diperoleh nilai diameter hambatan yang berbeda nyata. Rentang konsentrasi yang dicobakan pada pengujian efektifitas salep antijamur adalah 0,5, 1,
3, 5, 7, dan 10 untuk T. mentagrophytes, serta 0,3, 0,5, 1, 3, dan 5 untuk M. canis.
B. PENELITIAN UTAMA
1. Daya Antijamur
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas senyawa antijamur antara lain konsentrasi senyawa antijamur, jenis, umur, jumlah dan latar belakang
jamur, suhu, waktu, dan sifat fisik serta kimia. Efektivitas senyawa antijamur dapat diukur dengan melihat kerentanan jamur uji terhadap bahan yang
diberikan. Salah satu cara uji untuk mengukur kerentanan tersebut adalah dengan difusi obat. Metode ini dilakukan dengan prinsip menginokulasikan
biakan jamur di atas agar padat pada cawan petri, kemudian bahan yang mengandung senyawa antijamur diujikan pada permukaan medium untuk
memastikan apakah bahan tersebut dapat mencegah atau mematikan pertumbuhan jamur. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah
dengan membuat lubang-lubang di atas agar, yang kedalamnya diisikan bahan dengan konsentrasi yang berbeda-beda Volk dan Wheeler, 1988.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk kedua jamur uji nilai diameter hambatan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi ekstrak lengkuas merah di dalam sediaan salep. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka kandungan
bahan aktif didalamnya juga akan semakin tinggi, sehingga efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan jamur akan semakin baik pula. Nilai rata-
rata diameter hambatan T. mentagrophytes dan M. canis serta kecenderungannya untuk meningkat dapat dilihat pada Gambar 8 dan
Gambar 9. Data lengkap hasil pengukuran diameter hambatan dapat dilihat pada Lampiran 5.
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
0.5 1
3 5
7 10
Konsentrasi Diam
e te
r Ha m
b atan
m m
ow wo
Gambar 8. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak lengkuas dalam dua dasar salep terhadap diameter hambatan T. mentagrophytes
5 10
15 20
25 30
35 40
45
0.3 0.5
1 3
5
Konsentrasi Diam
eter Ham b
ata n
m m
ow wo
Gambar 9. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak lengkuas dalam dua dasar salep terhadap diameter hambatan M. canis
Berdasarkan hasil analisis ragam yang disajikan pada Lampiran 6, untuk jamur T. mentagrophytes dan M. canis, hanya faktor konsentrasi ekstrak yang
memberikan hasil berbeda nyata terhadap nilai diameter hambatan, sedangkan faktor dasar salep memberikan hasil yang tidak nyata. Meskipun
dari grafik terlihat bahwa ekstrak dalam dasar salep ow memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dalam dasar salep wo, hasil analisis ragam
yang tidak nyata menunjukkan bahwa kedua dasar salep dapat digunakan sebagai pengantar bahan aktif yang baik untuk menekan pertumbuhan kedua
jamur uji. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada α = 0,05 seluruh
taraf konsentrasi memberikan hasil berbeda nyata terhadap nilai diameter hambatan kedua jamur.
Tingkat kerentanan yang berbeda terhadap efektivitas salep antijamur yang diberikan juga ditunjukkan oleh kedua jamur uji. M. canis dikatakan lebih
sensitif terhadap bahan aktif di dalam salep antijamur dibandingkan dengan T. mentagrophytes
karena memberikan nilai diameter hambat minimal dan sudah terhambat secara maksimal pada konsentrasi yang jauh lebih rendah.
Hal ini disimpulkan dengan cara membandingkan nilai diameter hambatan kedua jamur pada taraf konsentrasi yang sama, dan dari perbandingan
diperoleh bahwa untuk tiap-tiap taraf konsentrasi dalam tiap dasar salep, M. canis
selalu memberikan nilai diameter hambatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan T. mentagrophytes.
