34
1. Pengumpulan informasi, melalui wawancara maupun observasi
langsung. Pada tahap ini peneliti akan melakukan perbandingan- perbandingan dengan tujuan konseptualisasi, kategorisasi atau teorisasi.
2. Reduksi. Langkah ini adalah memilih informasi mana yang sesuai dan
tidak sesuai dengan masalah penelitian. Pada reduksi data ditentukanlah tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola
mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, dan cerita-cerita apa yang sedang berkembang.
3. Penyajian data. Setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk
tabel, ataupun uraian penjelasan. Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk naratif. Menyajikan hasil reduksi data
sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pemaparan dan penegasan kesimpulan.
4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan. Proses analisis tidak sekali
jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik. Penarikan kesimpulan ini akan didukung dengan kegiatan pembuktian keabsahan data setelahnya
untuk melihat apakah data yang telah dijabarkan dengan bentuk narasi sudah valid atau belum.
Daftar pertanyaan wawancara yang diajukan kepada informan, baik kepada informan utama maupun informan tambahan merupakan bahan kajian
yang mendasar untuk membuat kesimpulan. Semakin banyak informasi, maka diharapkan akan menghasilkan data yang sudah tersaring dengan ketat dan akurat.
Walaupun telah terdapat tahap penarikan kesimpulanverifikasi pada teknik pengumpulan data, namun diperlukan juga triangulasi guna melihat keabsahan
data.
3.7 Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dari data yang telah terkumpul sehingga pengecekan pemeriksaan terhadap data
diperlukan. Pengecekaan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan:
Universitas Sumatera Utara
35
1. Triangulasi, pada penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber yaitu membandingkan data hasil wawancara. Hasil wawancara peneliti kepada informan terkait perkembangan TBM.
Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang sudah berjalan. Teknis ini diawali dengan memastikan
terhimpunnya semua informasi dari wawancara dengan informan dan catatan harian observasi. Selanjutnya dilakukan uji silang tehadap
materi catatan harian agar tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan wawancara dan catatan harian observasi. Teori digunakan
sebagai indikator dalam pengujian data yang terkumpul dari wawancara dengan informan dan catatan harian observasi.
2. Ketekunan pengamatan yaitu melakukan teknik pengamatan dengan
diteliti, rinci dan terus-menerus yang diikuti dalam kegiatan wawancara secara intensif dan observasi secara langsung terhadap objek penelitian
agar data yang dihasilkan terhindar dari kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Ketua, Pembina, Pendiri, Pengelola ataupun Penyelenggara TBM. Semua istilah dari informan tersebut semuanya
adalah pendiri masing-masing TBM yang memiliki perbedaan penamaan atas jabatan mereka di masing-masing TBM. Pengambilan data dilakukan kepada 7
TBM yang telah dipilih oleh peneliti dengan jumlah informan sebanyak jumlah TBM tersebut pula yaitu sebanyak 7 orang informan. Dari proses pengambilan
data melalui wawancara ditemukan data yang hampir sama dan juga ada data yang berbeda.
Awalnya peneliti mencari data tentang jumlah TBM yang terdapat di Kota Medan dari Dinas Pendidikan dan Badan Perpustakaan Arsip Daerah Sumatera
Utara. Dari data yang didapat melalui dua instansi ini ditemukan jumlah data yang berbeda yaitu dari data Badan Perpustakaan Arsip Daerah Sumatera Utara tahun
2010 terdapat 47 TBM di Kota Medan sedangkan data dari Dinas Pendidikan tahun 2012 terdapat sebanyak 36 TBM di Kota Medan. Selanjutnya peneliti
melakukan observasi lapangan dengan melakukan pencarian terhadap TBM-TBM tersebut. Namun di lapangan didapat kenyataan bahwa sudah banyak TBM yang
tutup atau bahkan tidak ada pada alamat yang tertera. Oleh karena itu peneliti hanya memilih 7 TBM dengan alamat dan keberadaan yang jelas sebagai objek
penelitian. Adapun 7 TBM yang dijadikan lokasi penelitian keberadaannya menyebar di seluruh kota Medan, selain itu pada TBM yang dipilih memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Begitu pula dengan data yang didapatkan yakni terdapat keberagaman pandangan dan persepsi informan serta
hasil yang ada di masing-masing TBM ketika proses pengambilan data sehingga dapat mendeskripsikan tentang keadaan TBM yang ada di lingkungan masyarakat
perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
37
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan meminta kesediaan 7 Pendiri TBM tersebut untuk menjadi informan dalam penelitian ini,
sehingga peneliti dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan informan. Dalam melakukan pengambilan data di lapangan, peneliti juga mencatat tentang
keadaan TBM sekaligus memperhatikan sikap informan ketika memberikan jawaban ketika wawancara. Penelitian pada 7 TBM dilakukan pada tanggal 25
April sampai dengan 3 Mei 2013, pelaksanaan wawancara dilakukan secara substansi, artinya tidak diharuskan pada suatu tempat, pelaksanaan wawancara
lebih bertepatan dengan waktu bukanya TBM, yaitu dari pagi hingga siang hari. Namun ada juga pada sore hari karena TBM tersebut memang buka dari sore
hingga tengah malam. Ketujuh informan diberikan pertanyaan yang sama yang dilakukan dengan proses wawancara terstruktur dan langsung sehingga peneliti
dapat merekam suara informan ketika menjawab pertanyaan wawancara. Hanya saja wawancara dengan informan 5 dilakukan cara yang berbeda yaitu informan
mengisi daftar pertanyaan wawancara sehingga peneliti tidak dapat bertemu secara langsung dengan informan 5 karena kesibukan informan tersebut. Namun
untuk memastikan jawabannya, peneliti mendapatkan kesempatan bertanya di sela-sela kegiatan informan namun peneliti tidak merekam jawaban informan
akibat keterbatasan waktu. Wawancara berlangsung secara informal yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara, wawancara dilakukan secara mendalam terhadap informan sehingga peneliti sering menggunakan bahasa tidak baku agar
informan dapat menjelaskan jawaban dengan lebih rinci dan mendalam. Percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan peneliti kepada
informan. Wawancara dilakukan berulang jika penelti merasa perlu penegasan jawaban atau perlu penambahan dari wawancara yang sebelumnya.
4.2 Kategori