Latar Belakang Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)

13 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Taman Bacaan Masyarakat TBM merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat untuk memperbaiki kualitas masyarakat dan pemberdayaan gemar membaca. Dalam Undang-Undang R.I. No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca Pasal 49. Dengan keberadaan TBM yang terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat memberikan dampak positif atas pemberdayaan gemar membaca masyarakat saat ini. Perkembangan TBM menandakan suatu perkembangan baru yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Sutarno 2006: 43 menyatakan bahwa “taman bacaan rakyat atau taman bacaan masyarakat merupakan salah satu embrio atau cikal bakal jenis perpustakaan umum yang berkembang di Indonesia”. Berawal dari perkumpulan masyarakat yang memiliki kesamaan visi dan misi, mereka membangun suatu taman bacaan guna pemenuhan kebutuhan pendidikan dan peningkatan kecerdasan masyarakat secara nonformal serta menumbuhkan gemar membaca bagi masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat tidak dapat disebut sebagai suatu perpustakaan. “Penggunaan kata taman selain lebih menimbulkan kesan rekreatif, juga untuk menunjukkan bahwa TBM bukanlah sekedar tempat berkumpulnya buku layaknya perpustakaan tetapi juga menyediakan beragam bentuk layanan” Gong, 2012: 268. Jika perpustakaan umum memiliki sarana seperti gedung dan koleksi yang memadai serta dikelola oleh tenaga ahli, lain halnya dengan TBM yang hanya memiliki koleksi terbatas, gedung yang tidak permanen dan dikelola secara swakelola oleh masyarakat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Pada awalnya TBM merupakan program pemerintah bagi masyarakat pedesaan yang ditujukan untuk Pemberantasan Buta Huruf PBH. Sutarno 2006: Universitas Sumatera Utara 14 43 menyatakan bahwa “keberadaan taman-taman bacaan rakyat dimulai ketika pemerintah mengembangkan perpustakaan umum dengan tipe tertentu, misalnya tipe A, B, dan C, perpustakaan-perpustakaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung program Pemberantasan Buta Huruf”. Walaupun ini mengesankan bahwa TBM diperuntukan bagi masyarakat pedesaan yang tidak mengenal baca tulis, namun pada saat ini TBM justru muncul di lingkungan masyarakat perkotaan di mana masyarakatnya sudah mengenal baca tulis hanya saja tidak memiliki motivasi untuk membaca. Pada dasarnya TBM dibangun atas kepedulian individu atau komunitas akan kebutuhan masyarakat terhadap sarana pendidikan nonformal, masyarakat dapat memperoleh informasi atau pendidikan secara cuma-cuma dan terjangkau dari pemukiman penduduk. Pembangunan TBM yang menunjang keberadaan pendidikan nonformal suatu komunitas masyarakat merupakan bagian dari kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Oleh sebab itu TBM kebanyakan akan ditemukan berdampingan dengan PKBM. Pada dasarnya kebanyakan TBM tidak memiliki perizinan yang resmi, dengan berada di bawah naungan PKBM yang memiliki perizinan dari Dinas Pendidikan, TBM menjadi unit pendukung dengan perizinan yang menginduk pada PKBM. Hal ini dilandasi oleh Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah” Pasal 62 angka 1. Fenomena kemunculan TBM di masyarakat perkotaan juga memiliki alasan lain, selain pendamping dari kegiatan PKBM ada pula alasan lainnya yaitu sebagai media pendamping bisnis. TBM diperuntukkan bagi masyarakat umum agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dengan gaya hidup masyarakat kota yang sibuk, kegemaran membaca dapat disalurkan bersamaan dengan kegiatan lainnya seperti ketika menikmati kopi di kedai-kedai kopi atau saat minum jamu seperti konsep TBM Plus Mas Raden. Namun tidak jarang pula Universitas Sumatera Utara 15 pembangunan TBM di lingkungan perkotaan semata-mata diperuntukan bagi masyarakat umum agar dapat meningkatkan gemar membaca bagi masyarakat. Perkembangan TBM di lingkungan perkotaan saat ini cukup pesat. Di Kota Medan sendiri telah terdapat beberapa TBM yang menunjukkan eksistensinya. Salah satunya TBM Plus Mas Raden yang berdiri pada tahun 2006, selain itu pada tahun 2012 saja terdapat 5 lima TBM baru yang didirikan baik oleh individu maupun komunitas, seperti TBM Lukman Sinar, TBM Yayasan Pakpak Dumai, TBM Dairi Mandiri, TBM Walidayna dan TBM Hidayah. Jadi selama tahun 2012 saja terdapat 5 lima TBM yang dibangun, angka ini menunjukkan antusiasme masyarakat untuk meningkatkan gemar membaca bagi masyarakat dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia. Hanya saja karena masalah pendanaan, TBM ditutup oleh pengelolanya akibat tidak ada biaya untuk operasional. Keberadaan TBM di Kota Medan dapat dikatakan hilang timbul. Dari observasi awal ditemukan bahwa TBM memiliki masa pasang surut dibuktikan dengan usia TBM yang tidak bertahan lama. Ini dibuktikan dari data yang berbeda tentang daftar nama lembaga Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan. Dapat diketahui ada sebanyak 47 empat puluh tujuh TBM di Kota Medan berdasarkan data dari Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010. Sedangkan pada data lain yaitu data dari Dinas Pendidikan Kota Medan tahun 2012 ada sebanyak 36 tiga puluh enam TBM, hanya saja dari 36 tiga puluh enam TBM tersebut hanya 28 dua puluh delapan TBM yang memiliki alamat yang jelas. Selama 2 dua tahun selisih kedua data diatas terdapat pengurangan sebanyak 11 sebelas TBM. Hal ini menunjukkan bahwa TBM yang dikelola secara sederhana dan swadana tidak dapat bertahan lama. Namun perkembangannya dari tahun ke tahun yang tidak dapat disebut sedikit kemunculannya sehingga membuat keberadaan TBM yang hilang timbul tersebut dipertanyakan. Pada dasarnya untuk kegiatan TBM yang bernaung dibawah PKBM yang pengawasannya dilakukan oleh Dinas Pendidikan. Hal tersebut Universitas Sumatera Utara 16 mengindikasikan bahwa keberadaan TBM menjadi fenomena baru akan suatu gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang dalam hal minat baca. Dari latar belakang yang diuraikan di atas peneliti berminat untuk meneliti lebih dalam dan lebih fokus tentang “Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat TBM dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan Studi Kasus Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah