Sifat Mekanis ASTM D 638 M-III

30 putus dan elastic modulus, sedangkan analisa sifat fisik bioplastik yang dilakukan adalah gugus fungsi, sifat termal, derajat kristalinitas, dan densitas. Gambar 12. Lembaran bioplastik yang terbentuk pada semua selang konsentrasi.

a. Sifat Mekanis ASTM D 638 M-III

Pengujian sifat mekanis meliputi pengujian kuat tarik, perpanjangan putus dan elastic modulus. Menurut Latief 2001, kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film sampai film tersebut putus. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam proses pembuatan film. Persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum film sebelum terputus. Elastisitas akan menurun seiring dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film. Elastisitas merupakan ukuran dari kekuatan film yang dihasilkan Hasil pengujian kuat tarik, perpanjangan putus dan elastic modulus bioplastik PHA disajikan pada Gambar 13. 31 Kuat Tarik Bioplastik 2,616 ± 0,8940 10,923 ± 0,5554 4,6219 ± 0,7848 6,1371 ± 0,5504 2 4 6 8 10 12 10 15 20 Konsentrasi IPP Ku a t T a ri k M P a Nilai Kuat Tarik a Perpanjangan Putus Bioplastik 2,8649 ± 0,8424 2,8534 ± 0,2726 2,7262 ± 0,0826 1,7147 ± 0,5099 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 10 15 20 Konsentrasi IPP P er p a n ja n g a n P u tu s Nilai Perpanjangan Putus b Elastic Modulus 182,64 ± 18,070 500,99 ± 12,306 208,81 ± 14,27 298,18 ± 25,928 100 200 300 400 500 600 10 15 20 Konsentrasi IPP E la sti c Mo d u lu s M P a Nilai Elastic Modulus c Gambar 13. Perbandingan nilai kuat tarik a, perpanjangan putus b, dan elastic modulus c bioplastik pada berbagai selang konsentrasi 32 Gambar 13a merupakan grafik perbandingan nilai kuat tarik bioplastik pada berbagai selang konsentrasi. Penambahan pemlastis bisa memperlonggar ikatan mulokul-molekul PHA, karena pemlastis tersisip secara fisika pada rantai polimer. Pemlastis juga menjadikan PHA yang tadinya kaku menjadi lebih lunak dan elastis sehingga kuat tarik turun atau dengan kata lain beban yang dibutuhkan untuk memutuskan bioplastik menjadi berkurang. Semakin banyak pemlastis yang ditambahkan maka kuat tarik akan berkurang. Penambahan pemlastis IPP menyebabkan terbentuknya interaksi molekuler dengan rantai polimer PHA dalam bentuk ikatan hidrogen lihat Gambar 10. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang sangat lemah, lebih lemah dari ikatan kovalen Sukardjo, 1985. Pembentukan ikatan hidrogen tersebut menyebabkan peningkatan kecepatan respon viskoelastis dan mobilitas molekuler rantai polimer PHA. Peningkatan mobilitas molekuler tersebut menjadikan kekompakan molekul menjadi berkurang. Kekompakan molekul polimer yang semakin berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasi IPP yang kemudian menyebabkan semakin sedikitnya gaya yang dibutuhkan untuk menarik bahan sehingga kuat tarik bahan semakin turun. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan Hammer 1978 yang menyatakan bahwa prinsip kerja pemlastis adalah dengan membentuk interaksi molekuler rantai polimer untuk meningkatkan kecepatan respon viskoelastis pada polimer sehingga dapat meningkatkan mobilitas molekuler rantai polimer. Pada penambahan pemlastis dengan konsentrasi 30 bb, bioplastik masih terbentuk, tapi lembaran bersifat sangat rapuh dan tidak dapat dilakukan pengujian kuat tarik. Hal ini menandakan bahwa pencampuran antara PHA dengan IPP telah jenuh. Nilai kuat tarik pada konsentrasi 0 bb, 10 bb, 15 bb, dan 20 bb berturut adalah sebesar 10.923 MPa, 6.1371 MPa, 4.6219 MPa, dan 2.6160 MPa. Perpanjangan putus merupakan perubahan panjang material sampai material tersebut putus akibat menerima gaya regangan pada pengujian kuat tarik. Peningkatan konsentrasi IPP akan meningkatkan kecepatan 33 respon viskoelastis dan mobilitas molekuler rantai polimer PHA. Meningkatnya mobilitas molekuler rantai polimer ditunjukkan dengan bahan semakin elastis sehingga perpanjangan putus cenderung akan meningkat. Peningkatan tersebut akan berlaku selama masih terbentuk interaksi molekuler rantai polimer dengan pemlastis. Pada Gambar 13b, dapat kita lihat bahwa nilai perpanjangan putus bioplastik bertambah dengan penambahan IPP sebagai pemlastis. Namun, pada konsentrasi IPP 20 bb perpanjangan putus bioplastik menurun. Hal ini disebabkan karena interaksi molekuler PHA dengan IPP tidak terjadi lagi. Nilai perpanjangan putus pada konsentrasi 0 bb, 10 bb, 15 bb, dan 20 bb berturut adalah sebesar 2.7262, 2.8534, 2.8649, dan 1.7147. Perpanjangan putus bioplastik pada konsentrasi 15 bb IPP merupakan nilai maksimum, hal ini menandakan bahwa penambahan IPP dengan konsentrasi 15 bb sebagai pemlastis mencapai jumlah optimum untuk pembuatan biopastik dari PHA hasil kultivasi R. eutropha pada substrat hidolisat pati sagu. Gambar 13c menyajikan nilai elastic modulus bioplastik yang dibuat dengan pemlastis IPP. Elastic modulus atau yang lebih dikenal sebagai tingkat kekakuan bahan polimer, semakin turun dengan peningkatan jumlah IPP yang ditambahkan sebagai pemlastis. Nilai elastic modulus pada konsentrasi 0 bb, 10 bb, 15 bb, dan 20 bb berturut adalah sebesar 500.99 MPa, 298.18 MPa, 208.81 MPa, dan 182.64 MPa. Dengan semakin meningkatnya kecepatan respon viskoelastis dan mobilitas molekuler rantai polimer PHA karena penambahan IPP sebagai pemlastis, maka elastisitas bahan akan meningkat dan tingkat kekakuan bahan akan semakin turun. Penurunan tingkat kekauan bahan ini akan menurunkan nilai elastic modulus bioplastik. Hasil pengujian sifat mekanis secara lengkap pada berbagai selang konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Konsentrasi IPP sebesar 15 bb merupakan jumlah optimum pemlastis pada pembuatan bioplastik menggunakan PHA hasil kultivasi R. 34 eutropha pada substrat hidolisat pati sagu dengan penambahan IPP sebagai pemlastis. Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa terdapat titik yield pada grafik hubungan kuat tarik dan perpanjangan putus pada bioplastik dengan konsentrasi IPP 15 bb, dimana pada titik ini terjadi deformasi elastis menjadi deformasi plastis. Ciri ini menunjukan bahwa bioplastik berpotensi memiliki perpanjangan putus yang lebih besar. Ciri seperti ini tidak ditemui pada bioplastik dengan konsentrasi IPP 0 bb, 10 bb, dan 20 bb. Grafik hubungan kuat tarik dan perpanjangan putus secara lengkap pada semua selang konsentrasi uji dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 14. Grafik hubungan kuat tarik dengan perpanjangan putus pada konsentrasi pemlastis IPP 15

