13 terkandung dalam air, seperti K, Mg dan SO
4
dan berkorelasi negatif dengan konsentrasi besi tinggi Saoud Davis 2003.
Komponen sedimen yang secara nyata berkorelasi positif dengan bobot, SR dan produksi udang adalah konsentrasi total dan ketersediaan besi Fe, cadmium
Cd, mangan Mn, dan fosfor P serta tidak berkorelasi dengan tembaga Cu dan seng Zn. SR tertinggi dicapai pada sedimen dengan tingkat Mn tertinggi.
Bobot akhir tertinggi dicapai pada sedimen dengan kandungan fosfor tertinggi dan sebaliknya dengan konsentrasi tembaga yang tinggi. Tekstur sedimen berpengaruh
pada produksi udang, yaitu rendah pada sedimen bertekstur pasir dan meningkat pada sedimen berliat Mendez et al. 2004.
Pada sistem akuakultur, sedimen tambak mempengaruhi perkembangan dan kehidupan organisme. Substrat bagi jenis-jenis udang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang Ray Chien 1992, misalnya Litopenaeus setiferus dan Farfantepenaeus aztecus berasosiasi dengan baik pada
substrat lumpur berpasir atau lumpur Rulifson 1981 dalam Mendez et al. 2004; Penaeus semisulcatus dan P. monodon pada substrat pasir dengan kisaran ukuran
0.9-0.12mm Moller Jones 1975 dalam Mendez et al. 2004; sedangkan L. vannamei tumbuh lebih baik pada substrat yang impermeabel dasar tanpa
sedimen, fiberglass daripada substrat tanah Bray Lawrence 1993 dalam Mendez et al. 2004.
2.2.2 Pertumbuhan dan Tingkat Pemberian Pakan
Nutrisi merupakan bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu biota untuk menyelenggarakan kehidupannya. Nutrien merupakan zat kimia yang diserap oleh
saluran dan kelenjar pencernaan serta dinding tubuh untuk digunakan
sel-sel tubuh bagi pembentukan jaringan tubuh anabolisme dan pemenuhan energi dalam
metabolisme katabolisme. Secara umum, keperluan nutrisi dipasok dari kelompok nutrisi berenergi karbohidrat, protein, dan lemak serta kelompok tidak
berenergi atau faktor pertumbuhan vitamin dan mineral Yamada 1983. Energi diperoleh udang dari pakan yang dimakan. Energi dari total pakan
yang dikonsumsi E
K
digunakan untuk energi metabolisme E
M
, energi
14 pertumbuhan E
G
, serta sebagian energi hasil metabolisme E
E
yang dikeluarkan berupa feses E
F
dan urine E
U
. Energi metabolisme terdiri dari energi metabolisme standar tanpa makan dan tanpa pergerakan, E
S
, energi yang dipakai untuk pencernaan, asimilasi dan penyimpanan E
D
, serta energi untuk pergerakan dan aktivitas lainnya E
A
. Jadi rumusan tersebut dapat ditulis dalam persamaan berikut Braaten 1979 dalam Yamada 1983; Allen et al. 1984; Brett Groves
1979 dalam Goddard 1996: E
K
= E
G
+ E
M
+ E
E
atau E
K
= E
G
+ E
S
+E
D
+E
A
+ E
F
+ E
U
. Dari rumusan tersebut disimpulkan, bahwa pertumbuhan hanya dapat terjadi jika terdapat kelebihan energi pakan setelah dikurangi dengan energi
metabolisme dan energi yang dikeluarkan, dengan rumus: E
G
= E
K
− E
M
+ E
E
. Berdasarkan keseimbangan energi, pertumbuhan dapat disederhanakan
dalam persamaan: dwdt = R - T. Nilai R energi pakan yang diasimilasi dihitung dari selisih antara pakan yang dikonsumsi 100 dengan hasil metabolit E
E
= 20, yaitu sekitar 80. Nilai dwdt adalah nilai pertumbuhan E
G
yang merupakan parameter laju pertumbuhan. Nilai T merupakan energi metabolisme
E
M
yang dapat diukur melalui laju konsumsi oksigen Allen et al. 1984. Dalam mempelajari pertumbuhan udang, dua kajian penting yang perlu
dipertimbangkan adalah nilai kecernaan pakan dan nilai konversi pakan. Menurut Primavera 1994, pakan yang diberikan 100 akan tereduksi sekitar 15
karena tidak termakan. Dari pakan yang dimakan 85, jumlah yang diperlukan untuk perbaikan sel, molting ekdisis dan ekskresi sekitar 48, serta dikeluarkan
berupa feses dan urine sekitar 20. Dengan demikian, sisa energi yang dapat disimpan dalam bentuk pertumbuhan hanya sekitar 17 saja.
