Fenomena keberadaan Taman Bacaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Perkotaan

55 dan kegiatan TBM dilaksanakan di lingkungan masyarakat agar lebih dekat dan masyarakat merasa bahwa TBM adalah miliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 2 , I 3 , I 5 , I 6 , dan I 7 berikut: I 2 : ...kalau TBM itu lebih dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini lebih langsung dan dekat ke masyarakat. karena saya punya prinsip lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut. I 3 : Dapat, memang itulah. Memang itu masyarakat yang terlibat. I 5 : Tujuan Pemerintah mempopulerkan TBM tentunya dengan maksud menumbuhkan minat baca masyarakat. Secara tidak langsung mendidik masyarakt agar terbiasa membaca. I 6 : Bisa. Dengan TBM masyarakat memperoleh informasi secara global, kalau TBM dapat berfungsi dengan benar seperti fungsi rekreasi itu jelas bahwa TBM dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat secara umum. I 7 : Ya itulah dia, karena dia berbaur dengan masyarakat. kalau tidak berbaur dengan masyarakat itu namanya bukan TBM. Ya sudah tentu karena mereka yang menggunakan. Kalau bisa kita letak lah di warung-warung, karena mereka bisa langsung memanfaatkan itu. Dari pernyataan informan diketahui bahwa kegiatan TBM yang berada di masyarakat adalah kegiatan pemerolehan informasi agar masyarakat dapat menumbuhkan minat baca masyarakat yang secara tidak langsung mendidik masyarakat agar terbiasa membaca.

4.4.4 Fenomena keberadaan Taman Bacaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Perkotaan

Keberadaan TBM yang sudah memasuki lingkungan masyarakat perkotaan merupakan fenomena baru yang terjadi saat ini. Karena jika mendengar kata TBM, akan terdengar seperti kegiatan yang dilakukan di daerah pedesaan. Ini tidak salah karena awalnya kegiatan TBM merupakan program pemerintah untuk memberantas buta aksara. Seperti yang dinyatakan buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat TBM 2006: 1 yaitu “mendukung peningkatan Universitas Sumatera Utara 56 kemampuan aksarawan baru dalam Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali”. Seperti yang dinyatakan oleh informan berikut. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 6 berikut: I 6 : TBM juga berfungsi sebagai pemberantasan buta aksara seperti yang terjadi di daerah pedesaan, di kota Medan juga ada basis-basis buta aksara. Jadi TBM berfungsi sebagai tempat pemerolehan informasi melalui buku. Memang tidak semua masyarakat di perkotaan sudah mengenal baca dan tulis. Karena masyarakat yang ada di perkotaan berjenis homogen yang juga berasal dari berbagai daerah, sehingga dibutuhkan TBM untuk memberantas buta huruf di masyarakat. Namun kenyataannya kegiatan TBM telah masuk di lingkungan masyarakat perkotaan bahkan salah satu informan mendirikannya di kawasan main street kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 5 berikut: I 5 : Masyarakat menyambut baik dan merasakan manfaatnya dalam menyalurkan minat bacanya. Karena Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar terletak di kawasan main street kota Medan dimana kebanyakan warga masyarakatnya berasal dari kalangan menengah ke atas, adapun masyarakat yang pengguna Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar bukan merupakan masyarakat setempat namun berasal dari kalangan mahasiswa dan peneliti yang membutuhkan referensi. Ini menjelaskan bahwa membangun taman bacaan saat ini bukan hanya untuk pemberantasan buta huruf saja tapi untuk memberikan kesadaran bahwa masyarakat perlu suatu sarana atau wadah yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sekalipun kegiatan sosial ini diadakan di kawasan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Pada dasarnya kegiatan TBM adalah program pemerintah, biasanya kegiatan yang diadakan pemerintah pastinya ada dana yang besar sehingga akan menarik perhatian masyarakat untuk ikut serta. Berikut ini merupakan pernyataan pesimis yang dinyatakan oleh informan tentang kegiatan TBM yang banyak di lingkungan masyarakat perkotaan namun tidak bertahan akibat hanya mengharapkan bantuan pemerintah semata. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1, I 2, I 4 dan I 7 berikut: I 1 : Kenapa dia hilang timbul, ini karena faktor program. Universitas Sumatera Utara 57 I 2 : Sebenarnya kalau TBM diberdayakan lebih maksimum akan menjadi nilai jual yang tinggi. I 4 : Dia mendampingi lembaga yang ada, boleh dikatakan sebagai formalitas saja disitu, untuk mendampingi PKBM dia kan. Maka konsentrasi dia gak seperti ini kan. Itu konsentrasi dia untuk bagaimana dia bisa berkembang. Orang dia hanya salah satu kegiatan lain dari lembaga yang sudah ada kan. Di dalam itu ada PAUD, di dalam itu ada kursus, gimana dia bisa berkembang. Kalau dia berkembang melebihi, dia ditegur oleh yayasannya, begitu. I 7 : Satu ya, saya pun juga tidak bisa mengatakan seluruhnya. Menurut saya TBM kami juga tidak bisa disebut berada di daerah pedesaan dan juga bukan di daerah perkotaan. Dengan TBM dapat memberantas orang-orang yang mengamen karena mereka ada di mana-mana, lalu dengan adanya TBM banyak yang mengharapkan bantuan. Orang di daerah perkotaan mengetahui tentang bantuan yang diberikan pemerintah, sedangkan TBM yang berada di daerah pedesaan biasanya benar-benar hanya berlandaskan atas tindakan sosial dan keikhlasan. Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa awal mulai kegiatan ini menjadi suatu trand di lingkungan masyarakat perkotaan. Walaupun sebenarnya tujuan pemerintah adalah sebagai tonggak permulaan agar program ini dapat dijalankan seterusnya namun kenyataanya malah banyak yang tutup. Sehingga mengesankan bahwa pengelola TBM hanya mengharapkan dana yang disediakan oleh pemerintah tanpa melandasi kegiatan ini sebagai kegiatan sosial untuk membantu masyarakat. Sehingga ketika sudah tidak ada dana lagi TBM akan tutup, dan mengesankan bahwa keberadaan TBM di daerah perkotaan hilang dan timbul.

4.5 Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Nonformal