Pengertian Masyarakat Perkotaan Masyarakat Perkotaan .1 Pengertian Masyarakat

23 2.2 Masyarakat Perkotaan 2.2.1 Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Istilah Masyarakat dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2008: 553 adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berkebudayaan”. Sedangkan Ahmadi 1997: 226 menyatakan bahwa: Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain: kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Pendapat lain yang dikutip dari Ralph Linton dalam Basrowi 2005: 38 menyatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat merupakan hubungan sejumlah manusia yang berkaitan karena ada bentuk-bentuk dalam kehidupan, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sehingga mereka dapat mengorganisasikannya dalam kesatuan sosial, yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu.

2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan kepentingan bersama. Sutarno 2006: 15 mengemukakan bahwa masyarakat kota Universitas Sumatera Utara 24 adalah “masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan dan industri, atau bekerja di sektor administrasi pemerintahan, yang sering disebut the white collar, kebalikan the blue collar atau pekerja kasar”. Sedangkan Daldjoeni 1997: 9 menyatakan bahwa “Masyarakat kota sebagai community, seperti halnya masyarakat pedesaan, adalah suatu teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya”. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat kota adalah suatu komunitas yang menempati suatu teritorial tertentu yang penduduknya mempunyai pekerjaan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari perdagangan, industri, hingga sektor pemerintahan. Terdapat beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi 1997: 229, yaitu: 1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. 2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lainnya. 3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. 4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. 5. Jalan pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi. 6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. 7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Sedangkan Daldjoeni 1997: 10-11 menyatakan bahwa terdapat enam kondisi- kondisi yang diperlukan bagi suatu kota city yaitu: 1. Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas; 2. Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial daripada kekeluargaan; 3. Lembaga pemerintahan lebih berdasarkan teritorium daripada kekeluargaan; Universitas Sumatera Utara 25 4. Suatu sistem perdagangan dan pertukangan; 5. Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi; dan 6. Berteknologi yang rasional. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri masyarakat kota dapat dijelaskan bahwa masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan kepentingan bersama. Perilaku heterogen yang dilandasi oleh konsep pengendalian diri dan kelembagaan membuat masyarakat perkotaan dikenal dengan egoisme pribadi akan pembuatan keputusan yang menyangkut kebersamaan karena akan terdapat suatu unsur kepentingan pribadi dalam pengambilan kebijakan bagi kelembagaan.

2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat