Kategori Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Nonformal

37 Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan meminta kesediaan 7 Pendiri TBM tersebut untuk menjadi informan dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan informan. Dalam melakukan pengambilan data di lapangan, peneliti juga mencatat tentang keadaan TBM sekaligus memperhatikan sikap informan ketika memberikan jawaban ketika wawancara. Penelitian pada 7 TBM dilakukan pada tanggal 25 April sampai dengan 3 Mei 2013, pelaksanaan wawancara dilakukan secara substansi, artinya tidak diharuskan pada suatu tempat, pelaksanaan wawancara lebih bertepatan dengan waktu bukanya TBM, yaitu dari pagi hingga siang hari. Namun ada juga pada sore hari karena TBM tersebut memang buka dari sore hingga tengah malam. Ketujuh informan diberikan pertanyaan yang sama yang dilakukan dengan proses wawancara terstruktur dan langsung sehingga peneliti dapat merekam suara informan ketika menjawab pertanyaan wawancara. Hanya saja wawancara dengan informan 5 dilakukan cara yang berbeda yaitu informan mengisi daftar pertanyaan wawancara sehingga peneliti tidak dapat bertemu secara langsung dengan informan 5 karena kesibukan informan tersebut. Namun untuk memastikan jawabannya, peneliti mendapatkan kesempatan bertanya di sela-sela kegiatan informan namun peneliti tidak merekam jawaban informan akibat keterbatasan waktu. Wawancara berlangsung secara informal yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, wawancara dilakukan secara mendalam terhadap informan sehingga peneliti sering menggunakan bahasa tidak baku agar informan dapat menjelaskan jawaban dengan lebih rinci dan mendalam. Percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan peneliti kepada informan. Wawancara dilakukan berulang jika penelti merasa perlu penegasan jawaban atau perlu penambahan dari wawancara yang sebelumnya.

4.2 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara dan pedoman wawancara, peneliti menyusun kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti membaca kembali transkrip wawancara, lalu Universitas Sumatera Utara 38 melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sesuai dengan sub fokus penelitian. Adapun kategori yang berdasarkan sub fokus penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Taman Bacaan Masyarakat TBM; 2. Tentang TBM yang berada pada lingkungan masyarakat perkotaan; 3. Kaitan TBM dengan pendidikan nonformal bagi masyarakat. 4.3 Taman Bacaan Masyarakat TBM 4.3.1 Alasan pendirian Taman Bacaan Masyarakat Pada pertanyaan tentang alasan pendirian TBM, ketujuh informan memiliki perbedaan jawaban, karena mereka masing-masing memiliki alasan khusus dalam pendirian TBM. Dari ketujuh informan ada empat informan memiliki bentuk TBM yang hampir sama yaitu bentuk TBM sebagai pendamping pendidikan nonformal seperti PKBM, PAUD dan Kegiatan Kursus. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1 , I 3 , I 6 dan I 7 berikut: I 1 : Kita memang mengelola anak-anak yang putus sekolah, dan itulah yang sebenarnya layanan utama di TBM ini, sehingga kalau dibilang untuk masyarakat, sebenarnya paket ini kan untuk masyarakat juga ini, kalau dimaksud masyarakat kan masyarakat sekitar, tapi anak paket kan juga masyarakat, emang bukan masyarakat sekitar ada yang dari luar sekitar kan, tapi tetap kota Medan lah. Kalau masyarakat sekitar tak ada lah I 3 : Didasari dari pendirian PAUD 1994. Pada tanggal 7 bulan 7 tahun 2007 berdiri secara resmi PAUD dan PKBM. Pada awalnya orangtua atau yang mengantar murid yang menunggu anaknya disediakan tempat untuk membaca selama mereka menunggu anak-anaknya, lalu lama-kelamaan kami menyediakan beberapa bahan bacaan yang berasal dari koleksi pribadi anak saya dan koleksi dari yayasan. Itulah bentuk awal dari pembuatan TBM ini... I 6 : Ide awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan membaca orangtua murid PAUD dan belum terpikir bagi masyarakat luas, namun hanya untuk orangtua murid yang menunggu anaknya sambil duduk menunggu sambil membaca Universitas Sumatera Utara 39 I 7 : Terus saja ya, yang melatari saya belakangi awalnya kita buka PKBM, masyarakat belum ada buku panduan untuk apa, ee..untuk ada pegangan buku lah. Jadi dengan belum adanya pegangan buku untuk warga belajar saya, kemudian anak murid saya dari pendidikan formal jadi saya kebetulan mengumpulkan buku dari teman-teman... Pernyataan informan di atas menjelaskan bahwa pendirian TBM hanya didasari atas melengkapi kebutuhan dari program yang telah ada sebelumnya. Namun tidak bertujuan untuk membentuk TBM secara terorganisasi. Hal inilah yang menyebabkan bahwa TBM yang mendamping program pendidikan nonformal sebelumnya tidak berkembang dengan baik. Karena pendiri awalnya membangun TBM tidak dengan keorganisasian yang serius dan terstruktur. Sehingga TBM yang telah ada tidak terurus. Selain empat informasi informan di atas juga ada informasi dari informan lain di mana penyelenggaraan TBM mereka adalah TBM mandiri. Berikut adalah pernyataan dari I 2 dan I 5 tentang alasan pendirian TBM: I 2 : Intinya mula-mula kita karena saya pecinta buku dari SMA beberapa merupakan koleksi pribadi, setelah banyak orang melihat ada juga sumbangan masyarakat, kemudian adanya katakanlah dukungan program pemerintah seperti Rintisan TBM I 5 : Tengku Luckman Sinar adalah tokoh, sejarahwan dan budayawan melayu. Sejak usia 11 tahun Almarhum aktif berkegiatan dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Untuk menjawab rasa ingin tahu Tengku Luckman Sinar banyak membaca. Kecintaan almarhum pada buku terjawab dari jumlah koleksinya sebanyak 8000 judul. Koleksi yang sedemikian keterbatasan dana maka Tengku Luckman Sinar menempatkan buku-bukutersebut di sebuah ruangan yang disebut almarhum “perpustakaan pribadi”. Walaupun kurang nyaman namun banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi datang membaca buku-buku tersebut... Kedua informan mengungkapkan alasan yang sama bahwa mereka membangun TBM karena memiliki kebiasaan membaca dan mengumpulkan bahan bacaan. Sehingga mereka bertujuan untuk mengumpulkan koleksi mereka menjadi suatu tempat yang dapat digunakan seluas-luasnya bagi masyarakat umum. Universitas Sumatera Utara 40 Informan 4 menyatakan bahwa TBM yang didirikannya merupakan TBM mandiri yang dibangun atas kebutuhan usaha dan kreasi individu dengan menampingkan kegiatan membaca di tengah-tengah bisnis sebagai cara baru menumbuhkan minat baca masyarakat. I 4 : Jadi orang berbuat setelah..atau orang berbuat karena, tapi saya buka ini tidak seperti itu, saya memang mau mencari uang di dalam sini. Saya mengelola taman bacaan ini profesional, saya gak peduli mau juara mau tidak, gak mengejar itu saya dulu. Jadi awal pembukaan awal ini dulu bukan mau membuka taman bacaan, saya mau mencari uang. Di luar saya itu yang berubah. Ini dulu tempat duduk orang, makan sate. Apa sih yang bisa dikelola untuk bisa menambah omset dari jamu ini, jadi bapak berpikir ibu ini kan, istri bapak yang megang jamu ini kutu buku, suka baca novel. Jadilah awak pikir-pikir, sambil duduk-duduk dia baca buku, wajar juga dibuka taman bacaan, apa salahnya menjaga-jaga novel, jadi taman bacaan bukunya masih satu gerobak, satu gerobak novel-novel di dalamnya sama besar gerobaknya.... Dari pernyataan yang diungkapkan oleh ketujuh informan di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga alasan dalam pendirian TBM. Pertama, dari kebanyakan informan diketahui bahwa mereka mendirikan TBM didasari oleh keinginan untuk mendukung kegiatan pendidikan nonformal yang menyerupai perpustakaan sederhana namun tidak dengan standar yang dimiliki perpustakaan pada umumnya. Kedua, alasan informan membangun TBM karena kebiasaan membaca dan mengoleksi buku sehingga timbul keinginan membentuk suatu sarana yang dapat dipakai untuk mengumpulkan koleksinya dan dapat dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Ketiga, alasan informan membangun TBM karena ingin memajukan usaha atau berdasarkan kebutuhan bisnis dengan mendampingkan TBM sebagai tempat bagi masyarakat untuk menggali informasi disela-sela kegiatan lainnya.

4.3.2 Tujuan pendirian Taman Bacaan Masyarakat

Pertanyaan selanjutnya tentang tujuan didirikannya TBM. Dalam kegiatan TBM biasanya tujuannya akan merujuk pada tujuan standar TBM yang diprogramkan pemerintah yaitu meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca serta menumbuhkembangkan minat dan kegemaran Universitas Sumatera Utara 41 membaca. Tujuan ketujuh informan juga merujuk pada tujuan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca masyarakat dan menjadikan TBM sebagai tempat untuk mendapatkan informasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1 , I 2 , I 3 , I 5 ,I 6 dan I 7 berikut: I 1 : Tujuan berdirinya, pertama supaya masyarakat sekitar ya, masyarakat sekitar, bisa kita buat bagi masyarakat kita untuk wadah. Taman bacaan ini minimal untuk yang disekitar kita ini bisa kita layani. I 2 : Tujuannya itu dari sini akan muncul katakanlah orang-orang kreatif yang bisa menulis, adanya orang wirausaha, adanya penggalian potensi dan lebih jauh dari itu kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa TBM ini bisa menjadi pusat informasilah bukan sekedar TBM saja tapi nanti sehingga melahirkan orang-orang besar I 3 : ...Soalnya tujuan didirikan ini, iya lah untuk membantu masyarakat ini lah, secara umum itu kalau kita bilang, tapi kalau secara khusus ini untuk meningkatkan apa namanya. Karena membaca adalah jendela dunia. Sekarang gini ya kalau kita bilang anak-anak sekarang dengan handphone dengan IT, mereka itu sosialisasinya kurang. Tapi kalau dia ke TBM dia akan membaca dan mendiskusikan dengan teman-temannya yang lain, ini untuk menumbuhkan rasa sosialisasi pada anak. Dan akan membangun komunikasi anak dengan orangtuanya I 5 : Visi Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar adalah menjadi perpustakaan bertaraf internasional. Misi Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan minat baca sejalan dengan pelestarian budaya bangsa warisan leluhur I 6 : Seperti itu tadi, untuk sarana membaca juga anak-anak nonformal kami memenuhi kebutuhan bahan-bahan pendidikan dia, kalau ada tugas I 7 : Tujuannya saya mendirikan TBM ya untuk mencerdaskan anak-anak saya saja. Untuk sekolah dasarnya aja dulu. Supaya ketika mereka sedang beristirahat mereka dapat fokus ke tempat kita dan tidak berkeliaran kemana-mana Seluruh informan memiliki ide yang sama dalam penujuan TBM yang didirikan. Ini mengindikasikan bahwa semua informan memiliki prinsip untuk memberikan wadah atau sarana bagi masyarakat umum agar masyarakat dapat Universitas Sumatera Utara 42 memanfaatkan TBM sebagai tempat menimba ilmu dan mendapatkan informasi yang lebih dekat keberadaannya dengan masyarakat. Walaupun pada beberapa TBM hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja. Namun ada informan yang menyatakan tentang penujuan yang lebih terperinci lagi tentang suatu TBM. Selain karena jenis TBM yang didirikan merupakan jenis TBM kreatif yang menyatukan kegiatan TBM dengan bisnis, kegiatan TBM yang dijalankan juga diperuntukkan bagi masyarakat luas atas tanggung jawab sosial agar masyarakat dapat memperoleh ilmu dengan mengunjungi TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 4 berikut: I 4 : TBM kreatif, Tujuan TBM Relawan, Beramal, Berbisnis. Itu tergantung kita, yang penting tiga-tiganya dimasukkan ke dalam. Dari seluruh pernyataan informan dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan TBM merujuk pada kegiatan belajar masyarakat agar meningkatnya minat baca. Walaupun disampaikan dengan cara yang berbeda-beda, intinya masing- masing informan yang memiliki jenis TBM berbeda, memiliki satu ide yang sama tentang tujuan TBM yaitu untuk kegiatan sosial masyarakat.

