Struktur Musik, Penggunaan, Dan Fungsi Marching Band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD

(1)

STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN NIM: 090707021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(2)

STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD

SKRIPSI SARJANA O

L E H

NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN NIM: 090707021

Disetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Heristina Dewi, M.Pd. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196605271994032010 NIP 196512211991031001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(3)

ABSTRAK

Tulisan ini merupakan suatu tinjauan musikologis dan fungsional terhadap musik militer yakni marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD, yang pada penggunaannya penulis membaginya ke dalam dua kategori yaitu kategori militer (penggunaan yang merupakan agenda dari KODAM atau Yon Zipur I/DD) dan kategori non-militer (penggunaan yang tidak merupakan agenda dari KODAM atau Yon Zipur I/DD). Untuk mengetahui struktur musik yang digunakan pada setiap lagu yang dimainkan marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD ini, digunakan analisis struktur musikal sehingga dapat diperoleh tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah nada, interval, pola kadens, formula melodik, dan kontur pada tiga lagu (Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat) yang diambil sebagai sampel. Sedangkan untuk mengetahui penggunaan dan fungsi musik pada marching band ini, digunakan analisis fungsional sehingga dapat diperoleh berbagai macam fungsi musik sesuai dengan penggunaannya.


(4)

KATA PENGANTAR

Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha Kuasa. Banyaklah yang telah Kau lakukan , ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Oleh karena kasih-Mu yang besar tiada hentinya memenuhi jiwa dan raga penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian. AMEN.

Skripsi yang berjudul STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD ini merupakan sebuah hasil dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan dunia kampus di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pengetahuan dan pengalaman, merupakan sebuah pembelajaran yang sangat berharga yang mana penulis alami sejak Agustus 2009. Di awali dengan sebuah keraguan, kebingungan, dan kejengkelan, tetapi Departemen Etnomusikologi beserta segala isi yang terkandung di dalamnya telah banyak mengubah pandangan penulis baik dalam hal berpikir ataupun bertindak terlebih dalam dunia musik. Apple and Oranges merupakan sebuah istilah yang dapat mempengaruhi pola pikir penulis untuk dapat memahami luasnya makna musik di seluruh jagad raya ini. Akhirnya sebuah kata idealis pun mulai pudar oleh karena istilah tersebut, dan penulis mulai mendewasakan pola pikirnya akan heterogenitas musik yang ada.


(5)

mengucapkan terima-kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas cinta dan dukungannya kepada penulis selama penulis menimba ilmu sampai menyelesaikan skripsi ini. Beberapa diantaranya antara lain:

1. Yang terhormat ayah saya A.Tambunan dan alm.R.Sibarani, sebagai orang tua dengan cinta kasihnya yang dengan sabar telah memberikan semangat dan doanya. Juga kepada Santi Tambunan, Yuliana Tambunan, Eva Tambunan, Elizabeth Tambunan, dan David Tambunan atas segala dukungan material dan immaterial yang telah diberikan.

2. Yang terhormat Ketua Departemen Etnomusikologi, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. yang juga merupakan Dosen Pembimbing Skripsi II yang membimbing dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.

3. Yang terhormat Sekretaris Departemen Etnomusikologi, Dra. Heristina Dewi, M.Pd. yang juga merupakan Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Skripsi I yang banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

4. Yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU: Drs. Dermawan Purba, M.Si., Drs. Perikten Tarigan, M.Si., Dra. Frida Deliana, M.Si., Prof. Mauly Purba, Ph.D., Dra. Rithaony Hutajulu, M.A., Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Drs. Fadlin, M.Si., Drs. Irwansyah Harahap, M.A.,Dra. Arifni Netrirosa S.ST., dan seluruh Dosen Luar Biasa yang mengajar di Departemen Etnomusikologi yang telah membuka luas wawasan dan pengetahuan penulis selama mengikuti perkuliahan.


(6)

5. Yang terhormat kepada mam Adri selaku Staf Tata Usaha, yang telah sabar menghadapi semua mahasiswa Etnomusikologi termasuk penulis dalam setiap kepentingan apapun.

6. Yang terhormat Letda Czi Virgo sebagai informan kunci dalam setiap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Juga kepada Serda Antorikson Sinaga yang juga telah menyediakan waktunya untuk wawancara.

7. Kepada teman-teman mahasiswa angkatan 2009 (Musanger) yaitu Maruli, Septianta, Rendi, Herman, Yonatan, Giat, Ryan, Wahyu, Mueq, Dicky, Noel, Sugiardi, Hanmard, Popsy, Nesya, Reny, Ipeh, Teti, Verawati, Anita, terimakasih atas kerjasamanya dan dukungannya. Juga kepada lenker mania yaitu Botax, Dicky Lenk, Pak Tempurung alias Bangun, dan Marlon Brother, terimakasih atas kebersamaan dan waktu luangnya. 8. Kepada alumni Etnomusikologi, Ricordati di me, Henry Nick Demod, Inta

Junia Hasugian (terimakasih atas skripsinya), Diateitupa, Ivan BC, Fery Joe, Winka, Ucok Silalahi, terima kasih untuk semua dukungannya.

9. Kepada Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi (IME) yaitu seluruh mahasiswa Etnomusikologi stambuk 2007, 2008, 2010, 2011, dan 2012, Fuad (terima kasih pak bos, dukungan moril dan materialnya), Batoan, Tumpal, Jakub, Jaya, Adi, Exel, Salmon, Hosea, Benny, Surung, Rony, Mona, semua panitia inagurasi 2011, Ganda, Jodi, Timo terima kasih untuk waktunya di Liga Ilmu Budaya foot ball club. Juga terlebih kepada Guitar Conspiracy, diharapkan konser berikutnya.


(7)

10.Kepada Gereja Tiberias Medan, Pak Saut Manurung, Pak MR, Bang Eben, Bang Sabar, Ka Intan, Ka Elva, Bang Ando, Bang Jumel, Ka Mian, Ka Yos, Ka Ida, ka Inggrid, Fifi, Bella, Heri, Raynard, Saza, Wilson, Kiel, Ruth, Christine, Naomi, dan semua yang belum disebutkan terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya, Tuhan memberkati.

Akhirnya penulis memohon kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan jasa-jasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, Juli 2013

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

HAL

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR GAMBAR……… ix

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Pokok Permasalahan………. 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 9

1.3.1 Tujuan Penelitian………... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian………. 9

1.4 Konsep dan Teori……….. 9

1.4.1 Konsep……… 9

1.4.2 Teori……… 12

1.5 Metode Penelitian……….. 14

1.5.1 Studi Pustaka……….. 15

1.5.2 Observasi……… 16

1.5.3 Wawancara………. 17

1.5.4 Kerja Laboratorium……… 17

BAB II DESKRIPSI KODAM I BUKIT BARISAN, YON ZIPUR I DHIRA DHARMA, DAN KEBERADAAN MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA……….. 18

2.1 Komando Daerah Militer di Indonesia………... 18

2.2 Sejarah KODAM Bukit Barisan……….. 27


(9)

2.3 Deskripsi Yon Zipur I Dhira Dharma………. 37

2.3.1 Visi dan Misi……….. 38

2.3.2 Struktur Organisasi……….. 39

2.4 Sejarah Lahirnya Marching Band di Indonesia………... 39

2.4.1 Istilah Drum Band, Brass Band dan Marching Band... 41

2.4.2 Keberadaan Marching Band Canka Dhira Dharma….. 43

2.4.2.1 Sejarah Terbentuknya Marching Band Canka Dhira Dharma………. 43

2.4.2.2 Kepengurusan dan Keanggotaan Marching Band Canka Dhira Dharma………. 45

2.4.2.3 Klasifikasi Alat Musik dan Lagu Marching Band Canka Dhira Dharma………. 47

BAB III ANALISIS STRUKTUR MUSIK MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA……….. 49

3.1 Transkripsi dan Analisis………. 49

3.2 Model Notasi……….. 50

3.3 Analisis Melodi……….. 53

3.3.1 Tangga Nada………..………. 53

3.3.1.1 Tangga Nada Lagu Taruna Jaya……… 54

3.3.1.2 Tangga Nada Lagu Indonesia Raya……….. 55

3.3.1.3 Tangga Nada Lagu Himne Angkatan Darat.. 55

3.3.2 Nada Dasar………... 55

3.3.3 Wilayah Nada……… 56

3.3.3.1 Wilayah Nada Lagu Taruna Jaya……… 56

3.3.3.2 Wilayah Nada Lagu Indonesia Raya……….. 57


(10)

3.3.4.2 Jumlah Nada Lagu Indonesia Raya……….. 59 3.3.4.3 Jumlah Nada Lagu Himne Angkatan Darat.. 59

3.3.5 Interval……… 60

3.3.5.1 Interval Lagu Taruna Jaya……… 60 3.3.5.2 Interval Lagu Indonesia Raya……… 61 3.3.5.3 Interval Lagu Himne Angkatan Darat……... 62 3.3.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)……… 63 3.3.6.1 Pola Kadensa Lagu Taruna Jaya……… 64 3.3.6.2 Pola Kadensa Lagu Indonesia Raya………… 65 3.3.6.3 Pola Kadensa Lagu Himne Angkatan Darat... 65 3.3.7 Formula Melodik (Melodic Formula)……….. 66

3.3.7.1 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Taruna Jaya……….… 68 3.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu

Indonesia Raya……… 70 3.3.7.3 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu

Himne Angkatan Darat……… 72 3.3.8 Kontur (Contour)………... 73 3.3.8.1 Kontur pada Lagu Taruna Jaya……… 74 3.3.8.2 Kontur pada Lagu Indonesia Raya…………... 75 3.3.8.3 Kontur pada Lagu Himne Angkatan………… 76 3.4 Analisis Ritem……… 76 3.4.1 Analisis Ritem Lagu Taruna Jaya……….. 77 3.4.2 Analisis Ritem Lagu Indonesia Raya………. 78 3.4.3 Analisis Ritem Lagu Himne Angkatan Darat………… 79 BAB IV PENGGUNAAN DAN FUNGSI MARCHING BAND CANKA


(11)

4.1.1 Penggunaan Berdasarkan Kategori Militer………… 83

4.1.2 Penggunaan Berdasarkan Kategori Non-Militer…… 88

4.2 Fungsi Marching Band Canda Dhira Dharma……… 94

4.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional………... 94

4.2.2 Fungsi Penghayatan Estetis………. 96

4.2.3 Fungsi Hiburan………. .. 100

4.2.4 Fungsi Komunikasi………. 100

4.2.5 Fungsi Perlambangan……….. 101

4.2.6 Fungsi Reaksi Jasmani………. 103

4.2.7 Fungsi Norma-norma Sosia………. 105

4.2.8 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial……… 106

4.2.9 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan……….. 107

4.2.10 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat……… 108

BAB V PENUTUP……… 110

5.1 Kesimpulan………. 110

DAFTAR PUSTAKA……… 112

DAFTAR INFORMAN………. 114


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Marching band ketika mengiringi sebuah upacara………... 124

Gambar 2: Marching band ketika mengikuti pawai………... 124

Gambar 3: Pemain bass drum………. 125

Gambar 4: Atraksi sirkus oleh pemain bass drum……….. 125

Gambar 5: Anggota Upacara Pedang Pora………. 126

Gambar 6: Pelaksanaan Upacara Pedang Pora……… 126

Gambar 7: Latihan pemain marching band Canka Dhira Dharma……. 127

Gambar 8: (a) bellyra; (b) terompet………... 127

Gambar 9: atribut, tenor drum, snare drum dan bass drum…………... 128

Gambar 10: Stick yang digunakan oleh mayoret………. 128


(13)

ABSTRAK

Tulisan ini merupakan suatu tinjauan musikologis dan fungsional terhadap musik militer yakni marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD, yang pada penggunaannya penulis membaginya ke dalam dua kategori yaitu kategori militer (penggunaan yang merupakan agenda dari KODAM atau Yon Zipur I/DD) dan kategori non-militer (penggunaan yang tidak merupakan agenda dari KODAM atau Yon Zipur I/DD). Untuk mengetahui struktur musik yang digunakan pada setiap lagu yang dimainkan marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD ini, digunakan analisis struktur musikal sehingga dapat diperoleh tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah nada, interval, pola kadens, formula melodik, dan kontur pada tiga lagu (Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat) yang diambil sebagai sampel. Sedangkan untuk mengetahui penggunaan dan fungsi musik pada marching band ini, digunakan analisis fungsional sehingga dapat diperoleh berbagai macam fungsi musik sesuai dengan penggunaannya.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Drum band merupakan sebuah ansambel1 yang memainkan sejumlah

kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet,

pianika, maupun rekorder. Dalam permainannya terdapat aksi baris-berbaris

(military style) yang membentuk formasi dengan pola tertentu (seperti bentuk

bintang dan lingkaran) dan diiringi tarian oleh pembawa bendera dan mayoret.2

1

Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, ansambel adalah “A group of musicians that perform as a unit.” (www. music,vt.edu/musicdictionary). Maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu pertunjukan sekelompok musisi sebagai suatu kesatuan. Dalam bentuk ensambel ini diperlukan kerjasama permainan yang bersifat paduan ritmis dan melodis atau bahkan harmoni sekali gus. Di Sumatera Utara terdapat juga berbegai jenis ensambel musik seperti Ensambel Bukit Barisan, Drum Band Sinar Husni, ensambel musik tradisional seperti gondang

sabangunan (Batak Toba), ensambel gonrang bolon (Simalungun), dan

lain-lainnya. 2

Mayoret adalah pemimpin atau komandan dari semua anggota drum band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain Pada umumnya drum band dapat kita jumpai pada angkatan militer, kepolisian, sekolah-sekolah, dan organisasi seperti PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia).


(15)

Oleh sebab itu, pada zaman sekarang ini, drum band bukanlah hal yang asing untuk kita lihat atau dengar.

Dalam tulisan ini, drum band yang dimaksud akan dibahas adalah drum band yang terdapat di dalam intitusi militer. Namun dalam pembahasan ini, istilah drum band yang digunakan atau yang disebutkan oleh para militer (dalam kasus ini oleh anggota militer Yon Zipur Kodam I Bukit Barisan,3 lazim menyebutkan nama kelompoknya sebagai “Drum Band Yon Zipur I Dhira Dharma”) menurut penulis sudahlah merupakan ensambel marching band. Alasannya adalah dalam pengaplikasian permainan yang ditampilkan oleh kelompok musik militer ini, format yang digunakan adalah format marching band.4

3

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam rangka pertahanan dan keamanan nasionalnya, maka secara organisasi militer, dibagi ke dalam 13 Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) dan didukung oleh Kodim-kodim (Komando Daerah Inti Militer), yang diperinci sebagai berikut. 1. Kodam Iskandar Muda, 2. Kodam I Bukit Barisan, 3. Kodam II Sriwijaya; 4. Kodam Jaya; 5. Kodam III Siliwangi, 6. Kodam IV Diponegoro, 7. Kodam V Brawijaya; 8. Kodam VI Mulawarman; 9. KodamVII Wirabuana; 10. Kodam IX Udayana; 11. Kodam XII Tanjungpura; 12. Kodam XVI Patimura, dan 13. Kodam XVII Cendrawasih. Kodam I Bukit Barisan terdiri dari: Korem 022 Pantai Timur; Kodim 0202; Kodim 0203 Langkat; Kodim 0204 Deli Serdang; Kodim 0207 Simalungun; Kodim 0208 Asahan; Kodim 0209 Labuhan Batu; Korem 023 Kawal Samudera; Kodim 0205 Tanah Karo; Kodim 0206 Dairi; Kodim 0210 Tapanuli Utara; Kodim 0211 Tapanuli Tengah; Kodim 0212 Tapanuli Selatan; Kodim 0213 Nias; Korem 031 Wirabima; Kodim 0301 Pekanbaru; Kodim 0302 Indragiri Hulu; Kodim 0303 Bengkalis; Kodim 0313 Kampar; Kodim 0314 Indragiri Hilir; Korem 032 Wirabraja; Kodim 0304 Agam; Kodim 0305 Pasaman; Kodim 0306 Limapuluh Kota; Kodim 0307 Tanah Datar; Kodim 0308 Padang Pariaman; Kodim 0309 Solok; Kodim 0310 Sawahlunto; Kodim 0311 Pesisir Selatan; Kodim 0312 Padang; Kodim 0319 Mentawai; Kodim 0320 Bukittinggi; Kodim 0321 Pasaman Barat; Korem 033Wira Pratama; Kodim 0315 Kepulauan Riau; Kodim 0316 Batam; Kodim 0317 Karimun; Kodim 0318 Natuna Tanjung Pinang; Kodim 0201 BS Medan (Sumber: Kodam I Bukit Barisan, 2013).

4


(16)

Sejarah kemiliteran Indonesia sendiri dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945. Angkatan perang pertama Indonesia yang disebut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ini, kemudian diganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 24 Januari 1946. Karena saat itu di Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di samping Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam sejarahnya, TNI pernah digabungkan dengan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Gabungan ini disebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Namun sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI, pada tanggal 19 Oktober 2004 TNI dan POLRI telah sah dipisahkan (www.anri.com

Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini dibagi atas tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Sedangkan TNI Angkatan Darat ini sendiri memiliki tiga kekuatan, yakni Kekuatan Terpusat (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan Komando Angkatan Khusus), Kekuatan Kewilayahan (Komando Daerah Militer, Komando Resort Militer, Komando Distrik Militer), dan Kekuatan Badan Pelaksana Pusat. ).

musik tiup). Sedangkan drum band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari

drum section saja. Permainan yang ditampilkan oleh kelompok militer ini

merupakan gabungan dari kedua drum section dan percution section. Oleh sebab itu, berdasarkan pertunjukannya bahwa kelompok musik militer ini merupakan sebuah kelompok marching band, yakni Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma, walau juga lazim menyebutkan kelompoknya sebagai Drum Band Yon


(17)

Di Indonesia, terdapat tiga belas Komando Daerah Militer (Kodam) yang salah satunya merupakan Kodam1 Bukit Barisan yang terdapat di Medan.

Yon Zipur 1 Dhira Dharma yang terdapat di Kecamatan Helvetia ini merupakan satuan dari Kodam Bukit Barisan. Kelompok batalion tentara ini merupakan tempat dimana marching band Zipur 1 Dhira Dharma berada.

Menurut sejarahnya, marching band yang dulu dikenal sebagai musik perang atau musik militer ini dipercaya dapat menginspirasi dan mendukung jiwa para prajurit dalam berperang. Seperti yang ditulis oleh Camus (1993):

Music has been used to encourage the troops and to raise their spirits both in battle and during the difficult moments before and after the conflict. [Musik telah digunakan untuk mendorong pasukan dan untuk meningkatkan semangat mereka baik dalam pertempuran dan pada saat-saat sulit sebelum dan setelah konflik] (Camus,1993: 3).

Dari penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa marching band memiliki penggunaan dan fungsi. Namun dalam hal ini penggunaan itu adalah dalam konteks perang. Pertanyaannya adalah jika marching band itu awalnya digunakan saat perang zaman dulu, lantas apakah marching band itu masih digunakan pada saat perang masa kini atau untuk keperluan di luar perang? Tentu saja jawabannya masih ada, dan bahkan berkembang semakin banyak tidak hanya di kalangan militer saja tetapi sudah ada di kalangan masyarakat biasa seperti di sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi marching band di luar sekolah. Setelah pertanyaan di atas, muncul pertanyaan berikutnya yang mana kita jelas tahu bahwa zaman dulu penggunaan marching band itu semata-mata untuk tujuan perang yakni untuk mendukung semangat jiwa prajurit dalam berperang agar tidak


(18)

takut dan mundur. Pertanyaannya adalah, untuk apa dan apa penggunaan dan fungsi marching band (dalam hal ini yang ada di militer, sesuai dengan judul) yang ada sekarang ini, terutama di Yon Zipur I Dhira Dharma?

