Penelitian Utama Metode Penelitian

sumur pada agar yang telah digoreskan biakan jamur uji menggunakan pipet pasteur dengan diameter lubang sebesar 6 mm. Salep yang akan diujikan kemudian diisikan kedalam lubang hingga kedalaman lubang terisi sempurna. Kemudian agar yang sudah berisi bahan uji diinkubasi dengan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jamur uji terpilih. Setelah selesai waktu inkubasi, aktivitas antijamur pada berbagai taraf konsentrasi diamati. Aktivitas antijamur diukur dengan mengurangi diameter total zona hambatan dengan diameter sumur. Tabel 2. Komposisi Bahan Sediaan Salep Dasar salep water in oil wo Dasar salep oil in water ow Komposisi formula bb Komposisi formula bb Malam putih 19,97 Polisorbat 80 5 Parafin cair 59,91 Stearyl alkohol 9,98 Na-Boraks 1 Gliserol 9,98 Air suling 18,97 Vaselin 24,96 Nipagin 0,1 Air suling 49,93 Nipasol 0,05 Nipagin 0,1 Nipasol 0,05 Pengukuran pH Sediaan Salep Sebanyak satu gram bahan dimasukkan kedalam gelas piala, dilarutkan dalam 10 ml aquades dan didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur derajat keasamannya dengan pH meter. Pengukuran Stabilitas Emulsi Salep Suryani et al., 2002 5 g bahan salep yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 o C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0 o C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 45 o C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut : SE = bobot fase yang tersisa x 100 bobot total bahan emulsi

C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Model rancangan tersebut adalah : Y ijk = μ + A i + B j + AB ij + εk ij Y ijk =peubah tanggap hasil pengamatan ke k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B. μ =rata-rata yang sebenarnya. A i =efek taraf ke-i faktor konsentrasi ekstrak lengkuas B j =efek taraf ke-j faktor dasar salep AB ij =efek interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B εk ij =efek unit percobaan ke-k dalam kombinasi perlakuan ij PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Mutu Bahan Baku Rimpang lengkuas yang telah diolah ke dalam bentuk simplisia haruslah memiliki mutu yang baik. Untuk mengetahui mutu simplisia maka dilakukan pengujian terhadap beberapa kriteria mutu seperti yang tercantum dalam Depkes RI 1978. Hasil pengujian terhadap mutu simplisia disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa mutu bubuk lengkuas merah sudah sesuai dengan baku mutu yang diatur dalam Depkes RI 1978. Nilai mutu yang menyimpang terdapat pada nilai kadar abu, dimana nilainya jauh diatas baku mutu. Kadar abu yang tinggi ini dapat disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada lahan tanam ataupun karena proses pemupukan yang baik selama di lahan. Nilai kadar abu yang tidak sesuai baku mutu tidak dijadikan ukuran dalam penentuan kelayakan bubuk lengkuas untuk digunakan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan, nilai yang paling diperhitungkan adalah nilai kadar sari larut alkohol karena kadar sari larut alkohol menunjukkan kandungan zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam pelarut yang digunakan. Senyawa antijamur dalam rimpang lengkuas merah bersifat larut dalam alkohol, sehingga nilai kadar sari larut alkohol yang sesuai dengan baku mutu menunjukkan kemungkinan besarnya kandungan aktif yang dapat di ekstrak dengan alkohol pada tahapan penelitian selanjutnya. Tabel 3. Hasil Analisis Mutu Bahan Baku bk Kandungan bahan Bubuk lengkuas Baku mutu berdasarkan MMI 1978 Kadar air bb 7,69 - Kadar abu 6,17 Tidak lebih dari 3,9 Kadar abu tak larut asam 2,88 Tidak lebih dari 3,7 Kadar sari larut air 33,22 Lebih besar sama dengan 5,2 Kadar sari larut alkohol 25,40 Lebih besar sama dengan 1,7 Kadar minyak atsiri 0,66 Lebih besar sama dengan 0,5

2. Ekstraksi

Proses ekstraksi yang dilakukan adalah dengan maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana karena bahan yang akan diekstrak cukup dilarutkan di dalam pelarut pada perbandingan tertentu. Lamanya maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat bahan dan pelarut. Lamanya harus cukup agar pelarut dapat memasuki protoplasma dengan sempurna sehingga mampu melarutkan semua zat yang diinginkan untuk terekstrak. Pada penelitian ini digunakan perbandingan bahan dengan pelarut yaitu 1 : 3, sedangkan lama maserasi adalah satu hari dengan perendaman ulang terhadap residu selama satu hari lagi. Keberhasilan proses ekstraksi ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan. Jenis pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kemampuan dalam melarutkan zat-zat aktif yang diinginkan tanpa mengikutsertakan unsur-unsur yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam penelitian adalah etanol 96. Hal ini karena etanol dapat mengekstrak seluruh bahan aktif yang terkandung dalam lengkuas, terutama yang memiliki sifat antijamur. Winholz et al. 1983 menyatakan bahwa komponen antijamur sebagian besar dapat larut dalam alkohol, seperti galangin, eugenol, kaemferol, dan kuersetin. Voigt 1994 juga menyatakan bahwa etanol sangat sering menghasilkan suatu hasil bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstraksi. Jenis pelarut dan jenis bahan yang diekstrak mempengaruhi warna ekstrak yang dihasilkan tetapi tidak mempengaruhi baunya. Hal ini membuktikan bahwa pelarut uji yang digunakan telah menguap sempurna. Ekstrak yang dihasilkan memiliki warna coklat pekat dengan bau khas lengkuas. Ekstrak yang diperoleh merupakan ekstrak kasar berbentuk pasta. Rendemen ekstrak yang diperoleh adalah sebesar 7,63. Rendemen ekstrak menggambarkan besarnya bahan yang dapat ditarik oleh etanol, dimana bahan-bahan tersebut antara lain alkaloid, glikosida, minyak atsiri, asam organik, dan garam anorganik.

3. Penentuan Jamur Uji Terbaik

Pada penentuan jamur uji terbaik diketahui bahwa M. Canis dan T. mentagrophytes dapat dihambat dengan baik oleh ekstrak lengkuas dengan konsentrasi 5. Hal ini didasarkan pada nilai diameter zona hambatan yang dihasilkan, yaitu di atas 6 mm. Namun, konsentrasi ekstrak 5 tidak dapat menghambat dengan baik pertumbuhan C. albicans dan T. rubrum karena nilai diameter zona hambatan di bawah 6 mm. Ekstrak lengkuas dengan konsentrasi 5 belum dapat dikatakan memiliki sifat antijamur untuk C. albicans dan T. rubrum. . Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Diameter Hambatan Jamur pada Konsentrasi Ekstrak 5 mm Jamur ow D wo D D 1 D 2 D 3 D1 D2 D3 CA 3 3 3 3 3 3 3 3 TM 34 35 35 34,67 33 34 32 33 TR 3 3 3 3 3 3 3 3 MC 39 39 40 39,33 38 38 38 38

Dokumen yang terkait

Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Dengan Monosodium Glutamat (MSG)

12 118 94

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) dan LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) PADA MENCIT JANTAN

10 58 20

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70

Pemanfaatan lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai bahan antijamur dalam sampo

0 10 116

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaman Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum)

0 12 78

Pemanfaatan Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Sebagai Bahan Antijamur Dalam Sampo

10 64 124

Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan

3 16 11

Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 6

Uji Aktivitas Ekstrak N-Heksan Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans PenyebabKaries Gigi - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 89

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K. Schum) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91