4.3.3 Jenis koleksi dan Pengguna Taman Bacaan Masyarakat

Jenis koleksi dan pengguna TBM sangat erat kaitannya. Karena apa yang menjadi koleksi suatu TBM akan menentukan pengguna atau pengunjung yang mendatangi TBM tersebut. Memang kebanyakan TBM memiliki koleksi yang hampir sama, hal ini karena TBM merupakan sarana belajar yang dikunjungi oleh masyarakat umum secara luas sehingga koleksinya adalah bahan bacaan populer masyarakat umum dengan rentang usia dari anak-anak hingga orang dewasa, dari siswa PAUD hingga ibu rumah tangga dan tidak terbatas pada subjek tertentu saja jenis koleksinya. Berikut adalah pernyataan informan tentang jenis koleksi pada TBM mereka masing-masing. Diawali oleh Informan 1 yang mengatakan bahwa koleksi yang dimiliki TBM berupa koleksi buku-buku mata pelajaran. I 1 : Jenis koleksinya, ada...ada apa, ada mata pelajaran formal, ada aneka majalah dan non fiksi Universitas Sumatera Utara 43 Informan 1 mengatakan bahwa koleksi yang dimilikinya adalah koleksi yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan karena TBM ini merupakan TBM pendamping PKBM atau TBM yang mendampingi kegiatan nonformal sehingga koleksinya lebih fokus terhadap koleksi buku mata pelajaran. Melalui observasi yang dilakukan peneliti, TBM informan 1 lebih cenderung digunakan oleh anak peserta pendidikan nonformal daripada untuk masyarakat. Gambar 4.1 TBM Pak-pak Mandiri di Medan Johor Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 2 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM. I 2 : “Terutama buku-buku bacaan pelajaran karena banyak yang belajar di sini makanya kita utamakan kebutuhan mereka dulu, novel, buku kepribadian, buku-buku umum, beberapa komik, majalah-majalah anak-anak, majalah ibu-ibu” TBM ini memiliki kondisi koleksi yang cukup dan beragam. Ini terlihat dari observasi, koleksi yang dimilikinya berasal dari berbagai jenis, ada buku pelajaran, buku-buku umum, terbitan berseri dan koleksi fiksi. Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 4.2 TBM Cellpower Indonesia di Medan Polonia Berikutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 3 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM. I 3 : Jenis buku pertanian, keagamaan, majalah, novel, buku-buku khusus anak, psikologi anak, buku memasak dan buku khusus perempuan Jenis TBM yang dimiliki TBM ini cukup unik yaitu ada TBM keliling yang mengadopsi ide perpustakaan keliling yang dimiliki oleh perpustakaan umum. Namun TBM ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga hanya orangtua siswa PAUD saja yang memanfaatkan TBM ini. Gambar 4.3 TBM Dira’s di Medan Amplas Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 4 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM. I 4 : Banyak...Buku-buku pelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, novel, komik, majalah, buku-buku keagamaan, buku pembelajaran umum, buku motivasi dan banyak lagi. Jumlah buku Universitas Sumatera Utara 45 yang ada pada TBM ini ada sekitar 185.000 eksemplar sekitar 98.000 judul TBM ini dapat dikatakan TBM yang sangat lengkap bahkan bisa dikatakan sudah menyerupai perpustakaan umum. Namun pengelolaan TBM ini tidak ditangani secara benar, hanya berdasarkan pengelolaan umum yang mengelompokkan koleksi berdasarkan jenis. Gambar 4.4 TBM Plus Mas Raden di Medan Johor Berikutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 6 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM. I 6 : Koleksinya banyak buku pelajaran, buku-buku karya tulis, buku-buku cerita untuk anak-anak. Tapi ke depan akan kita tambahkan koleksinya Koleksi yang dimiliki TBM ini bisa dikatakan kurang, tidak beragam dan tidak diatur dengan rapi walaupun koleksinya hanya sedikit. Sesuai dengan yang terlihat saat melakukan obsevasi, keadaan TBM yang hanya terdiri atas satu rak buku dengan kondisi buku yang tidak diatur rapi dan kondisi buku sudah usang. Universitas Sumatera Utara 46 Gambar 4.5 TBM Madya Insani di Medan Amplas Selanjutnya pernyataan yang diberikan oleh informan 7 yang menjelaskan tentang koleksi yang dimiliki TBM. I 7 : Jenis-jenis koleksinya. Iya kami ada buku-buku budidaya tanaman, buku pelajaran, buku cerita, majalah edukasi, buku keagamaan. Kalau kami kalau buku-buku novel itu tidak dimasukkan ke TBM ini karena kami takut nanti anak-anak akan menyalah artikan isi novel tersebut, karena mereka masih dalam keadaan puber Koleksi yang dimiliki TBM ini cukup banyak dan lebih menyerupai perpustakaan sekolah. Hal ini karena TBM ini mendampingi kegiatan pendidikan formal. Koleksinya lebih banyak berasal dari jenis koleksi pendidikan formal. Gambar 4.6 TBM An Najwa di Medan Marelan Universitas Sumatera Utara 47 Ada pula TBM yang memiliki koleksi yang spesifik dari ketujuh TBM tersebut yaitu koleksinya hanya satu subjek saja, hal ini karena pemilik awalnya menggemari buku-buku pada bidang tertentu. Berikut merupakan pernyataan Informan 5 yang menjelaskan bahwa TBM juga memiliki koleksi khusus seperti peninggalan bahan bacaan bersejarah. I 5 : ...Walaupun kurang nyaman namun banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi datang membaca buku-buku tersebut....Buku-buku umum, buku langka dan manuscript serta koleksi gambar dan film bersejarah Gambar 4.7 TBM Tengku Luckman Sinar di Medan Baru Dari keseluruhan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa TBM memiliki keberagaman koleksi yaitu koleksi-koleksi populer seperti buku- buku cerita, buku sekolah, buku populer untuk orangtua, novel dan terbitan berseri yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum tanpa batasan umur dan status sosial, walaupun ada TBM yang memiliki koleksi dengan bidang ilmu khusus namun koleksinya juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan seperti mahasiswa dan peneliti.

