BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan polimer sebagai material teknik terus meningkat dewasa ini, salah satu contoh penggunaannya adalah plastik. Ketidakmampuan
mikroorganisme alami untuk menguraikan material ini telah menimbulkan masalah sampah non-organik, yang jika tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan masalah yang sangat serius di masa yang akan datang. Proses recycle yang dilakukan guna mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah non-organik ini pun masih menghasilkan produk baru dengan kualitas yang rendah.
Penggunaan bahan dasar plastik yang dapat didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme alami terus dikembangkan dalam rangka mengurangi
permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah-sampah non-organik, terutama sampah plastik. Keuntungan lain dari penggunaan bahan baku alami
dalam pembuatan plastik adalah sifatnya yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya dapat terus dilestarikan.
Beberapa contoh plastik biodegradable yang telah banyak dikomersilkan antara lain terdiri dari bahan hasil sintesis kimia seperti poli asam glikolat, poli
asam laktat, poli kaprolakton, dan poli vinil alkohol; hasil kultivasi mikroba seperti golongan poliester dan polisakarida; dan yang terakhir adalah dari hasil
modifikasi kimia bahan-bahan alami seperti pati, selulosa, kitin, dan protein kedelai Huang dan Edelman dalam Scott dan Gilead, 1995
Salah satu bahan bioplastik yang cukup penting dan masih terus diteliti serta dikembangkan sampai saat ini adalah Poli-
β-Hidroksialkanoat PHA. Poli- β-hidroksialkanoat PHA merupakan poliester hidroksialkanoat yang disintesa
oleh sejumlah bakteri sebagai komponen simpanan energi dan karbon intraseluler, diakumulasi sebagai granula dalam sitoplasma sel Lee, 1996.
Dalam proses pembuatan bioplastik, PHA perlu ditambahkan pemlastis. Penambahan pemlastis baik sintetis maupun alami bertujuan untuk memperbaiki
sifat bahan selama pembuatan plastik, memperluas atau memodifikasi sifat
2 dasarnya atau dapat memunculkan sifat baru yang tidak ada dalam bahan dasarnya
Spink dan Waychoff dalam Frados, 1958. Berdasarkan komposisi asam lemak minyak sawit yang unik dengan
kadungan asam lemak utama, yaitu asam oleat dan palmitat atau fraksi olein dan stearin, kedua fraksi tersebut dapat dikonversi menjadi pemlastis Salah satu ester
asam lemak minyak sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pemlastis adalah isopropil palmitat. Sadi dan Purboyo, 1996.
Isopropil palmitat biasanya digunakan dalam pembuatan kosmetik sebagai pengental thickening agent dan emollient. Isopropil palmitat bersifat edible atau
aman jika dikonsumsi karena isopropil palmitat dapat dihasilkan dari asam palmitat minyak sawit. Isopropil palmitat merupakan ester dari isopropil alkohol
dan asam palmitat, mempunyai nama resmi 1-metil etil heksadekanoat. Anonim
1
, 2006. Secara umum isopropil palmitat merupakan materi tidak beracun dan tidak
menyebabkan iritasi. Toksikologi isopropil palmitat diketahui berdasarkan sifat sebagai berikut: LD50 tikus, IP sebesar 0,1 gkg, LD50 kelinci, kulit lebih dari
5 gkg, dan LD50 mencit, oral lebih dari 5 gkg. Anonim
1
, 2006 Penggunaan pemlastis sintetis seperti dimetil ftalat DMF Juari, 2006
dalam pembuatan bioplastik menggunakan PHA masih menghasilkan karakteristik bioplastik yang masih rendah. Nilai kuat tarik dan perpanjangan
putus bioplastik dengan menggunakan pemlastis DMF berturut-turut adalah 3.382 MPa dan 23.88. Selain menghasilkan karakteristik yang masih rendah,
pemakaian pemlastis sintetis dalam pembuatan bioplastik dengan PHA akan menghasilkan bioplastik yang bersifat non-edible terutama jika digunakan sebagai
bahan kemasan produk-produk pangan. Pembuatan bioplastik dengan PHA sebagai biji plastik dan IPP sebagai
pemlastis diharapkan menghasilkan bioplastik yang memiliki karakteristik yang lebih baik dan dapat menjadi subsitusi plastik-plastik konvensional yang berbasis
petrokimia. Penggunaan bahan pemlastis yang bersifat alami dan edible, diharapkan dapat menghasilkan bioplastik yang tidak hanya aman jika dibuang ke
lingkungan namun juga aman jika dikonsumsi terutama oleh manusia.
3
B. Tujuan Penelitian