Dalam kenyataannya, rasa semangat atau rasa nasionalisme yang diungkapkan para militer menunjukkan bahwa musik yang dimainkan marching band ini mempunyai daya sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi pada anggota militer tersebut. Hal ini dapat kita jumpai ketika suatu upacara berlangung. Lebih tepatnya lagi saat baris-berbaris menuju lapangan, atau ketika bubar dari lapangan. Seluruh anggota militer akan ikut bernanyi dan bersorak-sorai dengan semangat sementara marching band tersebut dimainkan. Selain itu fungsi hiburan juga merupakan salah satu fungsi dari permainan drum band yang ada pada militer saat ini. Pengaplikasiannya di lapangan dapat kita lihat ketika

marching band ini melakukan pawai yaitu bermain berkeliling di lingkungan

masyarakat sekitar. Jelas bahwa ketika marching band itu dimainkan di depan kalangan umum, masyarakat yang menonton dengan antusias menyaksikannya karena mereka merasa terhibur. Bahkan masih dalam konteks pawai tersebut, kita dapat menemukan fungsi musik yang lain. Kadang kala mereka (marching band Zipur I Dhira Dharma) diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai bersama. Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka jawaban yang kita dapat adalah kontribusi. Mereka harus memberikan kontribusi untuk meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu dapat


(19)

dikategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat,5 karena hal itu jelas sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai sistem nilai6

Dalam proses observasi yang saya jalani, saya menemukan beberapa kejadian dimana marching band Canka Dhira Dharma ini dimainkan. Di antaranya adalah, upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara Pedang Pora,

dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut, sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam menjaga kesinambungan terhadap masyarakat.

7

5

Fungsi pengintegrasian masyarakat merupakan salah satu dari sepuluh fungsi musik menurut Alan P Merriam. Pengintegrasian masyarakat dalam kegiatan yang mereka lakukan ini adalah sebagai kontribusi keebersamaan sosial antara angkatan perang dalam hal ini Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia, dengan masyarakat sipil. Artinya bahwa tentara dan rakyat perlu bekerjasama dalam rangka bela negara yang dikonsepkan sebagai wawasan nusantara, yaitu suiatu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Yang perlu dipertahankan adalah kesatuan sosial dan negara dari semua tantangan, gangguan, dan hambatan.

6

Dalam hal ini, sistem nilai yang dimaksud mengacu kepada nilai-nilai yang ada pada Pancasila yakni terutama pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah merupakan wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Intinya adalah segenap warga Indonesia adalah menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari negara bangsa ini. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan, dan juga merasa sebagai saudara dalam satu negara besar.

7

Upacara Pedang Pora adalah sebuah tradisi pada lingkungan perwira TNI untuk memberikan penghormatan ketika perwira tersebut sedang melangsungkan upacara Hari Ulang Tahun Komando Daerah Angkatan Militer (Kodam), upacara kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) TNI, pawai tahunan, pawai di kecamatan, mengikuti


(20)

acara festival, bahkan pada acara Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa marching band ini pada umumnya dimainkan pada upacara saja. Namun dari yang saya amati, saya menggolongkan jenis permainan drum band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya, yaitu tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini maksudnya adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara rutinitas yang berada di bawah naungan agenda Kodam/Yon Zipur. Contohnya seperti upacara setiap hari Senin, upacara setiap tanggal 17, Hari Ulang Tahun Kodam, upacara hari besar nasional, kunjungan Kasad, pada acara Pedang Pora, dan lain-lain. Sedangkan kategori tujuan non-militer adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda Kodam/Yon Zipur. Seperti contoh, pawai tahunan, pawai MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) dari kecamatan, undangan main dari luar, keikutsertaan dalam festival marching band, dan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya ada upacara sehingga marching band ikut diserta mainkan (pada 18 Maret 2013 yang lalu diadakan turnamen futsal terbuka di Yon Zipur, sebelum turnamen dimulai diadakan upacara terlebih dahulu).

Melihat uraian fungsional tersebut, penggunaan marching band pada militer saat ini sangat berkembang dan jauh berbeda dengan sejarah penggunaan

marching band pada awalnya. Tentu hal ini menurut saya menggenapi isi dari


(21)

budaya yang aktif.8

1.2Pokok Permasalahan

Penggunaan marching band (pada militer) yang semakin banyak inilah, yang menjadi latar belakang saya sehingga tertarik untuk mengkajinya lebih jauh dengan membuat sebuah kajian ilmiah dengan judul: Struktur Musik, Penggunaan, dan Fungsi Marching Band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD.

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka saya membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan. Adapun pokok permasalahan dalam tulisan ini sesuai dengan pendekatan Etnomusikologi adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD?

2. Bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer?

8

Music as creative activity (Merriam, 1960:10). Bahwa musik adalah

sebagai salah satu aktivitas kreatif di bidang seni, yang unsur utamanya adalah bunyi-bunyian. Musik sendiri biasanya dibentuk oleh dimensi ruang dan waktu. Ruang mencakup tangga nada dan elemen-elemennta, sedangkan waktu adalah mencakup cepat lambat, meter, waktu penyajian, tanda birama, dan lain-lain.


(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer,

2. Untuk mengetahui musik dan lagu-lagu yang disajikan oleh

marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi bahan infomasi tentang marching band (terlebih pada militer) yang dapat dipergunakan pada jurusan etnomusikologi . 2. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan etnomusikologi.

3. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para akademis, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan.

1.4Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Penulisan ini berisi suatu kajian tentang struktur musik serta penggunaan dan fungsi marching band pada militer, dalam hal ini studi kasus pada Yon Zipur


(23)

I Dhira Dharma. Pada umumnya marching band yang ada di Yon Zipur I Dhira Dharma ini, dimainkan saat adanya acara formalitas, yaitu dalam konteks upacara.

Meskipun penelitian ini berbicara tentang penggunaan dan fungsi, namun studi etnomusikologi dalam konteks musik tidak lepas dari tulisan ini. Kita tahu bahwa salah satu fokus materi pengkajian ilmu etnomusikologi adalah menganalisis tentang materi-materi musik itu sendiri baik berupa kajian instrumen ataupun unsur musik itu sendiri. Pada kasus ini saya akan lebih banyak membahas tentang unsur musik pada permainan marching band yang ada di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma . Struktur musik yang dimaksud pada judul tulisan ini memiliki maksud untuk mengungkapkan beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi sesuai dengan teori yang diungkapkan William P. Malm dalam teori weight scale. Teori tersebut mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada

(frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7)

formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Selain ITU JUGA AKAn diuraikan tentang struktur ritme yang dipakai dalam ensambel marching band ini.

