siswa baru diperkenalkan dengan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam membelajarkan operasi hitung bilangan bulat kepada siswa sekolah dasar, guru harus
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran, dan membimbing siswa agar dapat menggunakan alat peraga sehingga siswa dapat berpikir konkrit
terhadap materi operasi hitung bilangan bulat serta menjadikan aktif dalam pembelajaran.
2.1.7 Model Pembelajaran TPS
Menurut Slavin 2014:257 TPS adalah metode sederhana tetapi sangat bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Ketika
guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa
diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.
Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.
Aqib 2014:24 mengemukakan TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selanjutnya, menurut Suprijono 2013:91 TPS memiliki makna sebagai berikut.
1. Thinking. Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau
isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.
2. Pairing. Pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri
kesempatan kepada pasangan-pasangan untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui
intersubjektif dengan pasangannya. 3.
Sharing. Hasil diskusi intersubjektif setiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya
jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
Pendapat Aqib tersebut juga didukung oleh pendapat Hamdayama 2014: 202-203 yang menyatakan bahwa model pembelajaran tipe TPS terdiri atas lima
langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan.
Beberapa kelebihan model pembelajaran TPS menurut Hamdayama 2014: 203-204 sebagai berikut: 1 meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 2
memperbaiki kehadiran; 3 angka putus sekolah berkurang; 4 sikap apatis berkurang; 5 penerimaan terhadap individu lebih besar; 6 hasil belajar lebih
mendalam; dan 7 meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan beberapa kelemahan model pembelajaran TPS menurut Hamdayama
2014: 204-205 sebagai berikut: 1 tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik; 2 lebih sedikit ide yang masuk; 3 jika ada
perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor; 4 jumlah murid yang
ganjil beerdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan; 5 jumlah kelompok yang terbentuk banyak; dan 6
menggantungkan pada pasangan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik yang terdiri dari 3 langkah
utama yakni thinking, pairing, sharing.
2.1.8 Media CD Interaktif