Penelitian Pendahuluan Metode Penelitian

lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna, kemudian agar yang sudah berisi ekstrak diinkubasi selama 2 hari untuk C. albicans dan 7 hari untuk T. mentagrophytes , T. rubrum, dan M. canis. Setelah selesai waktu inkubasi, aktivitas antijamur dapat diamati. Aktivitas antijamur diukur dengan mengurangi diameter total zona hambat dengan diameter sumur. Jamur yang terpilih untuk digunakan dalam penelitian utama adalah jamur yang mampu dihambat paling baik yang ditunjukkan oleh tingginya nilai diameter. Penentuan Konsentrasi Hambatan Rentang konsentrasi hambatan ditentukan dengan mencoba beberapa konsentrasi ekstrak secara coba-coba terhadap daya hambat jamur uji. Penentuan rentang nilai ini dilakukan untuk menentukan batas bawah dan batas atas faktor perlakuan yang dapat memberikan zona hambatan terbaik terhadap jamur uji terpilih. Depkes RI 1989 menyatakan bahwa suatu bahan baru dapat dikatakan memiliki aktifitas antimikroba bila diameter hambatan yang terbentuk adalah lebih dari sama dengan 6 mm. Oleh karena itu, nilai ini menjadi batas bawah dari rentang konsentrasi hambatan, sedangkan batas atas ditentukan berdasarkan zona hambat terbaik pada konsentrasi tertentu yang meski konsentrasi tersebut dinaikkan tidak akan memberikan hasil yang berbeda nyata.

2. Penelitian Utama

Pembuatan Salep Antijamur Sediaan salep dibuat berdasarkan komposisi sediaan yang dibuat oleh Himawati dan Erawati 2003 dengan penambahan ekstrak lengkuas sebagai bahan antijamur dalam berbagai variasi konsentrasi yang ditambahkan pada masing-masing sediaan. Salep dibuat dengan metode peleburan. Tahapan pembuatan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3, sedangkan formulasi salep dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 2. Proses produksi salep oil in water Gambar 3. Proses produksi salep water in oil Pengujian Efektifitas Salep Pengujian efektifitas salep antijamur dilakukan untuk mengetahui perubahan besarnya daya hambat akibat penambahan ekstrak lengkuas merah pada beberapa taraf konsentrasi dan pada 2 dasar salep yang berbeda. Penentuan efektifitas salep antijamur dilakukan menggunakan metode sumur dengan melihat diameter zona bening yang terdapat disekeliling sumur. Pengujian salep dilakukan terhadap jamur uji terpilih pada beberapa taraf konsentrasi, sesuai dengan hasil penentuan rentang konsentrasi hambatan yang telah ditentukan pada penelitian pendahuluan. Biakan jamur uji terpilih diambil dari agar miring menggunakan jarum ose secara aseptik dan diremajakan dalam media cair. Dalam setiap media terdapat kerapatan spora sebesar 10 5 cfuml. Selanjutnya disiapkan agar Sabouraud di dalam cawan petri dan masing-masing biakan digoreskan diatas agar. Kemudian, dibuat sumur- sumur pada agar yang telah digoreskan biakan jamur uji menggunakan pipet pasteur dengan diameter lubang sebesar 6 mm. Salep yang akan diujikan kemudian diisikan kedalam lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna. Kemudian agar yang sudah berisi bahan uji diinkubasi dengan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jamur uji terpilih. Setelah selesai waktu inkubasi, aktivitas antijamur pada berbagai taraf konsentrasi diamati. Aktivitas antijamur diukur dengan mengurangi diameter total zona hambatan dengan diameter sumur. Tabel 2. Komposisi Bahan Sediaan Salep Dasar salep water in oil wo Dasar salep oil in water ow Komposisi formula bb Komposisi formula bb Malam putih 19,97 Polisorbat 80 5 Parafin cair 59,91 Stearyl alkohol 9,98 Na-Boraks 1 Gliserol 9,98 Air suling 18,97 Vaselin 24,96 Nipagin 0,1 Air suling 49,93 Nipasol 0,05 Nipagin 0,1 Nipasol 0,05 Pengukuran pH Sediaan Salep Sebanyak satu gram bahan dimasukkan kedalam gelas piala, dilarutkan dalam 10 ml aquades dan didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur derajat keasamannya dengan pH meter. Pengukuran Stabilitas Emulsi Salep Suryani et al., 2002 5 g bahan salep yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 o C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0 o C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 45 o C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut : SE = bobot fase yang tersisa x 100 bobot total bahan emulsi

C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Model rancangan tersebut adalah : Y ijk = μ + A i + B j + AB ij + εk ij Y ijk =peubah tanggap hasil pengamatan ke k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B. μ =rata-rata yang sebenarnya. A i =efek taraf ke-i faktor konsentrasi ekstrak lengkuas B j =efek taraf ke-j faktor dasar salep AB ij =efek interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B εk ij =efek unit percobaan ke-k dalam kombinasi perlakuan ij PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Mutu Bahan Baku Rimpang lengkuas yang telah diolah ke dalam bentuk simplisia haruslah memiliki mutu yang baik. Untuk mengetahui mutu simplisia maka dilakukan pengujian terhadap beberapa kriteria mutu seperti yang tercantum dalam Depkes RI 1978. Hasil pengujian terhadap mutu simplisia disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa mutu bubuk lengkuas merah sudah sesuai dengan baku mutu yang diatur dalam Depkes RI 1978. Nilai mutu yang menyimpang terdapat pada nilai kadar abu, dimana nilainya jauh diatas baku mutu. Kadar abu yang tinggi ini dapat disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada lahan tanam ataupun karena proses pemupukan yang baik selama di lahan. Nilai kadar abu yang tidak sesuai baku mutu tidak dijadikan ukuran dalam penentuan kelayakan bubuk lengkuas untuk digunakan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan, nilai yang paling diperhitungkan adalah nilai kadar sari larut alkohol karena kadar sari larut alkohol menunjukkan kandungan zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam pelarut yang digunakan. Senyawa antijamur dalam rimpang lengkuas merah bersifat larut dalam alkohol, sehingga nilai kadar sari larut alkohol

Dokumen yang terkait

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) dan LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) PADA MENCIT JANTAN

10 58 20

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70

Pemanfaatan lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai bahan antijamur dalam sampo

0 10 116

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum)

0 12 78

Pemanfaatan Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Sebagai Bahan Antijamur Dalam Sampo

10 64 124

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan

3 16 11

Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 6

Uji Aktivitas Ekstrak N-Heksan Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans PenyebabKaries Gigi - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 89

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91