4.3.4 Kendala dalam pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat dan cara mengatasinya

Dalam membangun TBM setiap informan merasakan kendala dan hambatannya masing-masing. Apalagi TBM merupakan program yang dibangun atas dasar kesadaran oleh individu sehingga mereka membangun TBM hanya dengan modal pribadi atau bahkan hanya mengharapkan dari sumbangan dan Universitas Sumatera Utara 48 perhatian pemerintah daerah. Berikut merupakan pernyataan dari informan tentang kendala yang mereka hadapi dalam pembangunan dan pengelolaan TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan semua informan berikut: I 1 : Sebenarnya ini termasuk apa ya, kalau dibilang modal, modal kan relatif ya. Misalnya modal gini kita bisa jalankan... I 2 : Ya jelas kalau kita tidak ada penghasilan itu tidak bisa hidup... I 3 : Maunya adalah perhatian pemerintah untuk pembinaan pengelola TBM, adanya diundang pengelola atau orang yang langsung mengurusi TBM agar diberi pelatihan untuk mengurusi TBM secara lebih baik lagi. Atau maunya dibuatlah semacam pendataan pengelola TBM ini secara nasional, dan pemerintah mengapresiasi pengelola TBM ini agar mereka bisa lebih semangat dalam mengurusi dan pengembangan TBM bagi masyarakat I 4 : Ada 2, satu dari dana. Itu wajar-wajar saja, kita kepingin berkembang. Kedua kalau dari pola tingkah laku perilaku orang disini I 5 : TBM ini dikelola secara mandiri dan saya tidak sanggup mendanai pekerja untuk menjaga dan membantu pengujung TBM ini I 6 : Kendalanya memang buku-buku. Karena buku sangat mahal. Jadi untuk membeli buku sesuai dengan kebutuhan anak itu gak bisa, ya karena persoalan dana itu. Memang sampai saat ini gak ada bantuan....Yang kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini... Akhirnya TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya untuk perpustakaan Madya Insani I 7 : Kalau kesulitan dana terutama ya, kemudian untuk pengelolaan itu kalau kita tidak saling bekerja sama dengan aparat-aparatnya kita gak jalan, karena letaknya TBM ini kan dari keikhlasan, keikhlasanya itu apa ya banyak membantu lah, yang berguna untuk masyarakat....Iya, personalnya juga itu. Dari Pernyataan ketujuh informan diketahui bahwa terdapat satu masalah yang paling mendasar dalam pembangunan dan pengembangan TBM yaitu terkait pendanaan. Masalah dana adalah hal yang paling penting dalam pengelolaan program ini, karena untuk membiayai operasional sehari-hari saja pendiri TBM tidak memiliki biaya. TBM adalah kegiatan sosial yang didirikan individu dengan harapan masyarakat dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan ilmu Universitas Sumatera Utara 49 pengetahuan dan informasi. Namun untuk menggaji orang yang menjaga atau mengelola TBM sehari-hari saja pendiri TBM tidak memiliki biaya, karena kebanyakan TBM adalah merupakan tanggung jawab sosial tanpa adanya kegiatan transaksi yang menghasilkan uang. Selain masalah dana, masing-masing informan juga menyebutkan alasan lain seperti kurangnya apresiasi pemerintah akan kehadiran TBM, serta pola tingkah laku pengguna. Memang untuk kegiatan sosial yang menjadi masalah utama adalah pembiayaan opersional, karena merupakan kegiatan sosial tak jarang kegiatan ini hanya menjadi ajang musiman. Ketika pemerintah sedang marak- maraknya mengadakan sosialisasi program TBM akan banyak bermunculan TBM, sehingga dana akan didapat ketika itu namun jika sudah berlalu program tersebut, akan banyak TBM yang tutup karena tidak mampu membiayai operasional mereka. Apalagi tingkah laku pengguna yang sembarangan ketika mengunjungi TBM, misalnya mereka mengambil buku namun meletakkannya di tempat yang berbeda sehingga buku-buku di rak akan berantakan, terlebih tidak ada yang akan mengatur buku-buku tersebut karena pengelolaan TBM tidak ada petugasnya. Masalah yang dirasakan oleh informan diatasi dengan berbagai cara, namun tak jarang informan memasrahkan kendala tersebut tanpa mengatasinya, hal inilah yang informan sebut dengan kurang fokus dan tidak ada motivasi pengelola TBM. Seperti yang diungkapkan oleh I 1 dan I 6 sebagai berikut. I 1 : ...Artinya gini kurang keseriusan dan motivasi, dari pengelola untuk membuat TBM itu tidak aktif. Karena kalau nilai ekonominya, kalau orang menilai dari ekonomi begini jadinya... I 6 : Saat ini belum bisa diatasi, yang ada hanya kami hadapi saja sebagaimana sebuah lembaga yang sedang berkembang... Informan merasa bahwa kegiatan PKBM atau PAUD saja yang menjadi prioritas, sedangkan TBM hanya akan berjalan sesuai dengan keadaan PKBM atau PAUD namun tidak dibenahi secara serius. Walaupun ada informan yang pesimis terhadap kendala yang dihadapi tapi informan lain memiliki beberapa cara agar TBM mereka tetap berjalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 2 , I 3 , I 4 , dan I 7 berikut: Universitas Sumatera Utara 50 I 2 : ...Makanya dilakukan kegiatan pameran buku dengan bekerja sama dengan penerbitan agar mendapatkan pendanaan mandiri, selain dari sumbangan masyarakat I 3 : Karena tidak ada perhatian dari pemerintah dalam membantu TBM kami, kami hanya mencari sponsor dari pihak swasta dan dunia usaha, meminta mereka untuk pendanaan atau pengembangan TBM I 4 : Untuk mengatasi pendanaan saya atasi dengan memutar uang hasil penjualan buku dan sedikit hasil penjualan jamu dan makanan ringan untuk membeli buku, sedangkan untuk tingkah laku pengguna hanya bisa saya diamkan saja, karena kebanyakan anak-anak yang melakukan hal tersebut, saya percaya lama kelamaan mereka akan memahami bahwa tidak baik memberantakan buku karena akan terlihat buruk. I 7 : Juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan sehingga jumlah koleksinya bisa bertambah setiap tahunnya, itu mitra kita. Kemudian saya dari kelurahan, kita dapat kipas angin. Kalau dana mungkin juga tidak ya, dari kelurahan dan bantuan atau sumbangan dari masyarakat seperti salah satu masyarakat yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif maka kami dapat pendanaan setiap bulan Cara Informan 5 mengatasi yaitu tentang tenaga personal untuk menjaga TBM dengan cara meminta pihak keluarga secara berganti menunggu TBM. Pernyataan ini merupakan data yang diperhatikan oleh peneliti ketika melakukan observasi langsung ke TBM Dari kelima informan dapat diketahui bahwa ada upaya yang dilakukan oleh informan berdasarkan kemampuan dan keinginan mereka agar TBM tetap berjalan, hal ini terlepas dari alasan mendasar informan dalam pembangunan TBM, yang pasti keinginan kelima informan agar TBM tetap berjalan dibalik kendala yang dihadapi merupakan upaya yang perlu diapresiasi pemerintah berwenang agar dapat lebih memberikan perhatian baik dalam pendanaan maupun dalam pembinaan TBM. 4. 4 Taman Bacaan Masyarakat pada Lingkungan Masyarakat Perkotaan 4.4.1 Sambutan Masyarakat akan Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat Masyarakat merupakan sasaran utama dari kegiatan TBM. Masyarakat dari segala lapisan pada dasarnya dapat memanfaatkan TBM yang ada. Hanya saja tidak semua masyarakat antusias terhadap kegiatan TBM, berikut adalah Universitas Sumatera Utara 51 pernyataan informan yang merasa bahwa masyarakat tidak menyambut kegiatan TBM sebagai suatu sarana yang dapat digunakan untuk masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1, I 3 , I 6 dan I 7 berikut: I 1 : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM ini, biasa-biasa saja. Iya, motivasi untuk belajar, untuk membacanya itu kurang I 3 : Terkadang gini, masyarakat ini baru mau datang kalau ada kegiatan apa baru mau dia. Masyarakat sekitar ketika diadakan perlombaan maka akan banyak yang mengunjungi TBM, namun setelah itu tidak ada lagi masyarakat yang datang ke TBM untuk berkunjung I 6 : ...Yang kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini, tentunya kita gak mau ngomong “woi kita ada TBM datanglah” nanti mereka datang terakhir tidak ada buku yang mereka inginkan. Akhirnya TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya untuk perpustakaan Madya Insani I 6 : Pada awalnya tidak dihiraukan, istilahnya gini “ah, tidak ada gunanya”... Pernyataan keempat informan di atas merupakan hal yang wajar walaupun sebenarnya telah ditegaskan dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat TBM 2006: 1 tentang pengertian TBM sebagai “sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat”. Namun tak dapat dipungkiri hanya pendiri saja yang antusias dalam pembangunan TBM namun masyarakatnya sendiri tidak menyambut keberadaan TBM tersebut. Selain pernyataan informan di atas ada pula informan yang menyatakan bahwa masyarakat sekitar TBM menyambut kehadiran TBM, buktinya mereka malah mengharapkan keberadaan TBM agar tidak pindah jauh dari lingkungan mereka. Seperti yang dinyatakan informan berikut. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 4 berikut: I 4 : ...“jangan pindah jauh-jauh pak” begitulah kata orang. Sebagian masyarakat mengatakan pada saya untuk jangan pindah terlalu jauh, ini membuktikan bahwa TBM ini sangat berperan bagi masyarakat sehingga mereka tidak mau TBM ini berada jauh dari lingkungan mereka Universitas Sumatera Utara 52 Namun ada juga pendapat informan yang menyebut bahwa taman bacaan mereka cukup mendapat sambutan dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 5 berikut: I 5 : Masyarakat menyambut baik dan merasakan manfaatnya dalam menyalurkan minat bacanya. Karena Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar terletak di kawasan main street kota Medan dimana kebanyakan warga masyarakatnya berasal dari kalangan menengah ke atas TBM yang didirikan informan tersebut awalnya sudah dikenal sebagai perpustakaan pribadi yang memiliki koleksi yang unik jadi sambutan masyarakat khususnya seperti mahasiswa dan peneliti yang membutuhkan bahan bacaan dari TBM tersebut tentu sangat terlihat. Namun sambutan tidak didapatkan dari masyarakat sekitar karena TBM berada di kawasan main street kota atau kawasan dengan masyarakat yang tergolong menengah ke atas sehingga masyarakat yang berada di sekitar TBM tersebut tidak merasa butuh akan bahan bacaan yang disediakan TBM. Dari pernyataan yang diungkapkan informan dapat diketahui bahwa pada dasarnya masyarakat kurang menyambut TBM, hal ini terjadi atas beberapa alasan. Mulai dari kurangnya promosi yang dilakukan pengelola TBM, kurangnya minat baca masyarakat atau bisa dikatakan bahwa masyarakat tidak menganggap bahwa peranan TBM untuk meningkatkan minat baca dengan menyediakan bahan bacaan tidak penting, serta alasan lain adalah lokasi TBM dimana masyarakatnya tidak meminati kegiatan sosial seperti penyediaan bahan bacaan seperti TBM ini karena mereka berasal dari kalangan menengah ke atas atau bisa dikatakan bahwa mereka mampu membeli buku untuk keperluannya.

