156
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Aplikasi gel lidah buaya sebagai edible coating pada pengawetan tomat segar dapat menghambat kerusakan mutu tomat akibat proses
pematangan yang cepat setelah panen. Aplikasi ini lebih efektif jika dipadukan dengan pengemasan dan penyimpanan suhu dingin daripada
penyimpanan pada suhu ruang. Gel lidah buaya yang digunakan adalah gel lidah buaya yang langsung diolah segera setelah panen dilakukan. Formulasi
yang paling baik untuk digunakan sebagai edible coating adalah gel lidah buaya murni tanpa penambahan apapun.
Penyimpanan pada suhu dingin mampu memperpanjang umur simpan tomat hingga 5 hari, sedangkan penyimpanan pada suhu ruang mampu
memperpanjang umur simpan tomat hingga 3 hari. Penyimpanan pada suhu dingin 1°C tidak membuat tomat yang telah dilapisi dengan gel lidah buaya
dan dikemas dengan plastik PVC mengalami chilling injury. Edible coating
dari gel lidah buaya memiliki kemampuan mereduksi jumlah mikroba awal pada permukaan tomat, yakni sebesar 2.2 X 10
7
kolonicm
2
sebelum dilapisi gel lidah buaya menjadi 1.8 X 10
6
kolonicm
2
setelah dilapisi, sedangkan jumlah kapang dari sebesar 5.4 X 10
4
koloni cm
2
menjadi 2.2 X 10
4
kolonicm
2
, namun aktivitas anti-mikroba dan anti-kapang dari gel lidah buaya tersebut tidak mampu menghilangkan mikroba penyebab
penyakit antraknosa.
157
B. SARAN
Penelitian mengenai edible coating dari gel lidah buaya ini masih memiliki banyak kekurangan mulai dari pembuatan hingga ke proses aplikasinya. Oleh
karena itu, optimasi proses pencucian dengan menggunakan bahan pencuci selain klorin serta trimming dan filleting agar didapatkan rendemen dengan
kehilangan senyawa bioaktif yang terkandung dalam gel lidah buaya ini perlu dilakukan lebih mendalam. Selain itu, pada penelitian ini hanya dilakukan
kombinasi dengan satu macam kemasan dan suhu dingin 1°C saja, sehingga belum tercapai hasil yang optimum untuk mampu menahan penurunan mutu
yang terjadi pada tomat, oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan menggunakan bebrbagai kemasan serta penyimpanan pada suhu optimum
10°C. Apilkasi pelapisan dengan gel lidah buaya dapat pula dilakukan pada jenis buah atau sayuran lain. Kemampuan gel lidah buaya untuk mereduksi
kerja enzim pada permukaan buah dapat diterapkan pada produk-produk fresh cut
yang mudah mengalami browning atau reaksi enzimatis lainnya. Gel lidah buaya memiliki banyak komponen aktif yang terkandung
didalamnya, sehingga pengembangan produk-produk, selain sebagai edible coating,
dari gel lidah buaya ini sebaiknya dieksplorasi lebih jauh untuk dapat memaksimalkan potensi-potensi tersebut dan menambah nilai jual tanaman
lidah buaya.
158
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association Analytical Chemistry, Inc., Washington D. C.
Barkey, Silvya S. 1998. Aplikasi Edible Film Khitosan dari Kulit Udang Windu Panaeus monodon pada Penyimpanan Buah Tomat. Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Banker, G.S. 1966. Film coating, theory and practice. Journal of Pharmacological
Science. Vol 55, pp 81-83 [ 30 Juli 2007]. Beuchat, L.R. 1998. Surface Decontamination of Fruits and Vegetables Eaten
Raw. WHO. Switzerland. Cheftel, J.C, Cug, J.I., dan D. Lorient. 1985. Amino Acids, Peptides, and Proteins.
Di dalam O.R. Fennema ed Food Chemistry. Marcell Dekker, Inc. New York.
Davis, R.H., DiDonato, J.J., Hartman, G.M., Haas, R.C. 1994. Anti-inflammatory and wound healing activity of a growth substance in Aloe vera. Journal of
The American Pediatric Medical Association. Vol. 84, pp 77-81. Donhowe IG, Fennema O. 1994. Edible films and coatings: characteristics,
formation, definitions, and testing methods. Di dalam . Krochta JM, Baldwin EA, Carriedo MN eds Edible Coating and Film to Improve
Food Quality. Technomic Publishing Company. Inc. Pennsylvania.
Farnum, C., Stanley, D.W., dan J.I. Gray. 1976. Protein-lipid interactions in soy films. Di dalam H. Kristanoko: Pengaruh Penambahan CMC dan Sorbitol
Terhadap Karakteristik Fisik Edible Film dari Ekstrak Protein Bungkil Kedelai. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Geeson, J.D., Brown, M.K., Madison, K., Shepherd, J., dan F. Guaraldi. 1985. Modified Atmosphere Packaging to Extend Shelf Life of Tomatoes. Di
dalam T.S. Rahayu: Pemgaruh Suhu, Jenis Kemasan Plastik, dan Modifikasi Atmosfir Terhadap Mutu Kacang Panjang Selama
Penyimpanan. Skripsi Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Glincksman, M. 1984. Food Hydrocolloids. Di dalam H. Halid: Mmepelajari Pengaruh Penambahan Isolat Potein Keelai Terhadap Beberapa Sifat Fisik
Edible Coatings dari Kappa-Karagenan. Skripsi Ilmu dan Teknologi
Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
159 Gontard, N., Gulibert. S., dan J.I. Cuq. 1983. Water and gliserol as plasticizer
affect mechanical and water vapor barrier properties of an edible wheat gluten film. Journal of Food Science. Vol 581, pp 206-210 [30 Juli 2007]
Hall, C.W., R.E. Hardenburg, dan Er. B. Pantastico.1975. Pengemasan untuk konsumen dengan plastik. Di dalam Pantastico. Er. B eds Fisiologi Pasca
Panen. Gajah Mada Universiity Press. Yogyakarta. Hanlon, J.F. 1971. Handbook of Package Engineering. McGraw Hill Book Co.
USA. Hardenburg, R.E. 1975. Dasar-dasar Pengemasan. Di dalam Pantastico. Er. B
eds Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada Universiity Press. Yogyakarta. He, Qian., et al. 2003.Quality And Safety Assurance In The Processing Of Aloe
vera Gel Juice. Food Control Journal. Vol 16, pp 95-104. [21 Mei 2007]. Henig, Y.S. 1972. Storage Stability and Quakity of Produce Packaged in
Polymeric Films. Di dalam Norman dan Salunkhe eds Postharvest Biology and handling of Fruit and Vegetables. The AVI Publishing Co.
Inc. Westport. Connecticut.
Hobson, G.E dan J.N. Davies. 1971. The Tomato. Di dalam Hulme A.C eds The Biochemistry of Fruit and Product. Vol II. Academic Press. London.
Hurrel, R.F. 1980. Interaction of Food Component during Processing. Di dalam G.G. Birch dan K.J. Parker eds Food and Health: Science and
Technology. Applied Scince Publisher. London. Jowitt, R., Felix, E., Michael, K., Brian, M., dan R. Michael.1987. Physical
Properties of Foods 2. Elsevier Applied Science. London. Kadek Kumalasari. 2005. Pembuatan dan karakterisasi edible film dari pati
bonggol pisang dengan penambahan plasticizer gliserol dan propilen glikol. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kelley, J.J. dan R. Pressey. 1966. Syudies with soybean protein and fiber formation. Di dalam H. Halid: Mempelajari Pengaruh Penambahan Isolat
Potein Keelai Terhadap Beberapa Sifat Fisik Edible Coatings dari Kappa- Karagenan. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kinsella, J.E. 1979. Fungsional Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Krochta, J.M., Baldwin, E.A., dan M. Nisperos-Carriedo. 1994. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publishing Co. Inc.