Penggunaan yang dimaksud pada judul tulisan ini mengacu kepada pemakaian marching band pada setiap upacara yang diikuti oleh marching band Canka Dhira Dharma. Dalam kasus ini, penulis membahas kapan mereka bermain, di mana saja mereka bermain, dan bagaimana mereka menyajikan permainannya. Sedangkan fungsi yang dimaksud di sini adalah untuk menjelaskan tujuan dari


(24)

marching band itu dimainkan. Tujuan ini dijelaskan berdasarkan teori fungsi yang dijabarkan oleh Alan P. Merriam tentang sepuluh fungsi musik.

Marching band berasal dari kata marching dan band. Menurut Virginia

Tech Multimedia Music Dictionary, marching adalah berjalan berkeliling sambil

melakukan parade .Sedangkan band adalah kumpulan atau gabungan dari beberapa alat musik (dalam hal ini drum section dan brass section) .Kata band pada marching band ini juga memiliki makna sebagai bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder (Sudrajat, 2005). Beberapa alat musik yang terdapat pada marching band Yon Zipur I Dhira Dharma adalah snare drum, tenor/alto drum, bass drum, bellyra, dan thrumpet. Di samping itu, marching band yang terdapat pada Yon Zipur I Dhira Dharma ini memiliki unsur pendukung yang disebut color guard, yaitu sekelompok anggota

marching band yang khusus sebagai pelengkap kegiatan dengan menggunakan

tari dan atraksi. Selain itu terdapat juga seorang mayoret yaitu pemimpin atau komandan dari semua anggota marching band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain untuk memainkan alat musiknya. Namun dalam penyajiannya, marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini tidak selalu mengikutsertakan color guard dalam setiap permainannya. Mereka akan diikutsertakan ketika mengadakan pawai, atau ketika mengikuti acara festival.


(25)

Yon Zipur I Dhira Dharma nama satuan yang berdiri di bawah naungan Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Satuan ini dikenal dengan nama Zipur, yang merupakan singkatan dari zeni tempur. Kegiatan mereka berlokasi di Jalan Mesjid, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia.

1.4.2 Teori

Untuk mengkaji penggunaan dan fungsi ensambel musik pada tulisan ini, saya menggunakan teori fungsional yang dikemukakan oleh Alan P Merriam dalam bukunya yang berjudul The Anthropology of Music pada Bab XI dengan perikop uses and functions (penggunaan dan fungsi). Teori ini menjelaskan tentang kegunaan musik yang menyangkut cara pemakaian musik dalam konteksnya, sedangkan fungsi musik menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas. Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi musik pada umumnya, yaitu: (1) fungsi engungkapan emosional, (2) penghayatan estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7) norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat.

Dalam menganalisis aspek struktur musiknya, saya mengikuti teori yang dikemukakan oleh Malm (1977:8). Teori yang ditawarkan oleh Malm ini disebut

weighted scale (“bobot tangga nada”). Pada prinsipnya teori ini menganalisis


(26)

(2) nada dasar, (3) interval, (4) pola-pola kadens, (5) formula melodi, (6) kontur, (7) wilayah nada, dan (8) distribusi nada.

Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam segala aktivitas ensambel Zipur I Dhira Dharma, seperti pakaian, lambang macan, gerakan pedang Pora, warna, dan lain-lain, penulis menggunakan teori semiotika. Menurut Widaryanto (2007:170), penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari yang lainnya mestinya penting dikenali sebagai simbolisasi dari sebuah kelompok, simbol-simbol yang dipakai umumnya segera dapat dikenali dan tidak salah lagi dalam menandai suatu kelompok tersebut. Oleh karena itu, selain aspek musikologisnya, tulisan ini juga berbicara tentang semiologi, yaitu perlambangan. Teori ini dapat dipakai untuk mengkaji atribut-atribut yang digunakan pada seragam marching band yang dipakai oleh pemain musik, color guard, ataupun

mayoret. Secara keseluruhan, semua atribut yang digunakan berkaitan erat dengan

lambang batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Teori Semiotika ini juga dapat saya gunakan pada saat upacara Pedang Pora. Dalam upacara ini, ada beberapa gerakan yang dimainkan oleh anggota militer dengan menggunakan pedang. Gerakan-gerakan itu dilakukan saat mengiringi pengantin berjalan masuk ke dalam ruangan resepsi. Setiap gerakan memiliki makna-makna tersendiri dan identik dengan kehidupan seorang militer.


(27)

1.5. Metode dan Teknik Penelitian Lapangan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif, yakni menggambarkan keadaan bagaimana musik marching band ini dimainkan, lalu menganalisisnya kemudian berdasarkan teori yang dipelajari di dalam studi etnomusikologi. Data deskriptif (berupa kata-kata tertulis atau lisan) yang akan dianalisis tersebut diperoleh dengan cara penelitian kualitatif.

Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam upacara yang diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam upacara tersebut. Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu.

Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan beberpa tahapan kerja, yaitu: (1) studi kepustakaan; (2) teknik pengumpulan data berupa observasi, pemilihan informan, wawancara, perekaman, dan (3) kerja laboratorium. Studi lapangan adalah untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan penulis terutama yang berkaitan dengan musik dalam kemiliteran. Pengumpulan data di lapangan adalah untuk mendapatkan fenomena yang akan dianalisis baik itu guna, fungsi, maupun struktur musiknya. Selanjutnya dalam kerja laboratorium akan


(28)

dimuat oleh kerja seperti transkripsi, analisis, uraian sosial budaya, dan penulisan dalam bentuk skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan kerja di lapangan, saya terlebih dahulu melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari informasi dan referensi sebagai literatur untuk mendukung tulisan ini supaya relevan dengan permasalahan yang dibicarakan. Beberapa informasi dan referensi yang berhubungan dengan tulisan inin adalah sebagai berikut.

(1) Skripsi Inta Junia Hasugian yang berjudul “Deskripsi Pengelolaan Organisasi, Latihan, Serta Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan.” Di dalam skripsi ini Inta Junia Hasugian mendeskripsikan tata cara pengelolaan, dan latihan yang dilakukan kelompok Marching Band Sinar Husni Medan. Kemudian ia juga menganalisis beberapa lagu yang lazim digunakan oleh kelompok ini dalam pertunjukannya dengan pendekatan etnomusikologis.