Menurut Yamada
1983, pakan yang diperlukan selama pemeliharaan dapat diprediksi dari nilai rasio konversi pakan food conversion ratio, FCR. Nilai ini
menyatakan rasio antara jumlah pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan pertambahan biomassa udang yang umumnya berkisar 1-2. Kehadiran pakan
alami dan pakan lainnya selain dari pakan yang sengaja diberikan akan menurunkan nilai FCR, yaitu mendekati, sama dengan atau kurang dari nilai 1.
Hal ini dimungkinkan karena adanya pemanfaatan jenis pakan selain dari pakan buatan yang diberikan. Pakan tersebut meliputi organisme renik yang tersedia di
15 tambak Yamada 1983, bahan tumbuhan dan detritus Gamboa-Delgado et al.
2003, serta flokulan Burford et al. 2004. Dalam kebanyakan sistem budidaya udang terbuka sebanyak 90 masukan
N dan P adalah dalam wujud pakan, dan sebagian besar dari porsi tersebut hilang kedalam sistem dan hanya kurang dari seperenam yang terasimilasi didalam
biomass udang Funge-Smith Briggs 1998. Udang hanya dapat mengasimilasi sekitar 23-31 N dan 10-13 P dari total input. Sumber utama input nutrien bagi
udang adalah pakan, yang mengandung sekitar 76-92 N dan 70-91 P dari total input. Nutrien utama yang tenggelam di sedimen sebesar 14-53 N dan 39-67
P dari total input. Air yang dialirkan pada saat panen berisi 14-28 N dan 12- 29 P dari total input. Studi menunjukkan, bahwa sistem kultur udang tertutup
dapat memelihara kualitas air untuk pertumbuhan udang dan mengurangi kehilangan nutrien melalui pengeluaran air dari tambak Thakur Lin 2003.
Menurut Allen et al. 1984, pendekatan langsung untuk memodelkan konsumsi pakan adalah dengan mendeskripsikan jumlah pakan yang dikonsumsi
sebagai fungsi dari bobot dan kondisi lingkungan. Suatu alternatif kemungkinan adalah dengan memodelkan pakan dalam konteks energi yang diperlukan
sebagai jumlah dari energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan untuk metabolisme yang diukur sebagai konsumsi oksigen dalam
kondisi aktif. Model yang mengekspresikan ketergantungan laju konsumsi pakan terhadap bobot secara umum mengikuti persamaan: dFdt = k
F
.W
σ
; dengan dFdt = laju konsumsi pakan, serta k
F
dan σ merupakan konstanta yang dihitung.
Dari hasil penelitian pada 8 petak budidaya udang windu intensif dengan luas efektif masing-masing 4000 m
2
dan berpadat tebar 34-35 ekor PL-12m
2
, pada hari ke-90 didapatkan derajat kelangsungan hidup sebesar 74.27
± 6.38 dengan kisaran 64.58-84.31; bobot rata-rata sebesar 15.29
± 2.27 gram dengan kisaran 11.20-19.16 gram; FCR sebesar 1.45
± 0.18 dengan kisaran 1.22-1.80 serta biomassa udang pada akhir pemeliharaan berkisar antara 1067-1860 kg dengan
rata-rata 1579 ± 240 kg. Pakan yang dipakai selama pemeliharaan berupa pelet
komersial yang mengandung 38-41 protein, 5 lemak, 11 kadar air, serta 11 kadar abu. Mortalitas udang yang tinggi akibat serangan penyakit terjadi
pada umur 95-100 hari pemeliharaan Budiardi 1998.
16
2.2.3 Pengelolaan Kualitas Air