10 Penyimpanan isopropil palmitat menuntut kondisi yang gelap, karena
meteri ini memang sensitif terhadap cahaya. Isopropil palmitat menuntut resistan terhadap oksidasi dan hidrolisis, dan tidak dapat berubah menjadi tengik, namun
demikian disarankan tempat penyimpanannya tertutup dengan baik. Suhu penyimpanan disarankan di atas 16
°C Anonim
1
, 2006.
D. Kloroform
Kloroform merupakan cairan dengan berat molekul tinggi, tidak berwarna, berbau harum, dan sangat toksik. Kloroform merupakan cairan stabil dengan titik
didih rendah Mellan, 1950. Karena bersifat narkotik dan toksik, kloroform tidak digunakan secara luas
sebagai pelarut Durran dan Davies, 1988. Tetapi menurut Mellan 1950 kloroform memiliki daya larut yang sangat tinggi dan telah dimanfaatkan untuk
tujuan-tujuan khusus seperti untuk lemak, minyak, lilin, alkanoid, asam asetat, resin, tar, selulosa asetat, nitrat, dan berbagai kepentingan lainnya. Kloroform
dapat larut dengan semua hidrokarbon terhalogenasi dan dengan sebagian besar pelarut umum lainnya. Sifat-sifat fisika dan kimia kloroform dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Fisik dan Kimia Kloroform
Sifat Fisik dan Kimia Nilai
Berat molekul 119.38
Gravitasi spesifik 1.499 15
o
C Titik didih
60 – 62
o
C Titik beku
– 63.5
o
C Panas laten penguapan
59.1 calg 106.4 B.t.ulb
Panas spesifik 0.233 calg
o
C atau B.t.ulb
o
F Viskositas 5.63
millipoise 20
o
C 5.10 millipoise 30
o
C
Sumber : Mellan, 1950
Penggunaan pelarut solvent pada saat proses pembuatan plastik dimaksudkan untuk melarutkan bahan polimer padat sehingga memudahkan
pengolahan dalam proses selanjutnya. Pengklasifikasian jenis pelarut didasarkan pada tingkat penguapan, struktur kimia, dan kekuatan pelarut Frados, 1959.
11 Poli-
β-hidroksialkanoat PHA dapat larut pada berbagai pelarut seperti kloroform, metilen klorida, etilen klorida, piridin atau campuran
diklorometanetanol Atkinson dan Mavituna, 1991.
E. Pembuatan Bioplastik
Menurut Cowd 1991 proses terbentuknya suatu polimer dikenal dengan istilah polimerisasi. Polimerisasi ini merupakan pembentukan molekul raksasa
polimer melalui penggabungan molekul-molekul kecil dan sederhana yang disebut monomer. Pembentukan ikatan polimer menghasilkan ikatan kunci antar
monomer yang disebut sebagai ikatan tulang punggung backbone. Menurut Ramsay et al. 1993, terdapat dua macam cara pembuatan film
PHB. Solvent-cast film dibuat dengan cara menuangkan larutan kloroform-PHB 5 wv pada sebuah plat kaca atau teflon. Pelarut kemudian diuapkan dan film
yang terbentuk dibiarkan selama dua minggu pada suhu ruang untuk mencapai keseimbangan kristalinitas. Heat-pressed film dibuat dengan cara menuangkan
larutan 25 PHB bv pada plat kaca, lalu dikeringkan semalam pada suhu ruang dan kemudian ditempatkan diantara dua lembar lempengan yang dibungkus
aluminium foil. PHB dalam cetakan lalu di-press pada suhu 155-160
O
C pada tekanan 5000 lbin
2
selama satu menit. Spink dan Waychoff di dalam Frados 1958 menjelaskan teori mengenai
reaksi yang terjadi antara pemlastis dengan suatu polimer. Pemlastis yang ditambahkan pada suatu bahan polimer resin akan tersisip secara fisika di antara
rantai-rantai polimer tersebut. Penambahan pemlastis dapat mengakibatkan terbentuknya ‘ikatan yang hilang’. Ikatan baru yang terbentuk biasanya ikatan
jembatan hidrogen antara polimer resin dan pemlastis tersebut. Ikatan hidrogen merupakan sejenis interaksi elektrostatis diantara molekul
yang hidrogennya terikat pada atom elektronegatif F, N, O. Ikatan tersebut terjadi akibat adanya gaya tarik-menarik elektron dari atom elektronegatif.
Kekuatan ikatan hidrogen kira-kira sepersepuluh ikatan kovalen normal. Meskipun demikian, ikatan hidrogen mempengaruhi sifat fisik Sukardjo, 1985.
12
F. Karakteristik Bioplastik