(2) Diktat perkuliahan mata kuliah Etnomusikologi oleh A.M. Susilo Pradoko, M.Si. Dalam buku yang diunggah dalam bentuk PDF ini, Pradoko menjelaskan prinsip-prinsip dasar etnomusikologi, baik itu definisi, ruang lingkup kajian, dan terutama metode dan teori di dalam etnomusikologi.

(3) Alan P Merriam dalam bukunya yang bertajuk The Anthropology

of Music (1964), membahas secara luas apa itu etnomusikologi, metode dan teori


(29)

fungsi musik, musikd an dinamika kebudayaan, musik dan antarasa modalitas, dan lain-lain. Inti dari buku ini adalah bagaimana seorang etnomusikolog melihat musik dalam kebudayaan manusia, yang tujuannya adalah untuk memahami karakter manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu.

(4) Raoul F Camus dalam bukunya Military Music (1976). Dalam buku ini beliau banyak mengungkapkan sejarah musik militer yang terdapat di se antero dunia baik itu di belahan Amerika.

Mengenai penggunaan marching band di militer ini, saya mendapat informasi dari beberapa informan seperti Letnan Virgo sebagai koordinator sekaligus pelatih marching band Canka Dhira Dharma, Letnan Nurman sebagai calon koordinator, dan Sersan Antorikson Sinaga selaku mayoret pada marching band Canka Dhira Dharma.

1.5.2 Observasi

Saya melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian di mana

drum band ini akan bermain. Contoh kasus diantaranya, di KODAM Bukit

Barisan saat melakukan upacara rutinitas setiap tanggal 17 tiap bulannya, di Yon Zipur I Dhira Dharma Helvetia ketika melakukan upacara rutinitas setiap hari Senin, ketika melakukan pawai, dan pada saat melakukan upacara-upacara lainnya, di tempat di mana anggota militer melangsungkan acara pernikahannya dan dalam kasus ini saya pernah ikut menghadiri upacaranya di Jalan Kuini di Kota Binjai.


(30)

Dalam proses perekaman, saya menggunakan alat bantu pengamatan seperti kamera digital dan video kamera digital. Dengan menggunakan alat bantu pengamatan tersebut saya dapat mengumpulkan foto-foto, dan rekaman video yang dibutuhkan untuk mengumpulka data-data yang dibutuhkan dalam tulisan ini. Alat bantu yang dipakai adalah kamera Casio Exilim tipe EX-S880.

1.5.3 Wawancara

Dalam teknik wawancara, saya melakukan wawancara berencana di mana sebelumnya telah tersedia daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Namun dalam wawancara tersebut, pembicaraan bersifat informal dan spontan. Adakalanya pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pembicaraan, tetapi penulis tetap berpusat kepada inti permasalahan dan tujuan penelitian.

1.5.4 Kerja Laboratorium

Pada kerja laboratorium ini, seluruh data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang ada pada tulisan. Saya juga akan menganalisis struktur musik yang ada pada permainan drum band ini berdasarkan teori yang sesuai dengan ilmu Etnomusikologi.

Setelah melakukan analisis data tersebut, kemudian saya membuatnya ke dalam sebuah tulisan karya ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik penulisan secara ilmiah. Dengan demikian, diharapkan tulisan ini dapat mengembangkan wawasan pengetahuan di bidang Etnomusikologi.


(31)

BAB II

DESKRIPSI KODAM I BUKIT BARISAN, YON ZIPUR I DHIRA DHARMA, DAN KEBERADAAN MARCHING BAND

CANKA DHIRA DHARMA

2.1Komando Daerah Militer di Indonesia

Indonesia adalah negara persatuan dan kesatuan yang diberi nama lengkap sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara Indonesia ini memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Secara geografis terletak pada 6°LU sampai 11°LS dan 95°BT sampai 145°BT. Negara Republik Indonesia ini memiliki penduduk yang terdiri dari ribuan etnik dan bahasa, juga mendimai wilayah yang berupa kepulauan. Pulau-pulau besar di antaranya adalah Sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Irian Jaya), yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil.

Bentuk pemerintahan RI adalah republik yang berdasar kepada kabinet presidensial, yang berdasar kepada sistem demokrasi, dan pemilihan langsung. Kini Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, yang didukung oleh kabupaten dan kota, kecamatan, kelurahan dan pedesaan. Indonesia memiliki ideologi Pancasila, dan berdasarkan kepada konsep bhinneka tunggal ika yang artinya biar berbeda-beda tetap satu juga.

Belajar dari sejarah perjuangan bangsa, dalam membina persatuan dan kesatuan terdapat tantangan, gangguan, dan hambatan, yang berasal dari dalam


(32)

maupun dari luar negara ini. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia dipergunakan konsep pertahanan dan keamanan rakyat semesta (hankamrata). Termasuk di dalamnya dilakukan oleh TNI dan POLRI.

Dalam rangka memudahkan koordiasi tentara nasional ini, maka Pemerintah RI melalui Departemen Pertahanan dan Keamanan membagi wilayah militer seluruh Indonesia ke dalam 13 Komando Daerah Militer (Kodam) seperti terurai pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Tiga belas Kodam di Indonesia

No. Nama Kodam, Korem, atau Kodim Pusat Kedudukan

1 Kodam Iskandar Muda Banda Aceh Korem 011 Lilawangsa

Kodim 0102 Pidie Kodim 0103 Aceh Utara Kodim 0104 Aceh Timur Kodim 0106 Aceh Tengah Kodim 0108 Aceh Tenggara Kodim 0111 Bireuen Kodim 0113 Gayo Lues

Lhokseumawe

Korem 012 Teuku Umar

Kodim 0101 Aceh Besar Kodim 0105 Aceh Barat Kodim 0107 Aceh Selatan

Kodim 0109 Aceh Singkil Kodim 0110 Aceh Barat Daya

Kodim 0112 Sabang Kodim 0114 Aceh Jaya

Banda Aceh

2 Kodam I Bukit Barisan Medan Korem 022 Pantai Timur

Kodim 0202

Kodim 0203 Langkat Kodim 0204 Deli Serdang


(33)

Kodim 0208 Asahan Kodim 0209 Labuhan Batu

Korem 023 Kawal Samudera

Kodim 0205 Tanah Karo Kodim 0206 Dairi

Kodim 0210 Tapanuli Utara Kodim 0211 Tapanuli Tengah Kodim 0212 Tapanuli Selatan Kodim 0213 Nias

Sibolga

Korem 031 Wirabima

Kodim 0301 Pekanbaru Kodim 0302 Indragiri Hulu Kodim 0303 Bengkalis Kodim 0313 Kampar Kodim 0314 Indragiri Hilir