Lancaster. Basel.
160 Lieberman, E.R., dan S.G. Gilbert.1973. gas permeation of collagen films as
affected by cross-linkage, moisture, and plasticizer content. Di dalam H. Kristanoko: Pengaruh Penambahan CMC dan Sorbitol Terhadap
Karakteristik Fisik Edible Film dari Ekstrak Protein Bungkil Kedelai. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Liener, I.E. 1978. Nutritional Value of Food Protein Products. Di dalam A.K. Smith dan S.J. Cicle eds Soybean: Chemistry and Technology. The AVI
Publishing Co. Inc. Westport. Connesticut. McHugh, T.H. dan J.M. Krochta. 1994. Sorbitol vs gliserol plasticized whey
protein edible films: integrated oxygen permeability and tensile strength evaluation. Di dalam H. Kristanoko: Pengaruh Penambahan CMC dan
Sorbitol Terhadap Karakteristik Fisik Edible Film dari Ekstrak Protein Bungkil Kedelai. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Meyer, E.W. dan L.D. William. 1977. Chemical Modification of Soy Protein. Di dalam R.E. Feeney dan J.R. Whittaker eds Food Protein. American
Chemical Society. Washington DC. Mohsenin, Nuri N. 1970. Physical Properties of Plant and Animal Materials.
Gordon and Birch Publishers. Australia. Mousa , A.S.M., Ali, M.I.A, Shalaby, N.M.M, dan M.H.A. Elgamal. 1999.
Antifungal effects of different plant extracts and their major components of selected Aloe species. J. Phytother. Res. Vol 13, pp 401-407 [20
Februari 2007.]
Mori, T., S. Utsumi, H. Inaba, K. Kitamura, dan K. Harada. 1981. Differences in sub-unit composition if glycinin among soybeen cultivars. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. Vol 29, pp 22-23 [30 Juni 2007]. Muchtadi, T dan Sugiyono. 1989. Petunjuk Laboratrium Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Depdikbid Dirjen PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Nur Rimadianti. 2007. Karakteristik Edible Film dari Isinglass dengan
penambahan sorbitol sebagai plasticizer. Skripsi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Okamoto, S. 1978. Factors affecting protein film formation. Di dalam H. Halid: Mempelajari Pengaruh Penambahan Isolat Potein Kedelai Terhadap
Beberapa Sifat Fisik Edible Coatings dari Kappa-Karagenan. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
161 Pantastico, E. B., A.K. Mattoo, dan C.T. Phan. 1986. Respirasi dan Puncak
Respirasi. Di dalam Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press. Jakarta.
Philips, R.D. dan L.R. Beuchat. 1981. Enzyme Modification. Of Protein. Di dalam J.P. Cherry ed Protein Functionalty in Food. American Chemical
Society. Washington DC. Rhodes. 1986. Peranan etilen dalam pemasakan buah. Di dalam Pantastico, Er. B.
Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Reynolds, T and A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel: a review update. Journal of Ethnopharmacology. Vol 68, pp 3-37. [21 Mei 2007].
Robert, H.D. 1997. Aloe vera: A scientific approach. Di dalam He et al. eds Quality And Safety Assurance In The Processing Of Aloe vera Gel Juice.
Food Control Journal. Vol 16, pp 95-104. [21 Mei 2007]. Samanth, S.K., R.S. Singhal, P.R. Kurkani, dan D.V. Rege. 1993. Protein-
polysaccharide interactions: a new approach in food formulations. International Journal of Food Science and Technology. Vol. 28, pp 547-
562 [23 Juli 2007].
Sacharow, S. dan R.C. Griffin. 1980. Principles pf Food Packaging. AVI Publishing Co. Westport, Connecticut.
Smith, A.K. dan S.J. Circle. 1980. Chemical Composition of The Seed. Di dalam Allan et al. eds Soybean Chemistry and Technology Vol I. AVI
Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut. Soedibyo, M. dan A.B. Rosmani. 1986. Respirasi, Fungsi, dan Peranannya pada
Penanganan Segar Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Di dalam C.N. Anggrahini: Mempelajari Pengaruh Kemasan Plastik PVC Dilubangui
Terhadap Perubahan Sifat Fisik dan Akumulasi CO
2
Hasil Respirasi dari Paprika. Skripsi Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Supriyanto, T. 1987. Perilaku Peubah dan Parameter Teknik Sistem Pemyimpanan
tomat Segar dengan MAP. Skripsi Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tugiyono. 1993. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta. Valverde, J.M., et al. 2005. Novel Edible Coating Based on Aloe vera Gel to
Maintain Table Grape Quality and Safety. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol.53, pp 7807-7813 [20 Februari 2007].
162 Wibowo, Josephine T. 1996. Pengaruh Penambahan Isolat Protein Kedelai
Terhadap Karakteristik Edible Coating dari Low Methoxy Pectins. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wilson, E.D., Fisher, K.H., dan M.E. Fuqua. 1975. Principle of Nutrition. John Willey and Sons, Inc. New York.
Winters, W.D., Benavides, R., dan W.J. Clouse. 1981. Effects of aloe extracts on human normal and tumor cells in vitro. Economic Botany. Vol. 35, pp 89-
95. Winarno, F.G dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Budaya. Jakarta.
Whistler, R.L. dan J.R. Daniel.1985. Carbohydrate. Di dalam O.R. Fennema ed Food Chemistry. Marcell Dekker, Inc. New York.
Wolf, W.J. dan J.C. Cowan. 1971. Soybean as a food source. Critical Review Food Technology Journal. Vol 2, pp 81-158 [18 Juli 2007].
Wolf, W.J. 1975. Soy Protein for Fabricated Foods. Di dalam G.E. Inglet ed Fabricated Foods. AVI Publ.Co.Inc. Westport. Connecticut.
Wolfe, T.K. dan Kipps, M.S. 1953. Production of Field Crops. A Textbook of Agronomy. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Yaron, A. 1991. Aloe vera: chemical and physical properties and stabilization. Di dalam T. Reynolds dan A.C. Dweck eds. Aloe vera leaf gel: a review
update. Journal of Ethnopharmacology. Vol 68, pp 3-37. [21 Mei 2007]
163
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data susut bobot tomat dengan perlakuan pelapisan gel lidah buaya pada umur tertentu.