4.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Taman Bacaan Masyarakat

Pemilihan lokasi untuk kegiatan TBM adalah suatu hal yang penting. Ini mengisyaratkan tentang kondisi masyarakat yang ada pada sekitar TBM. Pendiri TBM biasanya akan melihat apa yang menjadi kebutuhan sosial masyarakat di sekitarnya sehingga akan tumbuh ide dalam pembangunan TBM ini. Begitu pula informan memiliki alasan memilih tempat untuk mendirikan TBM tersebut. Ini Universitas Sumatera Utara 53 adalah pernyataan informan tentang pemilihan lokasi TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 2, I 5 dan I 7 berikut: I 2 : Karena tempat tinggal, karena saya percaya dari buku yang saya baca, dimanapun kita berada kalau kita itu emas akan tetap menjadi emas, kalau dibuang dia ke lumpur akan tetap menjadi emas dia. Dimanapun lokasi kita, kalau kita memberikan yang terbaik, orang akan tetap datang... I 5 : Lokasi TBM ini bersebelahan dengan rumah induk Tengku Luckman Sinar, tentunya lebih mudah mengontrol pengunjung I 7 : Iyalah. Karena rumah saya disini itulah ada ruang teras yang dapat digunakan Dari pernyataan informan menyebutkan bahwa pemilihan lokasi TBM bertepatan dengan rumah tinggal informan sehingga mereka memanfaatkan lokasi tersebut sebagai TBM. Ini dapat menjelaskan bahwa informan memahami tentang kebutuhan masyarakat sekitar kediamannya yang membutuhkan sarana pembelajaran seperti TBM. Ada pula alasan lain informan yang menyebutkan bahwa pemilihan tempat untuk TBM mereka karena ingin menyatukan kegiatan pendidikan nonformal dengan TBM. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1, I 3 dan I 6 berikut: I 1 : Masyarakat sekitar sini enggak lah. Ini tempatnya kebetulan kantor PKBM. I 3 : Sudah diapit oleh beberapa perumahan, sehingga memudahkan masyarakat karena berada di daerah perlintasan. Selain daripada merupakan tempat ini adalah PKBM dan PAUD yang banyak masyarakat akan berdatangan, maka dibuatlah TBM di sini. I 6 : Disini? Karena memang disini tempat pendidikan nonformalnya. Kegiatan TBM yang didampingi dengan kegiatan pendidikan nonformal merupakan satu bentuk keterkaitan, sama halnya seperti sekolah dan perpustakaan sekolah. Manfaat TBM yang mendampingi kegiatan pendidikan nonformal seperti PAUD atau PKBM seperti halnya perpustakaan sekolah. Dimana TBM dapat menjadi sarana penunjang bagi siswa pendidikan nonformal untuk mendapatkann informasi dan ilmu pengetahuan. Jadi dapat diketahui bahwa manfaat TBM yang Universitas Sumatera Utara 54 seperti ini hanya ditujukan bagi siswa pendidikan nonformal saja atau orang-orang yang kebetulan berkunjung ke TBM seperti orangtua siswa pendidikan nonformal bukan ditujukan secara khusus bagi masyarakat umum. Selain dua alasan pemilihan tempat di atas, informan lainnya juga memberikan alasan bahwa pemilihan lokasi TBM mengingat usaha yang dijalani sehingga memilih lokasi yang strategis. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 4, berikut: I 4 : Haa...itu studi kelayakan, bapak mau berusaha bapak pilih-pilih untuk tempat. Kan dari mulai jual jamu saya pilih tempat ini. Untuk memajukan usaha jamunya saya berpikir untuk menyediakan buku bacaan yang awalnya hanya untuk istri saya lalu berkembang peruntukkan bagi masyarakat yang minum jamu dan meluas menjadi TBM seperti saat ini. Dari semua pernyataan informan dapat diketahui bahwa ada tiga alasan mengapa informan memilih lokasi tertentu untuk mendirikan TBM, yaitu karena merupakan rumah tinggal informan, lokasi yang telah ada merupakan lokasi pendidikan nonformal sebelumnya, serta merupakan lokasi usaha yang telah ada sebelum TBM didirikan.