Pekanbaru

Korem 032 Wirabraja

Kodim 0304 Agam Kodim 0305 Pasaman Kodim 0306 Limapuluh Kota Kodim 0307 Tanah Datar Kodim 0308 Padang Pariaman Kodim 0309 Solok

Kodim 0310 Sawahlunto Kodim 0311 Pesisir Selatan Kodim 0312 Padang Kodim 0319 Mentawai Kodim 0320 Bukittinggi Kodim 0321 Pasaman Barat

Padang

Korem 033Wira Pratama

Kodim 0315 Kepulauan Riau Kodim 0316 Batam

Kodim 0317 Karimun Kodim 0318 Natuna

Tanjung Pinang

Kodim 0201 BS Medan

3 Kodam II Sriwijaya Palembang Korem 041 Garuda Emas

Kodim 0407 Bengkulu

Kodim 0408 Bengkulu Selatan Kodim 0409 Rejang Lebong Kodim 0423 Bengkulu Utara Kodim 0425 Seluma

Bengkulu

Korem 042 Garuda Putih

Kodim 0415 Batanghari


(34)

Kodim 0417 Kerinci

Kodim 1419 Tanjung Jabung Kodim 1420 Sarolangun Bangko

Korem 043 Garuda Hitam

Kodim 0410 Bandar Lampung Kodim 0411 Lampung Tengah Kodim 0412 Lampung Utara Kodim 0421 Lampung Selatan Kodim 0422 Lampung Barat Kodim 0424 Tanggamus Kodim 0426 Tulang Bawang Kodim 0427 Waykanan

Bandar Lampung

Korem 044 Garuda Dempo

Kodim 0401 Musi Banyuasin Kodim 0402 Ogan Komering Ilir Kodim 0403 Ogan Komering Ulu Kodim 0404 Muara Enim Kodim 0405 Lahat Kodim 0406 Musi Rawas Kodim 0418 Palembang

Palembang

Korem 045 Garuda Jaya

Kodim 0413 Bangka Kodim 0414 Belitung

Pangkal Pinang

4 Kodam Jaya Jakarta

Korem 051 Wijayakarta

Kodim 0504 Jakarta Selatan Kodim 0505 Jakarta Timur Kodim 0507 Bekasi Kodim 0508 Depok

Bekasi

Korem 052 Wijayakrama

Kodim 0502 Jakarta Utara Kodim 0503 Jakarta Barat Kodim 0504 Tangerang

Tangerang

Kodim 0501 Jakarta Pusat

5 Kodam III Siliwangi Bandung Korem 061 Suryakencana

Kodim 0606 Kota Bogor Kodim 0607 Sukabumi Kodim 0608 Cianjur

Kodim 0621 Kabupaten Bogor

Bogor

Korem 062 Tarumanegara

Kodim 0609 Kabupaten Bandung


(35)

Kodim 0611 Garut Kodim 0612 Tasikmalaya Kodim 0613 Ciamis

Korem 063 Sunan Gunung Jati

Kodim 0604 Karawang Kodim 0605 Subang Kodim 0614 Kota Cirebon Kodim 0615 Kuningan Kodim 0616 Indramayu Kodim 0617 Majalengka Kodim 0619 Purwakarta

Kodim 0620 Kabupaten Cirebon

Cirebon

Korem 064 Maulana Yusuf

Kodim 0601 Pandeglang Kodim 0602 Serang Kodim 0603 Lebak Kodim 0623 Cilegon v

Serang

Kodim 0618 BS Kota Bandung

6 Kodam IV Diponegoro Semarang Korem 071 Wijayakusuma

Kodim 0701 Banyumas Kodim 0702 Purbalingga Kodim 0703 Cilacap Kodim 0704 Banjarnegara Kodim 0710 Pekalongan Kodim 0711 Pemalang Kodim 0712 Tegal Kodim 0713 Brebes Kodim 0736 Batang

Purwokerto

Korem 072

Pamungkas

Kodim 0705 Magelang Kodim 0706 Temanggung Kodim 0707 Wonosobo Kodim 0708 Purworejo Kodim 0709 Kebumen Kodim 0729 Bantul Kodim 0730 Gunung Kidul Kodim 0731 Kulon Progo Kodim 0732 Sleman Kodim 0734 Yogyakarta

Yogyakarta

Korem 073 Makutarama

Kodim 0714 Salatiga


(36)

Kodim 0716 Demak Kodim 0717 Purwodadi Kodim 0718 Pati Kodim 0719 Jepara Kodim 0720 Rembang Kodim 0721 Blora Kodim 0722 Kudus

Korem 074 Warastratama

Kodim 0723 Klaten Kodim 0724 Boyolali Kodim 0725 Sragen Kodim 0726 Sukoharjo Kodim 0727 Karang Anyar Kodim 0728 Wonogiri Kodim 0735 Surakarta

Surakarta

Kodim 0733 BS Kota Semarang

7 Kodam V Brawijaya Surabaya Korem 081 Dhirot Saha Jaya

Kodim 0801 Pacitan Kodim 0802 Ponorogo Kodim 0803 Madiun Kodim 0805 Ngawi Kodim 0806 Trenggalek Kodim 0807 Tulungagung Kodim 0808 Blitar

Kodim 0810 Nganjuk

Madiun

Korem 082 Citra Panca Yudha Jaya

Kodim 0809 Kediri Kodim 0811 Tuban Kodim 0812 Lamongan Kodim 0813 Bojonegoro Kodim 0814 Jombang Kodim 0815 Mojokerto

Mojokerto

Korem 083 Bala Dika Jaya

Kodim 0818 Kabupaten Malang Kodim 0819 Pasuruan

Kodim 0820 Probolinggo Kodim 0821 Lumajang Kodim 0822 Bondowoso Kodim 0823 Situbondo Kodim 0824 Jember Kodim 0825 Banyuwangi Kodim 0833 Kota Malang


(37)

Korem 084 Bhaskara Jaya

Kodim 0816 Sidoarjo Kodim 0817 Gresik Kodim 0826 Pamekasan Kodim 0827 Sumenep

Kodim 08x1428 Sampang

Kodim 0829 Bangkalan Kodim 0830 Surabaya Utara Kodim 0831 Surabaya Timur Kodim 0832 Surabaya Selatan

Surabaya

8 Kodam VI Mulawarman Balikpapan Korem 091 Aji Surya Natakesuma

Kodim 0901 Samarinda Kodim 0902 Tanjung Redeb Kodim 0903 Tanjung Selor Kodim 0904 Tanah Grogot Kodim 0905 Balikpapan Kodim 0906 Tenggarong Kodim 0907 Tarakazn Kodim 0908 Bontang Kodim 0909 Sangatta Kodim 0910 Malinau Kodim 0911 Nunukan