Lampiran 1.a. Data susut bobot tomat dengan pelapisan gel lidah buaya yang berumur 1 hari.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot tomat Hari ke-
1 2 3 1. Tomat kontrol
2. Tomat dengan pelapisan gel lidah
buaya 1
2 1
2 0.797365
0.970374 0.777469
0.739552 1.485235
1.655408 1.631087
1.230056 2.874025
4.167485 3.063258
2.290403
Lampiran 1.b. Data susut bobot tomat dengan pelapisan gel lidah buaya yang berumur 2 hari.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot tomat Hari ke-
1 2 3 1. Tomat kontrol
2. Tomat dengan pelapisan gel lidah
buaya 1
2 1
2 1.339506
1.420176 1.529497
1.521208 1.617251
1.71386 1.880811
1.916789 2.627905
2.997661 2.903857
2.887015
164 Lampiran 1.c. Data susut bobot tomat dengan pelapisan gel lidah buaya yang
berumur 6 hari. Perlakuan
Ulangan Susut bobot tomat
Hari ke- 1 2 3
1. Tomat kontrol 2. Tomat dengan
pelapisan gel lidah buaya
1 2
1 2
0.623778 0.528889
0.97095 1.113915
0.665168 0.541734
1.027912 1.188067
0.490427 0.37321
0.55125 0.801568
Lampiran 1.d. Data susut bobot tomat dengan pelapisan gel lidah buaya yang berumur 7 hari.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot tomat Hari ke-
1 2 3 1. Tomat kontrol
2. Tomat dengan pelapisan gel lidah
buaya 1
2 1
2 0.671141
0.796424 1.554899
0.838409 0.802365
0.81101 1.738286
1.228364 1.401182
1.405505 1.869143
1.614182
165 Lampiran 3.h. Data susut bobot rata-rata tomat dengan perlakuan suhu dingin,
pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol
1.71 6.16
5.06 2.76
Coating 0 3.26
2.33 2.68
4.06 Tidak
dikemas Kontrol 0 7.47 6.45 3.85 3.91
Coating 0 4.31
4.90 3.69
2.81 Lampiran 3.i. Data nilai kelunakan tekstur rata-rata tomat dengan perlakuan suhu
dingin, pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 7.12 10.12 11.97 14.8 13.69
Coating 8.13 9.72 11.06 11.58 13.21
Tidak dikemas
Kontrol 4.87 10.33 12.97 16.94 18.36 Coating
6.49 9.53 11.34 11.78 13.5 Lampiran 3.j. Data nilai perubahan total padatan terlarut rata-rata tomat dengan
perlakuan suhu dingin, pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 3.2
3.4 3.225 3.125
3 Coating
3.05 3.1 3.075 3 3
Tidak dikemas
Kontrol 3 3.2 3.2 3.1 2.925 Coating
3.05 3.125 3.05 3
3
166 Lampiran 3.k. Data nilai perubahan derajat keasaman rata-rata tomat dengan
perlakuan suhu dingin, pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 4.45 4.513 4.58 4.558 4.695
Coating 4.44 4.44 4.485 4.49 4.65
Tidak dikemas
Kontrol 4.3875 4.5025 4.58 4.565 4.615 Coating
4.415 4.46 4.553 4.53 4.58 Lampiran 3.l. Data nilai kecerahan rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu
dingin, pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 58.22 51.83 54.49 53.11 55.69
Coating 51.87 53.55 54.87 58.62 59.02
Tidak dikemas
Kontrol 53.68 54.42 60.26 64.52 58.02 Coating
54.59 52.97 57.59 58.47 56.48 Lampiran 3.m. Data nilai a rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu dingin,
pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 13.39 31.62 34.09 39.56 36.26