4.4.3 Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Berbasis Masyarakat

Suatu mekanisme pendidikan yang memberikan kesempatan bagi msyarakat luas dalam memperoleh ilmu pengetahuan merupakan konsep dari pendidikan berbasis masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zubaedi 2006: 130 “pendidikan berbasis masyarakat community-based education merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup“. Begitu pula dengan apa yang dijalankan oleh TBM, penyediaan sarana untuk masyarakat dapat menggali ilmu pengetahuan adalah konsep yang sesuai dengan pendidikan berbasis masyarakat. Dalam proses wawancara, peneliti juga menanyakan pendapat tentang pendidikan berbasis masyarakat kepada semua informan. Kegiatan TBM yang dikelola informan pada dasarnya merupakan kegiatan pendidikan yang berbasis pada masyarakat umum. Karena masyarakat adalah objek utama kegiatan TBM Universitas Sumatera Utara 55 dan kegiatan TBM dilaksanakan di lingkungan masyarakat agar lebih dekat dan masyarakat merasa bahwa TBM adalah miliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 2 , I 3 , I 5 , I 6 , dan I 7 berikut: I 2 : ...kalau TBM itu lebih dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini lebih langsung dan dekat ke masyarakat. karena saya punya prinsip lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut. I 3 : Dapat, memang itulah. Memang itu masyarakat yang terlibat. I 5 : Tujuan Pemerintah mempopulerkan TBM tentunya dengan maksud menumbuhkan minat baca masyarakat. Secara tidak langsung mendidik masyarakt agar terbiasa membaca. I 6 : Bisa. Dengan TBM masyarakat memperoleh informasi secara global, kalau TBM dapat berfungsi dengan benar seperti fungsi rekreasi itu jelas bahwa TBM dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat secara umum. I 7 : Ya itulah dia, karena dia berbaur dengan masyarakat. kalau tidak berbaur dengan masyarakat itu namanya bukan TBM. Ya sudah tentu karena mereka yang menggunakan. Kalau bisa kita letak lah di warung-warung, karena mereka bisa langsung memanfaatkan itu. Dari pernyataan informan diketahui bahwa kegiatan TBM yang berada di masyarakat adalah kegiatan pemerolehan informasi agar masyarakat dapat menumbuhkan minat baca masyarakat yang secara tidak langsung mendidik masyarakat agar terbiasa membaca.

4.4.4 Fenomena keberadaan Taman Bacaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Perkotaan

Keberadaan TBM yang sudah memasuki lingkungan masyarakat perkotaan merupakan fenomena baru yang terjadi saat ini. Karena jika mendengar kata TBM, akan terdengar seperti kegiatan yang dilakukan di daerah pedesaan. Ini tidak salah karena awalnya kegiatan TBM merupakan program pemerintah untuk memberantas buta aksara. Seperti yang dinyatakan buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat TBM 2006: 1 yaitu “mendukung peningkatan Universitas Sumatera Utara 56 kemampuan aksarawan baru dalam Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali”. Seperti yang dinyatakan oleh informan berikut. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 6 berikut: I 6 : TBM juga berfungsi sebagai pemberantasan buta aksara seperti yang terjadi di daerah pedesaan, di kota Medan juga ada basis-basis buta aksara. Jadi TBM berfungsi sebagai tempat pemerolehan informasi melalui buku. Memang tidak semua masyarakat di perkotaan sudah mengenal baca dan tulis. Karena masyarakat yang ada di perkotaan berjenis homogen yang juga berasal dari berbagai daerah, sehingga dibutuhkan TBM untuk memberantas buta huruf di masyarakat. Namun kenyataannya kegiatan TBM telah masuk di lingkungan masyarakat perkotaan bahkan salah satu informan mendirikannya di kawasan main street kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 5 berikut: I 5 : Masyarakat menyambut baik dan merasakan manfaatnya dalam menyalurkan minat bacanya. Karena Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar terletak di kawasan main street kota Medan dimana kebanyakan warga masyarakatnya berasal dari kalangan menengah ke atas, adapun masyarakat yang pengguna Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar bukan merupakan masyarakat setempat namun berasal dari kalangan mahasiswa dan peneliti yang membutuhkan referensi. Ini menjelaskan bahwa membangun taman bacaan saat ini bukan hanya untuk pemberantasan buta huruf saja tapi untuk memberikan kesadaran bahwa masyarakat perlu suatu sarana atau wadah yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sekalipun kegiatan sosial ini diadakan di kawasan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Pada dasarnya kegiatan TBM adalah program pemerintah, biasanya kegiatan yang diadakan pemerintah pastinya ada dana yang besar sehingga akan menarik perhatian masyarakat untuk ikut serta. Berikut ini merupakan pernyataan pesimis yang dinyatakan oleh informan tentang kegiatan TBM yang banyak di lingkungan masyarakat perkotaan namun tidak bertahan akibat hanya mengharapkan bantuan pemerintah semata. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 1, I 2, I 4 dan I 7 berikut: I 1 : Kenapa dia hilang timbul, ini karena faktor program. Universitas Sumatera Utara 57 I 2 : Sebenarnya kalau TBM diberdayakan lebih maksimum akan menjadi nilai jual yang tinggi. I 4 : Dia mendampingi lembaga yang ada, boleh dikatakan sebagai formalitas saja disitu, untuk mendampingi PKBM dia kan. Maka konsentrasi dia gak seperti ini kan. Itu konsentrasi dia untuk bagaimana dia bisa berkembang. Orang dia hanya salah satu kegiatan lain dari lembaga yang sudah ada kan. Di dalam itu ada PAUD, di dalam itu ada kursus, gimana dia bisa berkembang. Kalau dia berkembang melebihi, dia ditegur oleh yayasannya, begitu. I 7 : Satu ya, saya pun juga tidak bisa mengatakan seluruhnya. Menurut saya TBM kami juga tidak bisa disebut berada di daerah pedesaan dan juga bukan di daerah perkotaan. Dengan TBM dapat memberantas orang-orang yang mengamen karena mereka ada di mana-mana, lalu dengan adanya TBM banyak yang mengharapkan bantuan. Orang di daerah perkotaan mengetahui tentang bantuan yang diberikan pemerintah, sedangkan TBM yang berada di daerah pedesaan biasanya benar-benar hanya berlandaskan atas tindakan sosial dan keikhlasan. Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa awal mulai kegiatan ini menjadi suatu trand di lingkungan masyarakat perkotaan. Walaupun sebenarnya tujuan pemerintah adalah sebagai tonggak permulaan agar program ini dapat dijalankan seterusnya namun kenyataanya malah banyak yang tutup. Sehingga mengesankan bahwa pengelola TBM hanya mengharapkan dana yang disediakan oleh pemerintah tanpa melandasi kegiatan ini sebagai kegiatan sosial untuk membantu masyarakat. Sehingga ketika sudah tidak ada dana lagi TBM akan tutup, dan mengesankan bahwa keberadaan TBM di daerah perkotaan hilang dan timbul.

