Sejarah Ringkas Pelabuhan Ajibata-Tomok

32

2.6 Sejarah Ringkas Pelabuhan Ajibata-Tomok

Menurut keterangan Bapak L. Sirait 30 , pelabuhan Ajibata-Tomok menjadi sebuah jalur transportasi air pada tahun 1974. Namun demikian, sebelum pelabuhan Ajibata-Tomok, ternyata pelabuhan Tiga Raja 31 – Tomok sudah ada terlebiha dahulu. Sebelum tahun 1976 masyarakat Ajibata tidak bisa terhubung langsung dengan Tomok dan Tomok Parsaoran karena harus melalui Kelurahan Tiga Raja. Pelabuhan yang menghubungkan Tiga Raja dengan Tomok tersebut bersebalahan langsung dengan pusat pasar Kecamatan Girsip. Pada masa itu, karena belum ada pasar di Ajibata dan di Tomok, masyarakat sekitar Ajibata dan Tomok sekitarnya beberbelanja di Pasar Tiga Raja khusunya sembako. Jika dilihat dari segi pemerintahan, Tiga Raja termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Simalungun, sedangkan Ajibata dan Tomok pada saat itu masih termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Jadi melihat keaadaan ini di bukalah pasar di Desa parsaoran Ajibata pada tahun 1973. Namun demikian pasar tersebut hanya di gunakan oleh masyarakat Ajibata sekitarnya, karena masyarakat Tomok lebih memilih Tiga Raja yang bersebelahan dengan Pelabuhan Tiga Raja dibandingkan harus menempuh jarak 2 Km lagi ke Ajibata. Oleh karena itu, untuk menghubungkan Ajibata langsung dengan Tomok dibukalah Pelabuhan Ajibata – Tomok. Menurut Bapak L. Silalahi, Pelabuhan Ajibata – Tomok adalah awal dari berkembangnya daerah Ajibata. Meskipun mereka harus menggunakan berbagai cara agar penumpang yang menggunakan jalur Ajibata-Tomok tidak kalah imbang 30 L. Sirait adalah seorang tokoh masyarakat yang tau kondisi desa Pardamean Ajibata lama sebelum Pelabuhan Ajibata-Tomok ada. 31 Tiga Raja merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Girsip Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara 33 dengan Tiga Raja-Tomok. Para awak kapal mempertimbangkan kualitas kapal dan keindahan kapal suapaya penumpang merasa nyaman di kapal yang mereka tumpangi. Bahkan, menurut Johan Silaen, seiring berkembangnya fasilitas di kapal khususnya pemutar musik merupakan menjadi hal yang penting untuk membuat penumpang merasa nyaman di kapal. Selain dari pada itu, perkembangan tersebut didukung oleh Pelabuhan Veri yang di buka pada tahun 1981 di Ajibata. Hal ini memberikan perkembangan yang pesat terhadap kecamatan Ajibata. Menurut S.Sirat pemilik tanah pelabuhan Ajibata menjelaskan bahwa, dahulu pada jaman Kakek dari pada beliau yaitu sekitar tahun 70-an, sebagian besar tanah Ajibata adalah milik mereka khususnya daerah di tepi danau toba Ajibata. Beliau menjelaskan bahwasanya Pemerintah Kabupaten yang pada saat itu Ajibata masih termasuk kedalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara sudah berulang kali meminta ijin untuk membeli tanahnya untuk lahan pemerintahan karena sangat strategi untuk berbagai kondisi di kembangkan. Namun, beberapa kali O.Sirait kakek dari beliau selalu menolak permohonan Pemerintah Taput tersebut. Menurut penjelasan S.Sirait, pada saat itu kakek beliau ragu jika nantinya Pemerintah ingin mengambil keuntungan pribadi dimana pada saat itu yang langsung datang adalah Bupati Kabupaten Tapanuli Utara. Tetapi setelah berulang kali Bupati Taput bermohon, O.Sirait sepertinya melihat ada sebuah keseriusan dari permohonan Bupati Taput bukan ingin mengambil keuntungan pribadi tetapi ingin membangun daeah Ajibata supaya berkembang. Oleh karena itu sekitar tahun 1972, bapak O.Sirait pun memberikan sebidang tanah dengan gratis kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Universitas Sumatera Utara 34 Setelah O.Sirait memberikan tanahnya secara Cuma-Cuma kepada Pemerintah Taput, maka pemerintah Taput pun tidak ingin menyia-nyiakan pemberian dari pada bapak O.Sirait, dimana pemerintah langsung membangun pasar supaya masyarakat setempat tidak lagi pergi jauh ke pasar Tiga Raja. Selain itu dibangunlah akses jalan meskipun pada saat itu belum langsung jalan aspal tetapi Pemerintah mengusahakan supaya pelosok-pelosok bisau di jangkau dengan mudah. Melihat daerah Ajibata merupakan tepi danau toba maka pemerintah Tapanuli utara pun saat itu minta ijin kepada bapak O.Sirait untuk memberikan sebagian tanahnya sebagai pelabuhan supaya daerah tersebut bisa terhubung dengan beberapa darah melalui transportasi air khususnya daerah Tomok. Sejak dibukanya pelabuhan ajibata maka di si tulah awal dari perkembangan daerah Ajibata dan Tomok. Jadi menurut hemat S.Sirait, bahwa dengan dibukanya Pelabuhan Ajibata dengan jalur tujuan Ajibata tomok maka pada saat itulah ada Ajibata. Beliau juga mengatakan ” molo so alani opungku najoloani dang nalao adong Ajibata songon noaeng on. Ale ima... soadong di ingot pamarenta jasa ni opung nami najoloani ” kata beliau. Artinya jika bukan karena kakaek dari beliau yang dulu memberikan tanah itu kepada pemerintah maka tidak akan ada Ajibata seperti sekarang ini, tetepi meskipun demikian Pemerintah tidah pernah mengindahkan jasa dari kakek kami. Universitas Sumatera Utara 35 BAB III PENYAJIAN MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK Bab ini saya akan menguraikan secara singkat apakah penyajian musik di kapal merupakan sebuah pertunjukan atau tidak. Selain itu akan di jelaskan juga secara deskrikptif tentang penyajian musik di kapal penumpang Ajibata-Tomok baik yang di sajikan melalui media ataupun yang secara langsung disajikan oleh pengamen. Di sini juga akan di jelaskan bagaimana tanggapan penumpang terhadap penyajian musik tersebut.

3.1 Musik di Kapal Sebagai Sebuah Pertunjukan