16
mengindikasikan bahwa keberadaan TBM menjadi fenomena baru akan suatu gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang dalam hal minat baca.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas peneliti berminat untuk meneliti lebih dalam dan lebih fokus tentang “Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat
TBM dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan Studi Kasus Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah perkembangan Taman Bacaan
Masyarakat TBM dalam lingkungan masyarakat perkotaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Taman Bacaan
Masyarakat TBM dalam lingkungan masyarakat perkotaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.
Bagi pihak pendiri maupun pengurus TBM diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas agar visi dan misi pendirian
dapat tercapai.
2.
Bagi akademik diharapkan dapat menambah khasanah di bidang ilmu perpustakaan khususnya bidang TBM.
3.
Bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan referensi oleh peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.
4.
Bagi peneliti dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang TBM.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti menetapkan ruang lingkup penelitian yang digunakan sebagai pedoman penulisan yang memberikan batasan atas masalah yang akan diteliti.
Adapun ruang lingkup penelitian tersebut adalah terkait latar belakang pendirian
Universitas Sumatera Utara
17
TBM, peranan TBM dalam lingkungan masyarakat perkotaan, dan kaitan TBM dengan pendidikan nonformal bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teori- teori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2.1 Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan masyarakat yang selanjutnya atau lebih dikenal dengan sebutan TBM bukanlah suatu perpustakaan yang harus memenuhi standar
nasional perpustakaan seperti standar koleksi, standar sarana dan prasarana Sutarno, 2008: 127. Inilah membuat pengertian suatu TBM berbeda dengan
perpustakaan pada umumnya, karena pada dasarnya TBM tidak memiliki badan hukum yang jelas sehingga pendiriannya dapat dilakukan oleh siapa saja
masyarakat umum. Pembangunan TBM didasarkan pada pemenuhan program pengembangan budaya baca dan perpustakaan. Program yang bertujuan untuk
mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta penyediaan bahan bacaan yang berguna bagi
aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan
serta produktivitas masyarakat.
2.1.1 Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui aneka macam bentuk koleksi
taman bacaan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat TBM 2006: 1 menyatakan bahwa pengertian TBM adalah “sebuah lembaga
yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,
sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat”. Sedangkan menurut Sutarno 2008: 127 pengertian TBM adalah “fasilitas
membaca yang berada di tengah-tengah komunitas community based library dan dikelola secara sederhana, swakarsa, swadana dan swasembada oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
19
bersangkutan”. Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 2012: 4:
Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di
bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca,
diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM merupakan suatu lembaga yang menyediakan fasilitas membaca masyarakat berupa buku, majalah,
tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat yang dikelola secara sederhana, swakarsa, swadana dan
swasembada oleh masyarakat bersangkutan.
2.1.2 Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat
Terdapat berbagai penyelenggaraan TBM yang berkembang dari TBM publik, TBM berwirausaha, TBM pendamping PKBM dan TBM Mall yang
belakangan ini sedang marak di lingkungan masyarakat perkotaan. Gong 2012: 277 mengemukakan bahwa “secara umum ada dua jenis TBM di Indonesia,
pertama, TBM bentukan pemerintah konvensional, kedua, TBM partisipasi masyarakat mandiri yang biasa dikenal dengan sebuatan komunitas baca”.
Sedangkan dalam Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat 2006: 10 menyatakan bahwa “TBM dapat diselenggarakan atas prakarsa individu atau
pun lembaga sosial kemasyarakatan atau pun pemerintah”. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keberadaan TBM di
masyarakat merupakan hasil bentukan pemerintah dan mandiri yang mana keduanya sama-sama berkonsentrasi pada kebutuhan masyarakat. Bentuk TBM
konvensional biasanya menginduk pada PKBM Pusat Kegiatan Belajar Mandiri yang memiliki ideologi seragam yaitu membantu program pemerintah dalam hal
pemberantasan buta huruf, sedangkan TBM mandiri yang berasal dari partisipasi masyarakat dengan ideologi ingin berbagi dan mendambakan perubahan di
sekitarnya menuju arah yang lebih baik sebagai agen perubahan.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.3 Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Tujuan TBM yang ingin dicapai yaitu untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat TBM 2006: 1 menyatakan bahwa TBM memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga
tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Menjadi suatu wadah kegiatan belajar masyarakat.
3. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam
Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.
Sedangkan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 2012: 6, tujuan taman bacaan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan
membaca, 2.
Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca, 3.
Membangun masyarakat membaca dan belajar 4.
Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat, 5.
Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, keterampilan, berbudaya maju, dan beradab.
Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Ruang Publik 2012: 6 tujuan TBM
adalah: 1.
Menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan yang dapat membantu pengujung ruang publik untuk dapat melakukan
kegiatan membaca dalam rangka belajar, mencari informasi, mencari hiburan edukatif, atau hanya sekedar mengisi waktu luang;
2. Menumbuhkembangkan kegemaran membaca dan menulis,
3. Membina dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui kegiatan
literasi, 4.