4.5 Taman Bacaan Masyarakat sebagai Pendidikan Nonformal

Salah satu bentuk pendidikan nonformal di masyarakat adalah TBM, yang mana kebanyakan menginduk pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Namun sebenarnya TBM juga merupakan sarana pendidikan nonformal. Karena pengertian pendidikan nonformal menurut Ahmadi 2001: 97 adalah “pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat”, ini menjelaskan bahwa TBM bisa saja disebut pendidikan Universitas Sumatera Utara 58 nonformal karena pada kenyataannya TBM dapat difungsikan bagi masyarakat umum untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan dengan tanpa peraturan yang ketat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh informan bahwa TBM merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal. Berikut adalah pernyataan I 1, I 2 , I 3 , I 5, I 6 dan I 7 : I 1 : Pendidikan nonformal itu banyak, satu PKBM itu untuk anak putus sekolah atau bisa disebut untuk kesetaraan, ada PAUD,ada kursus, ada juga KF kesetaraan fungsional itu naungan pendidikan nonformal. I 2 : TBM itu kan dari program pendidikan masyarakat dari direktorat PNFI, kalau perpustakaan itu cenderung lebih besar, kalau TBM itu lebih dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini lebih langsung dan dekat ke masyarakat. karena saya punya prinsip lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut. I 3 : Pendidikan nonformal, pada UU Sistem Pendidikan No. 202003 menyebutkan bahwa pendidikan terbagi atas 3 jalur pendidikan formal, informal dan nonformal. Kaitannya ke situ adalah TBM pendidikan nonformal yang terdapat di masyarakat. I 5 : Kegiatan TBM selama ini dilaksanakan terkait dengan program kerja DepartemenDinas Pendidikan dan Perpustakaan NasionalDaerah. Selain itu yayasan Tengku Luckman Sinar juga mengadakan pelatihan-pelatihan berupa workshop musik dan tari ini merupakan bentuk korelasi pendidikan nonformal dengan kegiatan TBM. I 6 : Iya. Kadang-kadang kami pernah buat program tahun 2009 untuk penduduk setempat untuk perempuan marginal, buat kursus menjahit, jadi sekarang sudah bisa ambil jahitan dan sudah bermanfaat juga. Memang kan tujuannya kan untuk pelatihan sesaat. Itu program- program yang kami anggap perlu, kalau program paket A, B, C itu kan reguler, cuma bedanya dengan pendidikan nonformal kan mereka sering absen ya. I 7 : Ya sangat banyak lah, Dengan adanya buku anak-anak dapat membaca dan mengetahui semua hal, TBM adalah salah satu pendidikan nonformal yang menyediakan buku untuk dapat digunakan dalam menggali ilmu pengetahuan. Jadi anak-anak dapat memilih Universitas Sumatera Utara 59 untuk membaca daripada jajan karena mereka tertarik akan isi bacaan buku. Misalnya lagi dari siswa Paket A, B dan C pendidikan nonformal yang hanya sedikit buku pegangannya, jadi dengan adanya TBM akan membantu siswa paket kami untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Seluruh informan menyatakan bahwa TBM juga merupakan pendidikan nonformal. Dari pernyataan di atas kebanyakan menjelaskan bahwa kegiatan TBM yang biasanya beriringan dengan kegiatan pendidikan nonformal lainnya seperti PKBM Paket A, B dan C, PAUD dan kegiatan kursus. Tapi dibalik itu, informan juga menyatakan bahwa intinya kegiatan TBM itu sendiri merupakan pendidikan nonformal. Kegiatan TBM tidak reguler atau berdasarkan administrasi tertentu seperti di sekolah umum, namun di TBM masyarakat dapat belajar dengan bahan bacaan yang disediakan. Ini juga salah satu bentuk sarana pendidikan luar sekolah yang dapat dimanfaatkan agar masyarakat dapat meraih ilmu walaupun tidak mengikuti jenjang pendidikan formal seperti sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan I 4 berikut: I 4 : Jelas dong. Taman bacaan salah satu tugas pokok dan fungsinya untuk pendidikan luar sekolah, pendidikan nonformal itu kan salah satu tugas dari departemen pendidikan... Diluar jalur sekolahan, taman bacaan adalah salah satunya untuk mendukung program pemerintah tadi. Makanya ada TBM di PKBM. Dia ada dua macam taman bacaan, taman bacaan itu pendukung pendidikan nonformal dan satu lagi memang dia berdiri sendiri karena dia mampu, TBM mandiri. Informan tersebut memberikan penjelasan bahwa ada dua jenis TBM yang terdapat di masyarakat saat ini yaitu TBM yang hadir atas kegiatan sebelumnya yaitu kegiatan pendidikan nonformal seperti PKBM, dimana TBM berfungsi sebagai pendamping agar dapat menunjang kegiatan pendidikan nonformal sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah sehingga kegitan TBM tidak menjadi konsentrasi utama. Yang kedua adalah TBM mandiri yang mejalani kegiatan tanpa dampingan kegiatan pendidikan nonformal lainnya, atau bisa dikatakan bahwa TBM tersebut berdiri sendiri. Biasanya kegiatan TBM ini berjalan dengan sokongan dana sendiri, seperti dari penyewaan buku yang dilakukan pengelola untuk mendanai operasional TBM dan pembelian buku bagi Universitas Sumatera Utara 60 TBM itu sendiri. Ini sama dengan yang dikemukakan oleh Gong 2012: 277 bahwa “secara umum ada dua jenis TBM di Indonesia, pertama, TBM bentukan pemerintah konvensional, kedua, TBM partisipasi masyarakat mandiri yang biasa dikenal dengan sebuatan komunitas baca”. 