Coating 25.89 31.15 35.36 34.21 35.59
Tidak dikemas
Kontrol 25.69 31.01 34 37.3 29.67
Coating 24.32 32.12 34.11 30.59 30.8
167 Lampiran 3.n. Data nilai b rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu dingin,
pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 7 14 21 28 Suhu
dingin Dikemas Kontrol 39.18 37.95
41 36.8 43.37
Coating 38.12 39.81 44.37 44.99 45.59
Tidak dikemas
Kontrol 39.89 41.56 47.52 47.88 44.25 Coating
39.21 39.10 45.30 45.80 45.16
168 Lampiran 4 . Data susut bobot tomat pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 8.06
2 7.11 X ± SD
7.62 ± 0.51 Coating
1 4.08 2 3.74
X ± SD 3.91 ± 0.17
Tidak dikemas
Kontrol 1 8.64
2 7.94 X ± SD
8.35 ± 0.41 Coating
1 4.811 2 4.34
X ± SD 4.58 ± 0.24
Suhu dingin Dikemas
Kontrol 1
3.29 2 4.81
X ± SD 5.06 ± 0.25
Coating 1 2.56
2 2.80 X ± SD
2.68 ± 0.12 Tidak
dikemas Kontrol 1
4.12 2 3.57
X ± SD 3.85 ± 0.28
Coating 1 4.87
2 2.65 X ± SD
3.69 ± 1.04
169 Lampiran 5 . Data kelunakan tekstur tomat pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 4.88
21.18 2 6.02 18.36
X ± SD 5.45 ± 0.57
19.72 ± 1.46 Coating
1 10.8 13.48 2 7.58 11.12
X ± SD 9.19 ± 1.61
12.3 ± 1.18 Tidak
dikemas Kontrol 1 5.9
21.86 2 5.2 21.82
X ± SD 5.55 ± 0.35
21.84 ± 0.02 Coating
1 5.66 12.64 2 6.3 11.3
X ± SD 5.98 ± 0.32
11.97 ± 0.67 Suhu dingin
Dikemas Kontrol
1 5.9
15.44 2 8.34 14.16
X ± SD 7.12 ± 1.22
14.8 ± 0.64 Coating
1 9.28 10.72 2 6.98 12.44
X ± SD 8.13 ± 1.15
11.58 ± 0.86 Tidak
dikemas Kontrol 1 3.54 15.72
2 6.2 18.16 X ± SD
4.87 ± 1.33 16.94 ± 1.19
Coating 1 6 12.3
2 6.98 11.26 X ± SD
6.49 ± 0.49 11.78 ± 0.52
170 Lampiran 6. Data total padatan terlarut tomat pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 3
2.95 2 2.5 2.5
X ± SD 2.75 ± 0.25
2.725 ± 0.225
Coating 1 2 3
2 2.9 2.5 X ± SD
2.45 ± 0.45 2.75 ± 0.25
Tidak dikemas
Kontrol 1 2.5
2.825 2 2.95
2.375 X ± SD
2.725 ± 0.225 2.6 ± 0.275
Coating 1 2.65 2.6
2 3.05 2.75 X ± SD
2.85 ± 0.2 2.675 ±
0.075 Suhu dingin
Dikemas Kontrol
1 3.35
3 2 3.05 3.25
X ± SD 3.2 ± 0.15
3.125 ± 0.875
Coating 1 3.2 3
2 2.9 3 X ± SD
3.05 ± 0.15 3 ± 0
Tidak dikemas
Kontrol 1 3.05
3.2 2 2.95 3
X ± SD 3 ± 0.05
3.1 ± 0.1 Coating
1 3.1 2.95 2 3 3.05
X ± SD 3.05 ± 0.05
3 ± 0.05
171 Lampiran 7. Data derajat keasaman tomat pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 4.545
5.3 2 4.405 5.29
X ± SD 4.475 ± 0.72 5.295 ± 0.005
Coating 1 4.515 4.52
2 4.525 4.53 X ± SD
4.52 ± 0.005 4.525 ± 0.005 Tidak
dikemas Kontrol 1
4.425 5.3
2 4.36 5.32 X ± SD
4.393 ± 0.033
5.31 ± 0.01 Coating
1 4.4 4.53 2 4.55 4.53
X ± SD 4.475 ±
0.075 4.53 ± 0
Suhu dingin Dikemas
Kontrol 1
4.42 4.545
2 4.48 4.57 X ± SD
4.45 ± 0.03 4.558 ± 0.012
Coating 1 4.485 4.455
2 4.395 4.525 X ± SD
4.44 ± 0.045 4.49 ± 0.035
Tidak dikemas
Kontrol 1 4.315
4.59 2 4.46 4.54
X ± SD 4.388 ±
0.073 4.565 ± 0.025
Coating 1 4.475 4.53
2 4.355 4.53 X ± SD
4.415 ± 0.06 4.53 ± 0
172 Lampiran 8. Data nilai kecerahan warna tomat pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 50.60
50.12 2 55.57 55.86
X ± SD 52.79 ± 0.42
52.99 ± 0.23 Coating
1 54.11 48.86 2 54.94 50.00
X ± SD 54.52 ± 0.41
49.44 ± 0.42 Tidak
dikemas Kontrol 1
53.32 49.49 2 49.83 59.56
X ± SD 51.58 ± 1.75
54.53 ± 5.03 Coating
1 55.53 58.78 2 54.24 63.36
X ± SD 54.88 ± 0.54
61.07 ± 2.29 Suhu dingin
Dikemas Kontrol
1 56.44
51.59 2 59.99 54.62
X ± SD 58.22 ± 1.77
53.11 ± 1.81 Coating
1 51.18 60.00 2 52.56 57.24
X ± SD 51.87 ± 0.69
58.62 ± 1.38 Tidak
dikemas Kontrol 1
52.94 64.88 2 54.43 64.16
X ± SD 53.68 ± 0.75
64.52 ± 0.36 Coating
1 57.63 57.90 2 51.56 59.04
X ± SD 54.59 ± 3.03
58.47 ± 0.57
173 Lampiran 9. Data warna merah tomat skala a pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 15.14
36.04 2 15.47 47.18
X ± SD 15.31 ± 0.16
41.61 ± 5.57 Coating
1 22.73 38.18 2 10.92 37.41
X ± SD 16.83 ± 5.91
37.79 ± 0.38 Tidak
dikemas Kontrol 1
22.15 40.67 2 24.82 45.95
X ± SD 23.49 ± 1.33
43.31 ± 2.64 Coating
1 10.05 32.7 2 14.12 37.1
X ± SD 12.09 ± 2.03
34.9 ± 2.2 Suhu dingin
Dikemas Kontrol
1 6.87
39.19 2 19.9 39.93
X ± SD 13.39 ± 6.51
39.56 ± 0.37 Coating
1 29.74 34.65 2 22.03 33.77
X ± SD 25.89 ± 3.85
34.21 ± 0.44 Tidak
dikemas Kontrol 1
29.35 33.07 2 22.03 41.53
X ± SD 25.69 ± 3.66
37.3 ± 4.23 Coating
1 22.85 27.08 2 25.79 34.1
X ± SD 24.32 ± 1.47
30.59 ± 3.51
174 Lampiran 10. Data warna kuning tomat skala b pada hari ke-0 dan hari ke-21.
Perlakuan Ulangan
Susut bobot Hari ke-
0 21 Suhu ruang
Dikemas Kontrol
1 40.36
32.9 2 39.39 47.02
X ± SD 39.89 ± 0.5
39.96 ± 7.06 Coating
1 39.22 31.7 2 39.58 35.6
X ± SD 39.4 ± 0.18
33.65 ± 1.95 Tidak
dikemas Kontrol 1
39.94 33.62 2 39.36 39.54
X ± SD 39.65 ± 0.29
36.58 ± 2.96 Coating
1 39.35 45.81 2 40.42 46.62
X ± SD 39.89 ± 0.53
46.22 ± 0.4 Suhu dingin
Dikemas Kontrol
1 39.32
35.95 2 39.03 37.65
X ± SD 39.18 ± 0.15
36.8 ± 0.85 Coating
1 38.71 45.95 2 37.53 44.04
X ± SD 38.12 ± 0.59
44.99 ± 0.95 Tidak
dikemas Kontrol 1
39.35 47.28 2 40.43 48.48
X ± SD 39.89 ± 0.54
47.88 ± 0.6 Coating
1 39.72 45.9 2 38.69 45.69
X ± SD 39.21 ± 0.52
45.80 ± 0.11
175 Lampiran 11. Tabel hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan susut bobot tomat
pada perlakuan penyimpanan gel lidah buaya untuk aplikasi coating
. ANOVA
SSTBBT Sum of
Squares df Mean
Square F
Sig. Between
Groups .781
3 .260
1.045 .424
Within Groups
1.994 8
.249 Total
2.775 11
SSTBBT Duncan
SAMP EL
N Subset
for alpha =
.05
1 4
3 1.00998
487 1
3 1.22379
675 3
3 1.28024
228 2
3 1.71261
970 Sig.
.144 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Keterangan : 1= tomat kontrol 1
2.= tomat kontrol 2 3 = tomat dengan pelapisan gel lidah buaya berunur 1 hari 1
4 = tomat dengan pelapisan gel lidah buaya berunur 1 hari 2
176 Lampiran 12. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap susut bobot
tomat dengan berbagai perlakuan formula coating.
Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SSTBBT
Source Type III
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig. Corrected
Model 5.552a
14 .397
32.503 .000
Intercept 73.913
1 73.913
6058.37 .000
SAMPEL .751
4 .188
15.380 .000
HARI 4.801
10 .480
39.352 .000
Error .488
40 .012
Total 79.953
55 Corrected
Total 6.040
54 a R Squared = .919 Adjusted R Squared = .891
SSTBBT
Duncan SAMP
EL N
Subset 1
2 2
11 1.00388
665 3
11 1.03873
193 5
11 1.19848
527 1
11 1.27438
643 4
11 1.28079
024 Sig.
.464 .106
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = .012.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 11.000. b Alpha = .05.
177
SSTBBT
Duncan HAR
I N
Subset 1
2 3
4 5
10 5
.622079 07
9 5
.630252 65
7 5
1.04087 509
6 5
1.04903 422
5 5
1.07342 745
3 5
1.29395 470
4 5
1.30866 145
1.30866 145
1 5
1.36802 300
1.36802 300
2 5
1.38001 821
1.38001 821
11 5
1.45372 129
1.45372 129
8 5
1.53177 002
Sig. .907
.665 .270
.063 .271
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = .012.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. b Alpha = .05.
Keterangan : 1 = kontrol
2 = tomat dengan gel lidah buaya 3 = tomat dengan gel lidah buaya dan ISP 1
4 = tomat dengan gel lidah buaya, ISP 1, dan gliserol 1 5 = tomat dengan gel lidah buaya, ISP 1, dan sorbitol 2 ml45 ml