Mendorong pembudayaan kegemaran membaca masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin
dicapai dengan adanya TBM adalah untuk membangkitkan minat masyarakat dalam membaca, masyarakat mempunyai tempat tertentu dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
21
aktivitas belajar-mengajarnya dan juga mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru.
2.1.4 Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Pada dasarnya TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat TBM 2006: 2 menjelaskan bahwa TBM memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Saran pembelajaran bagi masyarakat;
2. Sarana hiburan rekreasi dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan
memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan
mereka;
3. Saran informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai
dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. Sedangkan Kalida 2010: 1 mengemukakan bahwa TBM memiliki fungsi
sebagai: Sumber belajar bagi masyarakat melalui propgram pendidikan
nonformal dan informal. Ia juga bisa disebut sebagai tempat rekreasi melalui bahan bacaan, untuk memperluas wawasan, memperkaya
pengalaman belajar, menambahkan kegiatan belajar masyarakat, latihan tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang
ditetapkan”.
Pendapat lain tentang fungsi taman bacaan yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 2012:
7 yaitu: 1.
Sebagai sumber belajar–TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung
masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang
bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe dan lainnya.
2. Sebagai sumber informasi–TBM dengan menyediakan bahan bacaan
berupa koran, tabloid, referensi, booklet-leaflet, danatau akses internet dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari berbagai informasi.
Universitas Sumatera Utara
22
3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi–dengan buku-buku nonfiksi yang
disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan
mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam perilaku, bergaul di masyarakat lingkungan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan, baik dalam
bentuk cetak maupun dalam bentuk elektronik sehingga masyarakat menjadi “melek informasi”. Selain itu juga ada tujuan lain dari TBM yang ingin dicapai
seperti keinginan untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat.
2.1.5 Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
Dalam mewujudkan terealisasinya masyarakat yang memiliki budaya baca, maka TBM mempunyai peran di dalamnya. Dengan manfaat yang dimiliki
oleh TBM yang merupakan media pengembangan budaya membaca bagi masyarakat agar terciptanya masyarakat yang berbudaya baca yang
berpengalaman, kritis, beradab, maju dan mandiri yang dapat dicapai oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam buku Penduan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat 2006: 2, manfaat taman bacaan adalah:
1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.
2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat.
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri.
4. Membantu pengembangan kecakapan membaca.
5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. 6.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan uraian tentang manfaat TBM di atas dapat dijelaskan bahwa
TBM memiliki manfaat dalam menumbuhkan minat masyarakat terhadap membaca. Inilah menjadi fokus dalam pemanfaatan TBM, dimana keberadaan
suatu TBM mempunyai tanggung jawab terhadap menumbuh dan
mengembangkan minat baca masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
23
2.2 Masyarakat Perkotaan 2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Istilah Masyarakat dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2008: 553 adalah sejumlah orang
dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berkebudayaan”. Sedangkan Ahmadi 1997: 226 menyatakan bahwa:
Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan
sebagainya. Atau dengan kata lain: kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Pendapat lain yang dikutip dari Ralph Linton dalam Basrowi 2005: 38 menyatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup
lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat merupakan hubungan sejumlah manusia yang berkaitan karena ada bentuk-bentuk dalam
kehidupan, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sehingga mereka dapat
mengorganisasikannya dalam kesatuan sosial, yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu.
2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir
mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan
kepentingan bersama. Sutarno 2006: 15 mengemukakan bahwa masyarakat kota
Universitas Sumatera Utara
24
adalah “masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan dan industri, atau bekerja di sektor administrasi pemerintahan, yang
sering disebut the white collar, kebalikan the blue collar atau pekerja kasar”. Sedangkan Daldjoeni 1997: 9 menyatakan bahwa “Masyarakat kota sebagai
community, seperti halnya masyarakat pedesaan, adalah suatu teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya”.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat kota adalah suatu komunitas yang menempati suatu teritorial tertentu yang penduduknya
mempunyai pekerjaan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari perdagangan, industri, hingga sektor pemerintahan.
Terdapat beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi 1997: 229, yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa. 2.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lainnya.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata. 4.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
5. Jalan pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,
menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya
faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang
individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
Sedangkan Daldjoeni 1997: 10-11 menyatakan bahwa terdapat enam kondisi- kondisi yang diperlukan bagi suatu kota city yaitu:
1. Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas;
2. Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial daripada
kekeluargaan; 3.