Menurut Soltys 1963, T. mentagrophytes memiliki dinding spora yang tipis dan fase pertumbuhannya sangat cepat, sedangkan M. canis memiliki
dinding spora yang tebal dan fase pertumbuhannya lambat. Horsfall 1956 menyatakan bahwa kecepatan germinasi spora juga berpengaruh terhadap
daya antijamur. Griffin 1981 menambahkan bahwa, jamur yang mampu bergerminasi dengan cepat akan lebih sulit dihambat pertumbuhannya oleh
zat antijamur dibandingkan dengan jamur yang bergerminasi lambat. M. canis
, meskipun memiliki dinding spora yang tebal untuk dapat dimasuki senyawa antijamur namun karena fase germinasi sporanya yang lebih lambat
dibandingkan T. mentagrophytes mengakibatkan kecepatan senyawa antijamur lebih dulu berpenetrasi kedalam sel sebelum spora bergerminasi.
Hal ini menyebabkan, M. canis dapat terhambat lebih baik dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Perbandingan nilai diameter hambatan ini dapat
dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Tampilan zona hambatan T. mentagrophytes
dan M. canis disajikan pada Lampiran 7.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
5 6
Konsentrasi D
iamet er
H a
mb at
an mm
TM ow MC ow
Gambar 10. Grafik perbandingan nilai diameter hambatan T. mentagrophytes dan M. canis
pada konsentrasi ekstrak 0,5, 1, 3 dan 5 dalam dasar salep ow
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1 2
3 4
5 6
Konsentrasi D
iam e
ter H
a m
b a
tan m
m
TM wo MC wo
Gambar 11. Grafik perbandingan nilai diameter hambatan T. mentagrophytes dan M. canis
pada konsentrasi ekstrak 0,5, 1, 3 dan 5 dalam dasar salep wo
Salep antijamur yang mengandung bahan aktif ekstrak lengkuas didalamnya bekerja dengan menimbulkan ketidakteraturan membran
sitoplasma jamur. Menurut Siswandono dan Soekarjo 2000, senyawa antijamur dan asam lemak tidak jenuh, suatu komponen membran jamur,
dapat membentuk interaksi hidrofob, mengubah permeabilitas membran dan fungsi pengangkutan senyawa esensial, menyebabkan ketidakseimbangan
metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur.
Senyawa aktif antijamur yang berasal dari lengkuas bersifat polar. Senyawa ini mampu berikatan dengan asam amino dari protein membentuk
produk konjugasi yang bersifat hidrofilik Doerge, 1982. Produk konjugasi yang terbentuk akan menghambat metabolisme sel karena senyawa yang
terbentuk mengubah struktur asam amino yang fungsi awalnya adalah untuk metabolisme sel. Rumus bangun bahan aktif antijamur dalam lengkuas merah
dapat dilihat pada Gambar 12. Membran sitoplasma tersusun terutama dari protein dan lemak; karena itu,
membran khususnya bersifat rentan terhadap bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Kerusakan pada membran ini memungkinkan ion
anorganik yang penting, nukleotida, koenzim dan asam amino merembes keluar sel. Selain itu, kerusakan membran juga dapat mencegah masuknya
bahan-bahan penting ke dalam sel. Senyawa antijamur di dalam lengkuas mampu menurunkan tegangan permukaan karena memiliki grup lipofil dan
hidrofil dalam molekulnya. Menurut Voigt 1994, yang termasuk grup hidrofil antara lain gugus hidroksil, gugus karboksil, gugus karboksil dengan
kation bervalensi satu, gugus sulfat, gugus sulfat dengan kation bervalensi satu, gugus sulfonat, gugus sulfonat dengan kation bervalensi satu, gugus
amino, gugus amino tersubstitusi, dan ikatan ganda karbon. Grup lipofil antara lain adalah rantai karbon, cincin karbon, dan grup karboksil dengan
kation bervalensi dua. Di dalam bahan aktif antijamur dari lengkuas, yang merupakan grup hidrofil adalah gugus hidroksil -OH, sedangkan cincin
karbon merupakan grup lipofil.
-O
OH OH
O HO
O
OH OH
OH
O
O HO
OH OH
OH OH
O
A Eugenol B Kaempferol
C Quercetin D Galangin
Gambar 12. Rumus bangun senyawa aktif antijamur dalam lengkuas merah
2. pH Sediaan