ISP
178 Lampiran 13. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap susut bobot
tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA SSTBBT
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
54.223 7
7.746 17.029
.000 Within
Groups 3.639
8 .455
Total 57.862
15
SSTBBT
Duncan SAMP
EL N
Subset for alpha = .05 1
2 3
6 2
2.68106 435
8 2
3.75745 000
3.75745 000
7 2
3.84377 650
3.84377 650
2 2
3.91059 200
3.91059 200
4 2
4.57803 850
5 2
5.05380 050
1 2
7.58802 150
3 2
8.28617 350
Sig. .125
.112 .331
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
179 Lampiran 14. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kelunakan
tekstur tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA
KLUNAKN Sum of
Squares df Mean
Square F
Sig. Between
Groups 30.268
7 4.324
2.172 .150
Within Groups
15.924 8
1.990 Total
46.191 15
KLUNAKN Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 7
2 4.87000
1 2
5.45000 3
2 5.55000
4 2
5.98000 5.98000 8
2 6.49000 6.49000
5 2
7.12000 7.12000 6
2 8.13000 8.13000
2 2
9.19000 Sig.
.067 .068
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
180 Lampiran 15. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kelunakan
tekstur tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA KLUNAKN
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
225.838 7 32.263
19.363 .000
Within Groups
13.330 8
1.666 Total
239.168 15
KLUNAKN Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha = .05
1 2
3 4
6 2
11.5800 8
2 11.7800
4 2
11.9700 2
2 12.3000
5 2
15.5500 7
2 17.2500
17.2500 1
2 19.7700
19.7700 3
2 21.8400
Sig. .612
.224 .087
.147 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
181 Lampiran 16. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap total padatan
terlarut tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA B
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
.802 7
.115 1.130
.429 Within
Groups .811
8 .101
Total 1.614
15
B Duncan
SAMP EL
N Subset
for alpha =
.05
1 2
2 2.45000
3 2
2.72500 1
2 2.75000
4 2
2.85000 7
2 3.00000
6 2
3.05000 8
2 3.05000
5 2
3.20000 Sig.
.063 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
182 Lampiran 17. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap total padatan
terlarut tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA B
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
.749 7
.107 1.986
.178 Within
Groups .431
8 .054
Total 1.181
15
B Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 3
2 2.60000
4 2
2.67500 2.67500 1
2 2.72500 2.72500
2 2
2.75000 2.75000 8
2 3.00000 3.00000
6 2
3.07500 3.07500 5
2 3.12500 3.12500
7 2
3.20000 Sig.
.072 .072
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
183 Lampiran 18. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap derajat
keasaman tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA PH
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
.029 7
.004 .705
.671 Within
Groups .047
8 .006
Total .076
15
PH Duncan
SAMP EL
N Subset
for alpha =
.05
1 7
2 4.38750
3 2
4.39250 8
2 4.41500
6 2
4.44000 5
2 4.45000
1 2
4.47500 4
2 4.47500
2 2
4.52000 Sig.
.147 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
184 Lampiran 19. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap derajat
keasaman tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA PH
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
1.784 7
.255 472.808 .000
Within Groups
.004 8
.001 Total
1.788 15
PH Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha = .05
1 2
3 6
2 4.49000
2 2
4.52500 4.52500 4
2 4.53000 4.53000
8 2
4.53000 4.53000 5
2 4.55750
7 2
4.56500 1
2 5.29500
3 2
5.31000 Sig.
.144 .148
.536 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
185 Lampiran 20. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kemerahan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA A
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
470.412 7 67.202
2.365 .126
Within Groups
227.365 8 28.421
Total 697.777 15
A Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 4
2 12.0850
5 2
13.3850 13.3850
1 2
15.3050 15.3050
2 2
16.8250 16.8250
3 2
23.4850 23.4850
8 2
24.3200 24.3200
7 2
25.6900 6
2 25.8850
Sig. .068
.064 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
186 Lampiran 21. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kemerahan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA A
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
240.571 7 34.367
1.870 .200
Within Groups
147.052 8 18.382
Total 387.623 15
A Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 8
2 30.5900
6 2
34.2100 34.2100
4 2
34.9000 34.9000
7 2
37.3000 37.3000
2 2
37.7950 37.7950
5 2
39.5600 39.5600
1 2
41.6100 3
2 43.3100
Sig. .090
.087 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
187 Lampiran 22. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kekuningan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA B
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
301.256 7 43.037
2.249 .139
Within Groups
153.117 8 19.140
Total 454.373 15
B Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 2
2 33.6500
3 2
36.5800 36.5800
1 2
39.9600 39.9600
5 2
43.3700 43.3700
7 2
44.2450 44.2450
8 2
45.1600 6
2 45.5900
4 2
46.2150 Sig.
.055 .078
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
188 Lampiran 23. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kekuningan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA B
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
4.981 7
.712 1.820
.210 Within
Groups 3.128
8 .391
Total 8.109
15
B Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 6
2 38.1200
5 2
39.1750 39.1750
8 2
39.2050 39.2050
2 2
39.4000 39.4000
3 2
39.6500 39.6500
1 2
39.8750 4
2 39.8850
7 2
39.8900 Sig.
.053 .315
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
189 Lampiran 24. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kecerahan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-0.
ANOVA L
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
62.361 7
8.909 1.437
.310 Within
Groups 49.598
8 6.200
Total 111.959 15
L Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha =
.05 1
2 3
2 51.5780
6 2
51.8685 1
2 52.7850
52.7850 7
2 53.6835
53.6835 2
2 54.5220
54.5220 8
2 54.5965
54.5965 4
2 54.8865
54.8865 5
2 58.2170
Sig. .250
.079 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
190 Lampiran 25. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kecerahan
warna tomat dengan perlakuan pelapisan, pengemasan, dan suhu penyimpanan pada hari ke-21.
ANOVA L
Sum of Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups
342.252 7 48.893
4.467 .026
Within Groups
87.560 8
10.945 Total
429.813 15
L Duncan
SAMP EL
N Subset for alpha = .05
1 2
3 2
2 49.4350
1 2
52.9930 52.9930
5 2
53.1080 53.1080
3 2
54.5285 54.5285
8 2
58.4700 58.4700
6 2
58.6215 58.6215
4 2
61.0730 61.0730
7 2
64.5185 Sig.
.186 .055
.124 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
191 Lampiran 2. Data susut bobot tomat yang diberi perlakuan pelapisan dengan berbagai formula gel.
Perlakuan Susut bobot tomat
Hari ke- 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
1. Tomat kontrol
2. Tomat + gel lidah buaya
3. Tomat + gel lidah buaya
+ ISP 1 4.
Tomat + gel lidah buaya + ISP 1 + gliserol 2
5. Tomat + gel lidah buaya
+ ISP 1 + sorbitol 2 ml45 ml ISP
1.34 1.16
1.24 1.67
1.42 1.59
1.52 1.91
1.54
1.43 1.46
1.07 1.14
1.48
1.32 1.49
1.25 1.15
1.42
1.36 1.15
0.95 0.93
1.24
1.10 1.15
0.94 0.19
1.17
1.06 1.12
0.91 0.92
1.19
1.07 1.60
1.29 1.32
1.92
1.53 0.71
0.56 0.62
0.58
0.68 0.68
0.53 0.55
0.73
0.62 1.72
1.35 1.45
1.15
1.60
192 Lampiran 3. Data hasil pengamatan pada percobaan penentuan umur simpan tomat dengan perlakuan pelapisan gel lidah buaya,
pengemasan, serta penyimpanan pada suhu berbeda. Lampiran 3.a. Data susut bobot rata-rata tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan.
Perlakuan Rata-rata susut bobot tomat
Hari ke- 0 3 6 9 12
15 18
21 Suhu
ruang Dikemas
Kontrol 0 6.75 3.54 4.31 8.94 8.32 1.69 7.63 Coating
0 5.46 4.12 2.78 3.63 4.74 5.02 3.91 Tidak
dikemas Kontrol 0 8.97 5.83 6.83 5.57 4.97 5.60 8.35
Coating 0 5.15 6.56 6.87 4.90 4.07 5.44 4.58
193 Lampiran 3.b. Data nilai kelunakan tekstur rata-rata tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan.
Perlakuan Rata-rata susut bobot tomat
Hari ke- 0 3 6 9 12
15 18
21 Suhu
ruang Dikemas
Kontrol 5.45 11.26 11.65 11.8 12.28 12.79 12.87 19.77 Coating
9.19 10.24 10.57 10.9 11.04 12.87 11.63 12.3 Tidak
dikemas Kontrol 5.55 11.17 12.55 12.84 13.06 11.63 13.63 21.84
Coating 5.98 9.48 9.77 10.02 10.78 13.63 11.65 11.97
Lampiran 3.c. Data nilai perubahan total padatan terlarut rata-rata tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan
pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 3 6 9 12 15
18 21
Suhu ruang
Dikemas Kontrol 2.75 3
3.05 .75
3.5 3.225
3 2.725
Coating 2.45 2.5 3.25 3.25 3
3 3 2.75
Tidak dikemas
Kontrol 2.725 3.075 3.825 3.775 3.325 3
3 2.6
Coating 2.85 3.025 3.725 4
3 3
3 2.675
194 Lampiran 3.d. Data nilai perubahan derajat keasaman rata-rata tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan.
Perlakuan Rata-rata susut bobot tomat
Hari ke- 0 3 6 9 12
15 18
21 Suhu
ruang Dikemas Kontrol 4.475
4.618 4.685 4.605 4.605 5.36
4.64 4.295
Coating 4.52 4.64 4.64 4.63 4.575
4.995 4.525
4.525 Tidak
dikemas Kontrol
4.393 4.573 4.69 4.625 4.645 5.345 4.68 5.31 Coating
4.475 4.605 4.663 4.598 4.595 5.02 4.575 4.53 Lampiran 3.e. Data nilai kecerahan rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan.