Lembaga pemerintahan lebih berdasarkan teritorium daripada kekeluargaan;
Universitas Sumatera Utara
25
4. Suatu sistem perdagangan dan pertukangan;
5. Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi; dan
6. Berteknologi yang rasional.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri masyarakat kota dapat dijelaskan bahwa masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang
bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai
kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan kepentingan bersama. Perilaku heterogen yang dilandasi oleh konsep
pengendalian diri dan kelembagaan membuat masyarakat perkotaan dikenal dengan egoisme pribadi akan pembuatan keputusan yang menyangkut
kebersamaan karena akan terdapat suatu unsur kepentingan pribadi dalam pengambilan kebijakan bagi kelembagaan.
2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat
Keberadaan TBM di tengah masyarakat saat ini memberikan peranan tersendiri dalam menumbuhkan minat baca dan menulis. Peranan TBM bagi
masyarakat dalam buku Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat 2006: 10 yaitu “saat ini secara bertahap peran TBM lebih ditingkatkan lagi yaitu
sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dan terkait erat dengan peningkatan minat baca masyarakat umum sehingga seluruh masyarakat sekitar TBM
berbudaya baca”. Sedangkan Sutarno 2008: 130 menyatakan bahwa peranan TBM bagi masyarakat “sebagai wahana berkumpul, belajar dan berdialog
antarwarga dalam memecahkan masalah bersama dan mengembangkan ide dan gagasan demi kemajuan masyarakat”. Peranan TBM bagi masyarakat berdasarkan
pendapat yang dikemukakan oleh Kalida 2010: 1 yaitu: TBM sebagai sumber belajar masyarakat memiliki kedudukan strategis
dalam mengembangkan potensi masyarakat. masyarakat dapat melakukan proses pendidikan nonformal sepanjang hayat melalui fasilitas yang
disediakan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh TBM. Keberadaan tempat pembelajaran di tengah-tengah masyarakat ini diharapkan mampu
mendorong dan mempercepat terwujudnya masyarakat belajar learning
Universitas Sumatera Utara
26
society. Yakni masyarakat yang gemar membaca, melek informasi, dan mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peranan TBM dalam lingkungan masyarakat sebagai sarana untuk pembelajaran seumur hidup bagi
masyarakat sekitar TBM dengan harapan mewujudkan masyarakat membaca dan belajar reading and learning society yaitu masyarakat yang gemar membaca,
melek huruf, dan mampu meningkatkan daya saing.
2.3 Pendidikan Nonformal 2.3.1 Pengertian Pendidikan Nonformal
Dalam Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa jalur pendidikan terbagi atas pendidikan formal,
nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya Pasal 13 angka 1. Salah satu pendidikan nonformal seperti PKBM dan TBM dibangun
untuk melengkapi kegiatan belajar masyarakat. Pengertian pendidikan nonformal menurut Ahmadi 2001: 97 adalah
“Pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat”. Sedangkan definisi pendidikan nonformal dalam
Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang” Pasal 1 angka 12. Penjelasan lebih lanjut terkait pendidikan nonformal pada Undang-Undang tersebut yaitu tertera pada
Pasal 26 yang menyatakan bahwa “pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Musaheri 2007: 156 yaitu: Pendidikan nonformal merupakan pendidikan di luar pendidikan formal
yang berbasis kepada masyarakat dan diselenggarakan masyarakat dan atau pemerintah untuk warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Universitas Sumatera Utara
27
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal adanya kebermaknaan oleh masyarakat dari program-program belajar yang
disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat. Dalam hubungan ini pendidikan
termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan
dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti
bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam penyelenggaraan program pendidikannya.
Salah satu bentuk pendidikan nonformal di masyarakat menurut Undang- Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26
angka 4 adalah TBM yang menginduk pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Kehadiran TBM yang menjalankan mekanisme sistem pendidikan
nonformal agar setiap orang dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup yang menghendaki terciptanya demokratisasi
dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.
2.3.2 Pendidikan Berbasis Masyarakat
Mengkaji tentang pendidikan nonformal akan memiliki kaitan dengan pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat perwujudan
demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. dimana kepentingan masyarakat ini sedapatnya
didukung oleh bantuan teknis serta pendanaan yang cukup agar pendidikan berbasis masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.
Pendidikan berbasis masyarakat dalam Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 16 yaitu
“penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan
untuk masyarakat”. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 1 angka 38
Universitas Sumatera Utara
28
dijelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Zubaedi 2006: 130 “pendidikan berbasis masyarakat community-based education merupakan mekanisme yang
memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup“.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah suatu proses penyelenggaraan pendidikan yang berdasarkan
pada kehidupan masyarakat yang mengemukakan setiap persoalan dan kebutuhan dalam kehidupan di masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan taman bacaan masyarakat. Alasan penggunaan metode deskriptif diantaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat
meliputi lebih banyak segi dibandingkan dengan metode-metode lain. Metode tersebut juga dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang
mungkin terdapat dalam situasi tertentu seperti halnya akan menggambarkan tentang fenomena perkembangan Taman Bacaan Masyarakat TBM yang terjadi
pada masyarakat perkotaan.
3.2 Lokasi Penelitian