b. Analisa Gugus Fungsi ASTM E 1252-88

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-B-Hidroksialkanoat (PHA) yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 5 97

Pembuatan dan Karakterisasi Bioplastik dari Poly-3-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha pada Hidrolisat Pati Sagu dengan Penambahan Dimetil Ftlat (DMF)

0 19 102

Produksi bioplastik poli-3-hidroksialkanoat (pha) oleh ralstonia eutropha menggunakan substrat hidrolisat pati sagu (metroxylon.sp) sebagai sumber karbon

0 34 2

Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol sebagai Pemlastis pada Karakteristik Bioplastik dari Poli-Beta-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstronia eutropha pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 13 96

Peran PEG 400 dalam Pembuatan Lembaran Bioplastik Polihidroksialkanoat yang Dihasilkan Oleh Ralstonia eutropha dari Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 7 7

Pengaruh Suhu, Jenis dan Perbandingan Pelarut Terhadap Kelarutan Bioplastik Dari Pha (Poly-Β-Hydroxyalkanoates) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

1 14 132

Produksi Bioplastik Poli-3-Hidroksialkanoat (PHA) oleh Ralstonia Eutropha Menggunakan Substrat Hidrosilat Pati Sagu (Metroxylon sp.) sebagai Sumber Karbon

0 9 1

Pengaruh penambahan polioksietilen-(20)-sorbitan monolaurat pada karakteristik bioplastik poli-hidroksialkanoat (pha) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrollsat pati sagu

0 4 6

Pengaruh Konsentrasi Peg 400 terhadap Karakteristik Bioplastik Polihidroksialkanoat (Pha) yang Dihasilkan Oleh Ralstonia Eutropha Menggunakan Substrat Hidrolisat Pati Sagu

1 28 96

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat teihadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-b-HidroksiatKanoat (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 3 2