pada penelitian ini meliputi pengujian sifat fisik dan mekanis bioplastik. Analisa
sifat mekanis bioplastik yang dilakukan adalah kuat tarik dan perpanjangan putus, sedangkan analisa sifat fisik bioplastik yang dilakukan adalah gugus
fungsi, sifat termal, derajat kristalinitas, dan densitas.
a. Sifat Mekanis ASTM D 638 M-III, 1998
Pengujian sifat mekanis meliputi uji kuat tarik, perpanjangan putus, dan elastis modulus. Pengujian dilakukan di Laboratorium Uji Polimer,
19 Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
Bandung. Alat yang digunakan untuk pengujian adalah Universal Testing Machine UTM yang dibuat oleh Orientec Co. Ltd dengan model UCT-
5T. Lembaran sampel dipotong menjadi dumbbell ASTM D638 M-III. Kondisi pengujian dilakukan pada temperatur ruang uji dengan suhu 27
o
C, kelembaban ruang uji 65, kecepatan tarik 1 mmmenit, skala load cell
10 dari 50 N, dan pengukuran ketebalan sampel yang akan diuji menggunakan Digital Micrometer.
Kekuatan tarik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Sutiani, 1997
A F
maks
= τ
Keterangan : τ
: kekuatan tarik MPa F
maks
: gaya kuat tarik N A
: luas permukaan contoh mm
2
Perpanjangan putus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Sutiani, 1997
100 ×
− =
L L
L E
Keterangan : E
: perpanjangan L
: panjang sampel mula-mula L
: panjang sampel setelah diberi beban hingga putus
Elastic modulus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : ASTM D 638 M-III
strain ing
correspond in
difference stress
in difference
Modulus Elastic
=
b. Gugus Fungsi ASTM E 1252-88, 1998
Gugus fungsi PHA dapat dideteksi dengan menggunakan alat Fourier Transform Infra-Red Spectrometer FTIR. Pengujian dilakukan
di Laboratorium Uji Polimer, Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bandung. Tipe alat FTIR yang digunakan
dalam penelitian ini adalah FTIR-4300. Metode pengujian berdasarkan
20 ASTM E 1252-88 yaitu dengan menggunakan metode KBr Kalium
Bromida yang dipadatkan. Metode ini digunakan pada selang bilangan gelombang antara 5000 – 400 cm
-1
2 – 25 µm. Metode pengujian sebagai berikut; sampel dihaluskan terlebih
dahulu dengan menggunakan Cryogenic crusher, kemudian sampel yang telah halus dicampurkan dengan pelet KBr sebanyak ±100 mg.
Kemudian campuran tersebut dikompresi, dan terakhir tablet hasil pengompresan diletakkan di tempat sel spektrofotometer infra merah
dengan lubang mengarah ke sumber radiasi.
c. Sifat Termal ASTM D 3418, 1998