Perlakuan Rata-rata susut bobot tomat
Hari ke- 0 3 6 9 12
15 18
21 Suhu
ruang Dikemas
Kontrol 52.79 50.38 48.71 47.80 50.08 52.84 51.43 52.99 Coating
54.52 53.73 49.69 50.64 50.41 50.48 51.00 49.44 Tidak
dikemas Kontrol 51.58 52.63 51.01 50.98 47.53 53.89 53.40 54.53
Coating 54.88 55.98 47.39 50.56 50.22 51.80 52.91 61.07
195 Lampiran 3.f. Data nilai a rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan.
Perlakuan Rata-rata susut bobot tomat
Hari ke- 0 3 6 9 12
15 18
21 Suhu
ruang Dikemas
Kontrol 15.31 31.14 33.97 37.73 36.74 40.66 37.59 41.61 Coating
16.83 27.94 36.45 36.25 37.25 38.6 38.2 37.79 Tidak
dikemas Kontrol 23.49 35.35 36.95 40.22 38.31 41.18 40.50 43.31
Coating 12.09 24.25 40.14 35.63 37.58 39.26 39.22 34.9
Lampiran 3.g. Data nilai b rata-rata warna tomat dengan perlakuan suhu ruang, pelapisan dengan gel, dan pengemasan. Perlakuan
Rata-rata susut bobot tomat Hari ke-
0 3 6 9 12 15
18 21
Suhu ruang
Dikemas Kontrol 39.89 35.36 33.97 34.04 34.97 35.83 33.67 39.96
Coating 39.4 38.46 35.09 37.42 35.10 33.97 34.49 33.65
Tidak dikemas
Kontrol 39.65 36.12 37.73 36.95 32.71 38.16 38.57 36.58 Coating
39.89 40.96 32.21 37.60 37.12 35.77 35.29 46.22
Jurnal Skripsi 2007 Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
APLIKASI GEL LIDAH BUAYA Aloe vera L. SEBAGAI EDIBLE COATING PADA
PENGAWETAN TOMAT Lycopersicon esculentum Mill.
Slamet Budijanto
1
dan Andiny Kismaryanti
2
1
Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor
2
Sarjana Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Abstrak
Permintaan akan produk sayuran dan buah yang semakin meningkat, menuntut adanya sayuran dan buah segar yang memiliki kualitas yang baik. Kualitas tersebut hanya mungkin
dipenuhi melalui penanganan pasca panen yang baik serta upaya untuk memeperpanjang tingkat kesegaran. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan enggunaan edible coating. Aloe
vera dilaporkan banyak mengandung senyawa bioaktif seperti antimikroba serta memiliki sifat pembentukan gel yang baik, sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai edible coating. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari aplikasi Aloe vera gel sebagai edible coating pada tomat.
Berdasarkan pengamatan, Aloe vera edible coating pada tomat segar dapat menghambat penurunan mutu tomat akibat proses pematangan yang cepat setelah panen. Aplikasi ini lebih
efektif jika dipadukan dengan pengemasan dan penyimpanan suhu dingin daripada penyimpanan pada suhu ruang. Gel lidah buaya yang digunakan adalah gel lidah buaya yang langsung diolah
segera setelah panen. Formulasi yang paling baik untuk digunakan sebagai edible coating adalah gel lidah buaya murni tanpa penambahan apapun.
Penyimpanan pada suhu dingin mampu memperpanjang umur simpan tomat hingga 5 hari, sedangkan penyimpanan pada suhu ruang mampu memperpanjang umur simpan tomat hingga 3
hari. Penyimpanan pada suhu dingin 1°C tidak membuat tomat yang telah dilapisi dengan gel lidah buaya dan dikemas dengan plastik PVC mengalami chilling injury.
Edible coating dari gel lidah buaya memiliki kemampuan mereduksi jumlah mikroba awal pada permukaan tomat, yakni sebesar 2.2 X 10
7
kolonicm
2
sebelum dilapisi gel lidah buaya menjadi 1.8 X 10
6
kolonicm
2
setelah dilapisi, sedangkan jumlah kapang dari sebesar 5.4 X 10
4
koloni cm
2
menjadi 2.2 X 10
4
kolonicm
2
, namun aktivitas anti-mikroba dan anti-kapang dari gel lidah buaya tersebut tidak mampu menghilangkan mikroba penyebab penyakit antraknosa.
Kata kunci:
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat gizi yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, kesadaran masyarakat akan kesehatan
serta pentingnya nilai gizi dalam makanan yang mereka konsumsi semakin meningkat.
Kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat menyebabkan kebutuhan akan sayuran
meningkat juga. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya permintaan akan
sayuran yang bermutu tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik di dalam maupun
di luar negeri. Pasar luar negeri dan pasar modern supermarket, hypermarket, hotel dan
restoran menuntut adanya sayuran segar yang bermutu tinggi, yakni memiliki
penampakan baik, relatif tahan lama, dan tidak cepat layu selama penyimpanan.
Kualitas sayuran tersebut hanya mungkin dipenuhi dengan adanya penanganan pasca
panen yang baik termasuk usaha untuk dapat memperpanjang tingkat kesegaran.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menghambat kerusakan
sayuran antara lain dengan cara melakukan modifikasi kemasan sayuran dan
penyimpanan dengan suhu rendah. Salah satu cara yang juga dapat dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan sayuran, namun tetap dapat mempertahankan mutu, adalah
dengan mengaplikasikan edible film pada
sayuran tersebut. Edible film sangat berpotensi untuk meningkatkan shelf life dari
sayuran karena secara teori pengaplikasian edible film
akan membentuk suatu coating yang mampu berperan sebagai barrier agar
tidak kehilangan kelembaban, bersifat permeabel terhadap gas-gas tertentu, serta
mengontrol migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan
pigmen dan komponen nutrisi sayuran Krochta, et al., 1994.
Pengaplikasian edible coating yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pembuatan edible film yang berasal dari gel tanaman Aloe vera. Aloe vera merupakan
tanaman serbaguna yang akhir-akhir ini, selain digunakan sebagai bahan baku industri
shampoo
kosmetik, juga mulai diolah menjadi aneka produk makanan. Aloe vera
juga telah dilaporkan mengandung beberapa senyawa bioaktif yang bersifat antimikroba
dan dapat menyembuhkan luka jaringan sehingga diharapkan pada pengaplikasian gel
Aloe vera
sebagai edible coating mampu mempertahankan mutu serta memperpanjang
masa simpan sayuran tersebut. Aplikasi gel Aloe vera
sebagai edible coating telah dicoba sebelumnya pada buah anggur dengan
menggunakan gel Aloe vera yang dilarutkan dengan sejumlah air Valverde, et al., 2005.
Sayuran yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah sayuran tomat karena
mudah untuk ditanam, bersifat responsif terhadap berbagai perlakuan eksperimen, dan
sangat berpotensi untuk dikomersialkan baik didalam maupun luar negeri.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari pembuatan edible film dari gel tanaman lidah
buaya Aloe vera L. dan pengaruhnya terhadap tomat serta untuk mempertahankan
mutu dan memperpanjang masa simpan tomat tersebut.
METODOLOGI Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tomat segar
Lycopersicon esculentum Mill., daun lidah buaya Aloe vera L., klorin, air matang,
alkohol 70, aquades, sorbitol, gliserol, isolat protein, aquades, media PCA, PDA, asam
tartarat, serta larutan pengencer.
Alat
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah wearing blend, timbangan digital
halus, baskom, kulkas, sendok pengaduk, sendok makan, sumpit, sarung tangan plastik,
masker, bunsen, gelas plastik, wadah styrofoam
, plastik pembungkus, talenan plastik, wadah ukuran besar, pisau, saringan,
neraca analitik, inkubator 30 °C,
penetrometer, chromameter Minolta CR-300, pH-meter, refraktometer, tabung reaksi,
cawan petri, pipet volumetrik.
Metode
Penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu 1 percobaan pembuatan gel Aloe vera
2 pengujian umur simpan gel terhadap mutu coating
, 3 formulasi gel Aloe vera L. untuk aplikasi coating pada tomat, serta 4
penentuan umur simpan tomat segar dengan perlakuan Aloe vera gel coating, pengemasan,
dan suhu.
1. Pembuatan gel dari pelepah daun Aloe
vera L.
Tahap percobaan ini bertujuan mengembangkan cara pembuatan gel
dengan sifat coating yang baik. Pada tahap ini, dilakukan pembuatan gel
Aloe vera berdasarkan pembuatan
minuman Aloe vera menurut He et al. 2003 dan memodifikasinya dengan
memberikan berbagai perlakuan seperti pencucian, pemanasan, serta
penambahan asam. Optimasi teknik pencucian dilakukan untuk
menghilangkan lendir berwarna kuning yang dapat menurunkan mutu gel,
seperti terjadinya perubahan warna gel menjadi lebih kuning dan timbulnya
bau tidak sedap. Perlakuan pemanasan dengan suhu 80°C selama 5 menit dan
penambahan asam sitrat sebanyak 4 yang juga disertai pemanasan
dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroba awal gel Aloe vera. Parameter
yang diamati adalah penampakannya secara fisik, meliputi warna, bau, serta
kekentalan.
2. Pengujian pengaruh umur simpan gel
Aloe vera L. Untuk aplikasi coating pada tomat.
Percobaan ini bertujuan mengetahui daya tahan gel selama
penyimpanan pada suhu 10°C dalam refrigerator hingga 7 hari. Selain itu,
percobaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui pengaruh penyimpanan gel tersebut terhadap mutu coating gel
yang diaplikasikan pada buah tomat segar. Coating dilakukan dengan
metode pencelupan dipping. Parameter yang diamati adalah susut
bobot dan penurunan tingkat kesegaran yang terjadi pada tomat selama
penyimpanan pada suhu ruang. Data dari hasil pengukuran tersebut
kemudian diuji secara statistik menggunakan tabel ANOVA metode
Duncan, dan dibantu dengan media pengolahan SPSS.
3. Formulasi gel Aloe vera L. untuk
aplikasi coating pada tomat.
Tahap ini bertujuan melihat pengaruh coating gel Aloe vera dengan
penambahan isolat protein, gliserol, dan sorbitol yang diaplikasikan pada
buah tomat, sehingga dihasilkan edible coating
yang baik. Buah tomat segar dicelupkan ke dalam empat formula
larutan coating yang berbeda, yakni a larutan gel Aloe vera murni tanpa
penambahan, b larutan gel Aloe vera dengan penambahan isolat protein 1,
c larutan gel Aloe vera dengan penambahan isolat protein 1 dan
gliserol 2, serta d larutan gel Aloe vera
dengan penambahan isolat protein 1 dan sorbitol 2 ml45 ml ISP.
Pengamatan dilakukan terhadap parameter susut bobot buah tomat
selama penyimpanan pada suhu ruang dan melihat penurunan tingkat
kesegaran buah tersebut. Data dari hasil pengukuran tersebut kemudian
diuji secara statistik menggunakan tabel Univariate Analysis of Variance
dan uji lanjut Duncan yang dibantu dengan media pengolahan SPSS.
Formula gel terbaik yang didapatkan dari tahapan ini akan digunakan pada
tahap selanjutnya.
4. Formulasi gel Aloe vera L. untuk
aplikasi coating pada tomat.
Tahapan ini bertujuan mengetahui pengaruh kemasan dan
kondisi suhu penyimpanan yang paling optimum untuk buah tomat segar yang
telah di-coating dengan formula larutan terpilih hasil penelitian tahap
tiga di atas. Setelah dicelup ke dalam larutan coating, buah tomat tersebut
dikemas dalam styrofoam
dan dibungkus dengan plasticized PVC,
kemudian disimpan pada suhu ruang serta suhu 1°C. Pengamatan dilakukan
terhadap susut bobot, perubahan warna, tekstur, perubahan kandungan
gula °B, perubahan pH, dan total mikroba selama penyimpanan. Data
dari hasil pengukuran tersebut kemudian diuji secara statistik
menggunakan tabel ANOVA metode Duncan, dan dibantu dengan media
pengolahan SPSS.
a. Susut bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan secara gravimetri, yaitu
membandingkan selisih bobot sebelum penyimpanan dengan
sesudah penyimpanan. Rumus :
Susut bobot = a - b x 100 a
a = bobot awal b = bobot akhir
b. Kelunakan tekstur
Tingkat kelunakan tekstur tomat diukur dengan alat
penetrometer semi-digital dengan menggunakan
probe tertentu.
Permukaan buah tomat akan ditusuk jarum probe dengan kecepatan dan
berat yang tetap selama 10 detik, sehingga kedalaman lubang yang
diakibatkan oleh penusukan tersebut akan menyatakan kelunakan tekstur
buah tomat tersebut.
c. Warna
Warna permukaan buah tomat selama penyimpanan diukur dengan
kromameter Minolta CR-300. Skala yang digunakan adalah skala Lab
dan Yxy dengan ulangan pengukuran sebanyak tiga kali setiap sampel.
d. Derajat keasaman pH
Pengukuran derajat keasaman menggunakan pH meter. Sebelum
digunakan alat distandardisasi dahulu dengan menggunakan larutan
buffer pH 4. Sekitar 25 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala.
Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel, kemudian dilakukan
pembacaan pH sampel setelah dicapai nilai yang tetap.
e. Total Padatan Terlarut TPT
Pengukuran total padatan terlarut TPT menggunakan Hand
Refractometer 0-39˚Brix. Sebelum
digunakan alat dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol dan dilap
hingga kering. Sampel yang akan diukur kemudian diletakkan
secukupnya pada tempat pembacaan. Kemudian nilai TPT ditunjukkan
oleh angka yang didapat pada batas garis biru dan putih.
f. Uji Mikrobiologi Sampel di-swab dengan luas
permukaan tertentu, kemudian hasil swab
tersebut dimasukkan kedalam larutan pengencer sebanyak 10 ml.
Sebanyak 1 ml sampel yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam
masing-masing dua cawan petri duplo steril yang selanjutnya
dituangkan media PCA steril untuk total uji total mikroba dan APDA
steril untuk uji kapang-khamir yang telah didinginkan hingga
suhunya 47-50 °C sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara mendatar
diatas meja supaya contoh menyebar rata. Cawan berisi agar yang sudah
membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30
°C selama 2 hari. Total bakteri ditetapkan dengan
SPC Standard Plate Count.
Koloni per cm
2
= Jumlah kolonicawan x 10 x 1
n n = luas permukaan yang di-swab
cm
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan gel dari pelepah daun
Aloe vera L.
Tahap pembuatan edible coating dari gel lidah buaya ini dimulai dari
pemilihan sortasi pelepah daun lidah buaya. Pemilihan pelepah daun ini
berdasarkan penampakan fisiknya antara lain, tingkat kematangan yang dapat
dilihat dari warna daun yang sudah hijau tidak kuning, ukuran daun, ada atau
tidaknya kotoran atau penyakit, serta kerusakan fisik seperti patah atau luka
pada jaringan luar daun. Pelepah daun ini harus sudah diproses dalam jangka waktu
36 jam setelah dipanen untuk menghindari degradasi komponen-
komponen bioaktif yang terkandung didalamnya Roberts, 1997. Setelah
disortasi, tahapan selanjutnya adalah mencuci pelepah daun tersebut untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan daun.
