112 permeabilitasnya terhadap uap air yang rendah, tahan terhadap minyak,
mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dan tidak mudah sobek, serta dapat dipengaruhi oleh panas dan sinar ultraviolet Hanlon, 1971. Menurut
penelitian Supriyanto 1987, kemasan film plastik PVC yang digunakan untuk mengemas tomat segar memiliki mutu penampakan yang lebih
baik bila dibandingkan dengan kemasan film plastik PE Polietilen dan PP Polipropilen.
I. PENYIMPANAN
Penyimpanan adalah suatu cara menempatkan sayuran, baik yang sudah dikemas maupun belum, dalam suatu ruangan dan pada suhu serta
kelembaban tertentu untuk proses-proses selanjutnya Soedibyo, 1985. Penyimpanan buah-buahan dan sayuran segar dapat memperpanjang umur
simpan serta mempetahankan mutunya Pantastico et al., 1975. Umur simpan dapat diperpanjang dengan pengendalian mikroorganisme yang
mungkin timbul setelah panen, mengatur komposisi udara dalam ruang penyimpanan, penyinaran, dan pendinginan. Penyimpanan dingin
merupakan cara yang paling umum dan ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi produk holtikultura. Penyimpanan dingin biasanya
dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dingin adalah penggunaan temperatur terbaiknya optimum.
Penyimpanan dingin dapat mengurangi : 1.
Kegiatan respirasi dan reaksi metabolisme lainnya, 2.
Proses penuaan aging karena adanya pematangan, pelunakan softening, dan perubahan-perubahan warna serta tekstur,
3. Kehilangan air dan pelayuan,
4. Kerusakan karena bakteri, kapang, dan ragi,
5. Proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki, seperti pertunasan
spouting. Suhu yang direkomendasikan pada penyimpanan dingin untuk
tomat matang adalah 7-10° C Batz, 1993. Pantastico 1986, menyatakan bahwa penyimpanan tomat matang pada suhu 7-10° C dengan kelembaban
113 85-90 dapat mempertahankan mutu tomat selama 1-3 minggu. Fields
1977, menyatakan bahwa penyimpanan pada suhu 10° C merupakan suhu yang paling baik untuk penyimpanan tomat karena kerusakan yang
dialami tomat paling minimum. Bahan yang didinginkan pada suhu lebih rendah dari suhu
optimumnya, dalam tingkat tertentu akan mengalami kerusakan yang dikenal dengan kerusakan dingin chilling injury. Gejala kerusakan dingin
terlihat dari adanya kegagalan pematangan, pematangan tidak normal, pelunakan prematur, kulit terkelupas, pencoklatan pada bibit, peningkatan
pembusukan akibat luka, dan kehilangan citarasa khas. Sensitivitas bahan terhadap kerusakan dingin berkurang sejalan dengan peningkatan
kematangan bahan Scoot, 1993.
114
III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN