Keterangan : CA
= Candida albicans TM =
Tricophyton mentagrophytes TR
= Tricophyton rubrum MC =
Microsporum canis
4. Penentuan Rentang Konsentrasi
Hambatan
Rentang nilai konsentrasi hambatan ditentukan dengan mencoba ekstrak
dalam berbagai variasi konsentrasi ekstrak lengkuas. Penentuan rentang
nilai ini dilakukan untuk menentukan batas bawah dan batas atas faktor
perlakuan yang dapat memberikan diameter zona hambatan terbaik
terhadap
M. canis dan
T. mentagrophytes
. Dari hasil pengujian diperoleh
bahwa jamur sudah dapat terhambat pada konsentrasi minimal untuk
menghambat pertumbuhan T. mentagrophytes
dan M. canis adalah 0,5 dan 0,3, dan pada konsentrasi
10 dan 5 diperoleh nilai diameter hambatan maksimum untuk T.
mentagrophytes dan M. canis.
Meskipun konsentrasi dinaikkan lebih tinggi, maka tidak akan diperoleh nilai
diameter hambatan yang berbeda nyata. Rentang konsentrasi yang dicobakan
pada pengujian efektifitas salep antijamur adalah 0,5, 1, 3, 5,
7, dan 10 untuk T. mentagrophytes, serta 0,3, 0,5, 1, 3, dan 5
untuk M. canis.
B. PENELITIAN UTAMA
1. Daya Antijamur
Efektivitas senyawa antijamur antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi
senyawa antijamur, jenis, umur, jumlah dan latar belakang jamur, suhu, waktu,
dan sifat fisik serta kimia. Efektivitas senyawa antijamur dapat diukur dengan
melihat kerentanan jamur uji terhadap bahan yang diberikan. Salah satu cara
uji untuk mengukur kerentanan tersebut adalah dengan difusi obat. Metode ini
dilakukan dengan prinsip menginokulasikan biakan jamur di atas
agar padat pada cawan petri, kemudian bahan yang mengandung senyawa
antijamur diujikan pada permukaan medium untuk memastikan apakah
bahan tersebut dapat mencegah atau mematikan pertumbuhan jamur. Salah
satu cara yang paling umum digunakan adalah dengan membuat lubang-lubang
di atas agar, yang kedalamnya diisikan bahan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda Volk dan Wheeler, 1988.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk kedua jamur uji nilai
diameter hambatan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi ekstrak lengkuas merah di dalam sediaan salep. Hal ini
dikarenakan, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka kandungan bahan
aktif didalamnya juga akan semakin tinggi, sehingga efektivitasnya dalam
menghambat pertumbuhan jamur akan semakin baik pula. Nilai rata-rata
diameter hambatan T. mentagrophytes dan M. canis serta kecenderungannya
untuk meningkat dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
0.5 1
3 5
7 10
Konsentrasi D
ia m
e te
r H a
mb a
ta n
mm
ow wo
Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak lengkuas merah dalam
dua dasar salep terhadap diameter hambat Tricophyton
mentagrophytes
5 10
15 20
25 30
35 40
45
0.3 0.5
1 3
5
Konsentrasi D
iam et
er H
am b
at an
m m
ow wo
Gambar 5. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak lengkuas merah dalam
dua dasar salep terhadap diameter hambat Microsporum
canis
Berdasarkan hasil analisis ragam, untuk jamur T. mentagrophytes dan M.
canis , hanya faktor konsentrasi ekstrak
yang memberikan hasil berbeda nyata terhadap nilai diameter hambatan,
sedangkan faktor dasar salep
memberikan hasil yang tidak nyata. Meskipun dari grafik terlihat bahwa
ekstrak dalam dasar salep ow memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dalam dasar salep wo, hasil analisis ragam yang tidak nyata
menunjukkan bahwa kedua dasar salep dapat digunakan sebagai pengantar
bahan aktif yang baik untuk menekan pertumbuhan kedua jamur uji. Hasil uji
lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada
α = 0,05 seluruh taraf konsentrasi memberikan hasil berbeda nyata
terhadap nilai diameter hambatan kedua jamur.
Tingkat kerentanan yang berbeda terhadap efektivitas salep antijamur
yang diberikan juga ditunjukkan oleh kedua jamur uji. M. canis dikatakan
lebih sensitif terhadap bahan aktif di dalam salep antijamur dibandingkan
dengan
T. mentagrophytes karena
memberikan nilai diameter hambat minimal dan sudah terhambat secara
maksimal pada konsentrasi yang jauh lebih rendah. Hal ini disimpulkan
dengan cara membandingkan nilai diameter hambatan kedua jamur pada
taraf konsentrasi yang sama, dan dari perbandingan diperoleh bahwa untuk
tiap-tiap taraf konsentrasi dalam tiap dasar salep, M. canis selalu memberikan
nilai diameter hambatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan T.
mentagrophytes
. Menurut Soltys 1963, T. mentagrophytes
memiliki dinding spora yang tipis dan fase
pertumbuhannya sangat cepat, sedangkan M. canis memiliki dinding
spora yang tebal dan fase pertumbuhannya lambat. Horsfall
1956 menyatakan bahwa kecepatan germinasi spora juga berpengaruh
terhadap daya antijamur. Griffin 1981 menambahkan bahwa, jamur yang
mampu bergerminasi dengan cepat akan lebih sulit dihambat pertumbuhannya
oleh zat antijamur dibandingkan dengan jamur yang bergerminasi lambat. M.
canis
, meskipun memiliki dinding spora yang tebal untuk dapat dimasuki
senyawa antijamur namun karena fase germinasi sporanya yang lebih lambat
dibandingkan T. mentagrophytes
mengakibatkan kecepatan senyawa antijamur lebih dulu berpenetrasi
kedalam sel sebelum spora bergerminasi. Hal ini menyebabkan, M.
canis dapat terhambat lebih baik
dibandingkan dengan T. mentagrophytes.
Perbandingan nilai diameter hambatan ini dapat dilihat pada
Gambar 6 dan Gambar 7.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
5 6
Konsentrasi D
iam et
e r H
a m
b a
tan m
m
TM ow MC ow
Gambar 6. Grafik perbandingan nilai diameter hambat Tricophyton
mentagrophytes dan
Microsporum canis pada
konsentrasi yang sama dalam dasar salep ow
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
5 6
Konsentrasi D
iam eter H
a m
b atan
m m
TM wo MC wo
Gambar 7. Grafik perbandingan nilai diameter hambat
Tricophyton mentagrophytes dan Microsporum canis pada
konsentrasi yang sama dalam dasar salep wo
Salep antijamur yang mengandung bahan aktif ekstrak lengkuas
didalamnya bekerja dengan menimbulkan ketidakteraturan membran
sitoplasma jamur. Menurut Siswandono dan Soekarjo 2000, senyawa antijamur
dan asam lemak tidak jenuh, suatu komponen membran jamur, dapat
membentuk interaksi hidrofob, mengubah permeabilitas membran dan
fungsi pengangkutan senyawa esensial, menyebabkan ketidakseimbangan
metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan
kematian sel jamur.
Senyawa aktif antijamur yang berasal dari lengkuas bersifat polar.
Senyawa ini mampu berikatan dengan