Kemudian, pelepah daun lidah buaya ini direndam dalam larutan klorin dengan
konsentrasi 200 ppm selama 30 menit. Tahap perendaman berfungsi untuk
mengurangi cemaran mikroba pada permukaan daun sehingga diharapkan
tidak akan ada kontaminasi silang ke dalam gel lidah buaya yang akan
dihasilkan. Setelah direndam, daun lidah buaya tersebut dibilas dengan air matang
untuk menghilangkan sisa-sisa larutan klorin yang menempel, sehingga tidak
ada lagi bau klorin yang menyengat. Di beberapa negara selain Indonesia, seperti
USA dan Uni Eropa tidak memperbolehkan senyawa klorin
digunakan sebagai bahan pencuci untuk komoditi pangan, oleh karena itu
senyawa klorin ini sebaiknya diganti dengan desinfektan pencuci lainnya yang
diperbolehkan FDA, seperti
penggunaan asam sitrat dan senyawa anti-mikroba
alami lainnya, untuk mencuci pelepah daun lidah buaya. Hal ini akan menjadi
sangat penting apabila komoditi pangan yang dilapisi dengan gel lidah buaya ini
diekspor ke negara-negara yang sangat ketat peraturannya mengenai syarat
keamanan seperti penggunaan desinfektan klorin untuk digunakan
sebagai pencuci produk pangan tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah trimming
dan filleting daun lidah buaya. Pada proses ini, bagian pangkal, ujung,
serta sisi-sisi daun yang berduri, dan semua kulit daun dibuang dengan
menggunakan pisau. Pembuangan bagian-bagian tersebut perlu dilakukan
untuk menghilangkan yellow sap senyawa anthraquinone beserta
turunannya dan dari proses ini diharapkan hasil potongan gel lidah
buaya tanpa kulit yang bersih. Namun, seringkali yellow sap ini masih belum
hilang secara sempurna sehingga dapat mengkontaminasi gel lidah buaya yang
dihasilkan. Oleh karena itu, ada 2 hal yang harus dilakukan, yakni dengan
membasuh ujung-ujung bekas sayatan selama tahap filleting, serta membilas
bagian pangkal gel yang telah didapatkan dengan air matang. Yellow sap penting
untuk dihilangkan karena jika gel yang telah dihasilkan masih tercemar oleh
yellow sap
ini maka warna gelnya akan berubah menjadi kekuningan, baunya
menjadi tidak sedap, memiliki efek laxative
, serta dapat mempengaruhi umur simpan dari gel tersebut. Pada tahap
percobaan ini belum diopltimalkan cara mendapatkan gel lidah buaya dengan
rendemen yang sesedikit mungkin. Hal ini cukup penting mengingat banyaknya
kandungan senyawa bioaktif dalam gel lidah buaya tersebut yang dapat
mempengaruhi mutu dari coating gel yang dihasilkan, sehingga kehilangan
lendir tidak berwarna dan terbuangnya bagian mucilage gel lidah buaya selama
proses trimming dan filleting perlu diminimalisasi.
Potongan gel lidah buaya yang dihasilkan dari tahapan di atas kemudian
dihancurkan dengan menggunakan wearing blender
selama tidak lebih dari 10 menit. Jika proses penghancuran
berlangsung terlalu lama maka akan terjadi reaksi pencoklatan enzimatis
dalam gel lidah buaya tersebut dan warnanya akan menjadi berubah. Dari
tahap ini, didapatkan larutan gel lidah buaya yang sudah siap untuk dijadikan
coating.
Larutan gel lidah buaya tersebut kemudian dikemas dan disimpan pada
suhu dingin 5°C. Pada tahap ini, dilakukan juga
percobaan pemanasan dan penambahan asam sitrat pada larutan gel lidah buaya
yang telah dihasilkan dengan tujuan untuk mereduksi mikroba yang terdapat
dalam larutan gel tersebut sehingga dapat memperpanjang umur simpannya.
Perlakuan pemanasan dilakukan pada suhu 80°C selama 5 menit dan perlakuan
penambahan asam sitrat sebanyak 4 dilakukan setelahnya. Berdasarkan
pengamatan, pada gel dengan perlakuan pemanasan dan perlakuan penambahan
asam yang disertai pemanasan, terdapat endapan dan terjadi perubahan warna
larutan gel menjadi kecoklatan. Endapan ini terjadi akibat pemanasan sehingga
meyebabkan degradasi komponen polisakarida karena putusnya ikatan ionik
yang mendukung struktur polisakarida tersebut. Warna coklat terbentuk karena
proses pemanasan mempercepat reaksi pencoklatan enzimatis yang terjadi pada
larutan gel Blanshard dan Mitchell, 1979. Terbentuknya endapan
menyebabkan kekentalan larutan gel menjadi berkurang drastis sehingga tidak
lagi dapat membentuk lapisan edible coating
yang baik.
B. Pengujian pengaruh umur simpan gel Aloe vera L. Untuk aplikasi coating
pada tomat.
Komposisi komponen- komponen bioaktif yang terkandung
dalam gel lidah buaya tergantung pada musim,iklim, serta tanah tempat tanaman
ini ditanam. Satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penanganan
pelepah daun pasca panen karena proses dekomposisi komponen didalamnya
sudah dimulai sejak pelepah daun tersebut dipotong dari tanaman induknya.
Proses dekomposisi ini terjadi akibat reaksi enzimatis dan aktivitas mikroba
alami yang ada pada daun tersebut Coats, 1979. Pada larutan gel yang
telah diekstraksi, kehilangan aktivitas berbagai komponen bioaktif yang
terkandung dalam lidah buaya menjadi lebih sedikit bila dibandingkan ketika
komponen tersebut masih ada di dalam bentuk pelepah daunnya He et al.,
2003. Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan pengujian penyimpanan
larutan gel yang telah diekstraksi dari lidah buaya terhadap mutu coating yang
dihasilkan ketika diaplikasikan pada buah tomat. Penyimpanan gel dilakukan pada
suhu 10°C selama 7 hari. Tomat-tomat tersebut kemudian disimpan pada suhu
ruang dan diamati selama 4 hari. Parameter yang diamati pada tomat untuk
melihat mutu coating yang dihasilkan adalah susut bobot.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
1 2
3
Hari ke- S
u s
u t bo
bot
Tomat utuh kontrol 1 Tomat utuh kontrol 2
Tomat utuh dgn aloe 1 Tomat utuh dgn aloe 2
Gambar 1. Grafik pengaruh umur simpan gel lidah buaya 1 hari terhadap
persentase susut bobot tomat.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
1 2
3
Hari ke- S
u s
u t bobot
Tomat utuh kontrol 1 Tomat utuh kontrol 2
Tomat utuh dgn aloe 1 Tomat utuh dgn aloe 2
Gambar 2. Grafik pengaruh umur simpan gel lidah buaya 2 hari terhadap persentase susut
bobot tomat.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
1 2
3
Hari ke- S
u s
u t b
obot
Tomat utuh kontrol 1 Tomat utuh kontrol 2
Tomat utuh dgn aloe 1 Tomat utuh dgn aloe 2
Gambar 3. Grafik pengaruh umur simpan gel lidah buaya 6 hari terhadap persentase susut
bobot tomat.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
1 2
3
Hari ke- S
u s
u t b
obot
tomat kontrol 1 tomat kontrol 2
tomat aloe 1 tomat aloe 2
G ambar 4. Grafik pengaruh umur simpan gel
lidah buaya 7 hari terhadap persentase susut bobot tomat.
Berdasarkan keempat
grafik diatas, dapat diketahui bahwa semakin
lama larutan gel lidah buaya disimpan maka kualitas gel tersebut sebagai edible
coating akan semakin menurun. Hal ini
terlihat dari semakin menurunnya kemampuan gel tersebut untuk menahan
laju kehilangan bobot yang terjadi. Gambar 1 memperlihatkan bahwa susut
bobot yang terjadi pada tomat yang dilapisi gel lidah buaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tomat yang tidak dilapisi kontrol. Kemudian, pada
Gambar 2 - 4 mulai terlihat bahwa kemampuan coating gel untuk menahan
susut bobot pada tomat yang dilapisi mulai berkurang karena susut bobot
tomat yang dilapisi tersebut ternyata menjadi lebih tinggi daripada kontrolnya.
Sehingga, dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa penyimpanan
gel berpengaruh terhadap mutu coating yang dihasilkan dan coating gel yang
paling baik untuk diaplikasikan pada tomat adalah gel yang langsung
digunakan segera setelah diekstrak dari pelepah daun yang baru dipanen.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada suhu ruang
perlakuan pelapisan tomat dengan menggunakan gel lidah buaya pada
Gambar 1 tidak berbeda nyata dengan tomat yang tidak dilapisi.
C. Formulasi gel Aloe vera L. Untuk