4.6 Rangkuman Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara terstruktur dan mendalam depth interview dengan informan, melalui proses analisa data yang menjaga keabsahan data serta melakukan triangulasi, maka diperoleh beberapa kategori. Kategori adalah nilai informasi Pendiri TBM, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Penelitian No. Kategori Hasil penelitian 1. Taman Bacaan Masyarakat Alasan pendirian Taman Bacaan Masyarakat Pendirian TBM didasari oleh keinginan informan dalam mendukung kegiatan pendidikan nonformal seperti PKBM dan PAUD sebagai unit pelengkap seperti halnya perpustakaan sederhana. Selain itu pembangunan TBM karena kebiasaan membaca dan mengoleksi buku sehingga timbul keinginan membentuk suatu sarana yang dapat dipakai untuk mengumpulkan koleksinya dan dapat dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Ketiga, alasan informan membangun TBM karena ingin memajukan usaha atau berdasarkan kebutuhan bisnis dengan mendampingkan TBM sebagai tempat bagi masyarakat untuk Universitas Sumatera Utara 61 No. Kategori Hasil penelitian menggali informasi. Tujuan pendirian Taman Bacaan Masyarakat Tujuan TBM merujuk pada kegiatan belajar masyarakat agar meningkatnya minat baca. Intinya masing-masing informan yang menyelenggarakan TBM dengan cara yang berbeda, memiliki satu ide yang sama tentang tujuan TBM yaitu untuk kegiatan sosial masyarakat. Jenis koleksi dan pengguna pendirian Taman Bacaan Masyarakat Koleksi-koleksi populer yang biasanya selalu ada di suatu TBM adalah buku-buku cerita, buku sekolah, buku populer untuk orangtua, novel dan terbitan berseri yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum tanpa batasan umur dan status sosial, walaupun ada TBM yang memiliki koleksi dengan bidang ilmu khusus namun koleksinya juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan seperti mahasiswa dan peneliti. Kendala dalam pelaksanaan pendirian Taman Bacaan Masyarakat dan cara mengatasinya Satu masalah yang paling mendasar dalam pembangunan dan pengembangan TBM yaitu terkait pendanaan yaitu untuk membiayai operasional sehari-hari saja pendiri TBM tidak memiliki biaya. Universitas Sumatera Utara 62 No. Kategori Hasil penelitian 2. Taman Bacaan Masyarakat pada Lingkungan Masyarakat Perkotaan Sambutan masyarakat akan kehadiran Taman Bacaan Masyarakat Masyarakat kurang menyambut kehadiran TBM karena beberapa alasan. Diantaranya adalah kurangnya promosi yang dilakukan pengelola TBM, kurangnya minat baca masyarakat , alasan lain adalah lokasi TBM dimana masyarakatnya tidak meminati kegiatan sosial seperti penyediaan bahan bacaan seperti TBM ini karena mereka berasal dari kalangan menengah ke atas atau bisa dikatakan bahwa mereka mampu membeli buku untuk keperluannya. Alasan pemililihan lokasi Taman Bacaan Masyarakat Pemilihan lokasi TBM bertepatan dengan rumah tinggal informan sehingga mereka memanfaatkan lokasi tersebut sebagai TBM. Ada pula alasan lain informan yang menyebutkan bahwa pemilihan tempat untuk TBM mereka karena ingin menyatukan kegiatan pendidikan nonformal dengan TBM. Selain itu juga ada alasan bahwa pemilihan lokasi TBM mengingat usaha yang dijalani sehingga memilih lokasi yang strategis dan membuat TBM banyak dikunjungi oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 63 No. Kategori Hasil penelitian Taman Bacaan Masyarakat sebagai pendidikan berbasis masyarakat Kegiatan TBM yang berada di masyarakat adalah kegiatan pemerolehan informasi agar masyarakat dapat menumbuhkan minat baca masyarakat yang secara tidak langsung mendidik masyarakat agar terbiasa membaca. Fenomena keberadaan Taman Bacaan Masyarakat di lingkungan masyarakat perkotaan Membangun taman bacaan saat ini bukan hanya untuk pemberantasan buta huruf saja tapi untuk memberikan kesadaran bahwa masyarakat perlu suatu sarana atau wadah yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sekalipun kegiatan sosial ini diadakan di kawasan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Selain itu kegiatan TBM juga menjadi suatu trand di lingkungan masyarakat perkotaan karena pengelola TBM hanya mengharapkan dana yang disediakan oleh pemerintah tanpa melandasi kegiatan ini sebagai kegiatan sosial untuk membantu masyarakat, sehingga ketika sudah tidak ada dana lagi TBM akan tutup, dan mengesankan bahwa keberadaan Universitas Sumatera Utara 64 No. Kategori Hasil penelitian TBM di daerah perkotaan hilang dan timbul. 3. Taman Bacaan Masyarakat sebagai pendidikan nonformal TBM juga merupakan pendidikan nonformal. Ada dua jenis TBM yang terdapat di masyarakat saat ini yaitu TBM yang hadir atas kegiatan sebelumnya yaitu kegiatan pendidikan nonformal seperti PKBM, dimana TBM berfungsi sebagai pendamping agar dapat menunjang kegiatan pendidikan nonformal sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah sehingga kegitan TBM tidak menjadi konsentrasi utama. Yang kedua adalah TBM mandiri yang mejalani kegiatan tanpa dampingan kegiatan pendidikan nonformal lainnya, atau bisa dikatakan bahwa TBM tersebut berdiri sendiri. Biasanya kegiatan TBM ini berjalan dengan sokongan dana sendiri, seperti dari penyewaan buku yang dilakukan pengelola untuk mendanai operasional TBM dan pembelian buku bagi TBM itu sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga kategori memiliki beberapa indikator penentu dalam melihat perkembangan TBM di lingkungan masyarakat Universitas Sumatera Utara 65 perkotaan. Tiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai peta indikator perkembangan TBM yaitu: Gambar 4.8 Peta Indikator Perkembangan TBM Taman Bacaan Masyarakat Alasan pendirian Tujuan pendirian Jenis koleksi dan pengguna Kendala dan cara mengatasinya Sambutan masyarakat Alasan pemilihan lokasi Pendidikan berbasis masyarakat Fenomena TBM Mendukung kegiatan pendidikan nonformal di masyrakat Kegiatan belajar masyarakat Koleksi umum, buku pelajaran, terbitan berseri dan non fiksi Dana dan perhatian pemerintah Kurang antusias Kediaman pribadi dan tempat usaha Meningkatkan minat baca Sarana pembelajaran bagi masyarakat Pendidikan nonformal Universitas Sumatera Utara 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan