Mortalitas dan Sintasan Pertumbuhan Biomassa dan Produksi

55 Pada Tabel 13 dinyatakan, nilai IOIR-BE berbeda nyata antar petak P0.05 pada T1 dengan nilai terendah pada petak A, B dan C. Pada T2, nilai IOIR-BE berbeda antar petak P0.05 dengan nilai tertinggi di petak E, sedangkan terendah di petak A, B, C, D dan F. Pada T3, nilai IOIR-BE berbeda antar petak P0.05 dengan nilai terendah pada petak A, B dan C. Dari uraian tersebut disimpulkan, bahwa tingkat pemanfaatan pakan bagi biomassa yang hilang pada petak A, B dan C sangat rendah, bernilai sedang pada petak D dan F, serta tinggi pada petak E. Dengan demikian, petak A, B dan C sangat efisien dalam pemanfaatan pakan sehingga sangat sedikit pakan yang hilang akibat dari biomassa yang mati dibandingkan dengan petak D, E dan F. Nilai IOIR-BT tidak berbeda nyata antar petak P0.05, baik pada T1, T2 maupun T3. Terdapat kecenderungan penurunan nilai IOIR-BT dari T1, T2 dan T3 yang terindikasi dari rataan pada masing-masing tahap waktu, yaitu sebesar 1.34, 1.07 dan 0.49. Dari uraian nilai IOIR disimpulkan, bahwa tingkat pemanfaatan pakan sangat baik pada petak A, B dan C, sedang pada petak D dan F, serta rendah pada petak E. Tingkat pemanfaatan pakan untuk membentuk biomassa relatif menurun antar tahap waktu, yaitu 1.34 di T1, 1.07 di T2 dan 0.49 di T3.

4.1.3 Pertumbuhan Biomassa dan Produksi

4.1.3.1 Mortalitas dan Sintasan

Produksi ditentukan oleh jumlah udang yang hidup dikali peningkatan bobot NSR x ∆w. Sintasan ditentukan oleh jumlah individu yang mati yaitu 1- NmNt, sehingga jumlah yang mati berperan secara langsung terhadap NSR dan tidak langsung terhadap produksi. Mortalitas mengukur jumlah kematian udang, yang dalam sekuen waktu disebut laju mortalitas z dengan rumus N t = N o .e zt . Nilai variabel ini umumnya menurun dengan meningkatnya masa pemeliharaan. Mortalitas berkaitan erat dengan kondisi kualitas air, jika kualitas air baik maka mortalitas akan rendah, dan sebaliknya. Sintasan meningkat dengan meningkatnya masa pemeliharaan. 56 Tabel 14 Laju mortalitas dan sintasan Laju mortalitas dan sintasan pada petak Tahap waktu A B C D E F Laju mortalitas T1 0.06 d 0.00 d 0.00 d 0.62 b 1.36 a 0.36 c T2 0.05 c 0.00 c 0.00 c 0.49 b 2.34 a 0.37 b T3 0.08 c 0.00 c 0.00 c 0.75 a 0.40 b 0.36 b Sintasan T1 98.56 a 99.15 a 99.81 a 79.38 b 76.26 b 90.72 a T2 96.85 a 99.38 a 99.81 a 66.74 c 47.45 d 81.45 b T3 95.14 b 99.03 ab 99.71 a 55.57 d 28.56 e 73.08 c Angka yang dikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata antar petak pada tiap tahap waktu pada taraf uji 5 Pada Tabel 14 dinyatakan, laju mortalitas MR pada T1, T2 dan T3, berbeda antar petak P0.05. Pada T1, MR pada petak A, B dan C lebih rendah daripada petak lainnya P0.05. Petak E mengalami kematian udang yang tertinggi. Pada T2, MR di petak A, B dan C lebih rendah daripada petak lainnya P0.05. Terjadi peningkatan kematian pada petak E sehingga MR pada petak E menjadi lebih tinggi daripada petak lainnya. Pada T3, MR di petak A, B dan C masih lebih rendah daripada petak lainnya P0.05. Terjadi peningkatan kematian pada petak D sehingga MR pada petak D menjadi lebih tinggi daripada petak lainnya. Pada T1, sintasan berbeda nyata antar petak P0.05. Sintasan pada petak A, B, C dan F lebih tinggi daripada petak D dan E. Pada T2, sintasan berbeda nyata antar petak P0.05 dengan sintasan pada petak A, B dan C lebih tinggi daripada petak D, E dan F. Pada T3 sintasan berbeda nyata antar petak P0.05 dengan sintasan pada petak A, B dan C lebih tinggi daripada petak D, E dan F. Dari uraian tersebut dinyatakan, bahwa petak A, B dan C termasuk kelompok dengan laju mortalitas dan sintasan yang baik, sedangkan petak D, E dan F termasuk jelek. 57

4.1.3.2 Pertumbuhan Individu