Samarinda

Korem 101 Antasari

Kodim 1001 Amuntai Kodim 1002 Barabai Kodim 1003 Kandangan Kodim 1004 Kotabaru Kodim 1005 Marabahan Kodim 1006 Martapura Kodim 1007 Banjarmasin Kodim 1008 Tanjung Kodim 1009 Pelaihari Kodim 1010 Rantau

Banjarmasin

9 Kodam VII Wirabuana Makassar Korem 131 Santiago

Kodim 1301 Sangihe Talaud Kodim 1302 Minahasa

Kodim 1303 Bolaang Mongondow Kodim 1304 Gorontalo

Kodim 1309 Manado Kodim 1310 Bitung

Manado


(38)

Kodim 1306 Donggala Kodim 1307 Poso

Kodim 1308 Luwuk Banggai

Korem 141 Toddopuli

Kodim 1406 Wajo Kodim 1407 Bone Kodim 1409 Gowa Kodim 1410 Bantaeng Kodim 1411 Bulukumba Kodim 1415 Selayar Kodim 1422 Maros Kodim 1423 Soppeng Kodim 1424 Sinjai Kodim 1425 Jeneponto Kodim 1426 Takalar

Watampone

Korem 142 Taroada Tarogau

Kodim 1401 Majene Kodim 1402 Polmas Kodim 1403 Luwu Kodim 1404 Pinrang Kodim 1405 Pare-Pare Kodim 1414 Tana Toraja Kodim 1418 Mamuju Kodim 1419 Enrekang Kodim 1420 Sidrap Kodim 1421 Pangkep

Pare-Pare

Korem 143 Haluoleo

Kodim 1412 Kolaka Kodim 1413 Buton Kodim 1416 Muna Kodim 1417 Kendari

Kendari

Kodim 1408 BS Makassar

10 Kodam IX Udayana Denpasar Korem 161 Wirasakti

Kodim 1601 Sumba Timur Kodim 1602 Ende

Kodim 1603 Sikka Kodim 1604 Kupang Kodim 1605 Belu Kodim 1612 Manggarai Kodim 1613 Sumba Barat Kodim 1618 Timor Tengah Utara Kodim 1621 Timor Tengah Selatan


(39)

Kodim 1624 Larantuka Kodim 1625 Ngada

Korem 162 Wirabhakti

Kodim 1606 Lombok Barat Kodim 1607 Sumbawa Kodim 1608 Bima Kodim 1614 Dompu

Kodim 1615 Lombok Timur Kodim 1620 Lombok Tengah

Mataram

Korem 163 Wirasatya

Kodim 1609 Buleleng Kodim 1610 Klungkung Kodim 1611 Badung Kodim 1616 Gianyar Kodim 1617 Jembrana Kodim 1619

Tabanan Kodim 1623 Karangasem

Kodim 1626 Bangli

Denpasar

11 Kodam XII Tanjungpura Pontianak Korem 102 Panju Panjung

Kodim 1011 Kuala Kapuas Kodim 1012 Buntok Kodim 1013 Muara Teweh Kodim 1014 Pangkalan Bun Kodim 1015 Sampit

Kodim 1016 Palangkaraya

Palangkaraya

Korem 121 Alambhana Wanawai

Kodim 1201 Mempawah Kodim 1202 Sambas Kodim 1203 Ketapang Kodim 1204 Sanggau Kodim 1205 Sintang Kodim 1206 Putussibau Kodim 1207 Pontianak

Sintang

12 Kodam XVI Patimura Ambon Korem 151 Binaya

Kodim 1502 Masohi Kodim 1503 Tual Kodim 1504 Ambon Kodim 1506 Namlea Kodim 1507 Saumlaki

Ambon


(40)

Kodim 1505 Tidore Kodim 1508 Tobelo Kodim 1509 Labuha

13 Kodam XVII Cendrawasih Jayapura

Korem 171 Praja Vira Tama

Kodim 1703 Manokwari Kodim 1704 Sorong Kodim 1710 Fak-Fak Kodim 1713 Kaimana

Sorong

Korem 172 Praja Wira Yakthi

Kodim 1701 Jayapura Kodim 1702 Jayawijaya Kodim 1712 Sarmi

Jayapura

Korem 173 Praja Vira Braja

Kodim 1705 Paniai Kodim 1708 Biak Numfor Kodim 1709 Yapen Waropen

Biak

Korem 174 Anim Ti Waninggap

Kodim 1707 Merauke Kodim 1710 Mimika Kodim 1711 Boven Digul

sumber: KODAM I Bukit Barisan, 2013

2.2 Sejarah Kodam Bukit Barisan

Sejarah kelahiran Kodam I/Bukit Barisan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yang diploklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kelahiran Kodam I/BB pada awalnya disemangati oleh keinginan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Pada saat yang sama Pemerintah RI yang masih seumur jagung tersebut membuat kebijaksanaan tentang pentingnya menghimpun seluruh potensi kekuatan nasional. Dalam kerangka inilah lahir kelaskaran dan Tentara Keamanaan Rakyat yang pada gilirannya berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia. Selanjutnya Tentara Republik Indonesia ini berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia.


(41)

Kelahiran Kodam I/BB tentu saja melalui proses yang cukup panjang. Berbagai macam rintangan telah dilewati pejuang-pejuang RI. Diawali dengan perang kemerdekaan sampai pada era perjuangan mempertahankan Negara Kesatuan RI. Setelah adanya pengakuan pemerintah Belanda kepada Pemerintah RI, maka seluruh kekuatan bersenjata yang berada di Sumatera Utara dihimpun menjadi Komando Tentara Teritorium Sumatera Utara (Ko T.T/SU). Peristiwa ini terjadi pada tahun 1950. Dari sinilah cikal bakal lahirnya Kodam I/BB9

Menyadari kuatnya ancaman tentara Sekutu, pemerintah RI akhirnya membentuk apa yang disebut dengan Tantara Keamanan Rakyat. Sejak saat ini, pasukan-pasukan besenjata yang ada segera direorganisasi sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Berdasarkan instruksi Presiden, konsolidasi TKR dan

.

Kedatangan tentara sekutu ke Medan telah memantik semangat juang rakyat di daerah ini. Pertempuran menjadi tak terhindarkan. Sejarah dengan cukup baik merekam berbagai macam peristiwa pertempuran di beberapa tempat seperti di Marendal, Tanjung Morawa, Tiga Panah dan beberapa daerah lainnya. Pada saat itu jelas terlihat bagimana gigihnya pejuang Indonesia mempertahankan kemerdekaan RI. Peristiwa di jalan Bali pada tanggal 13 Oktober 1945, peristiwa di Siantar Hotel tanggal 15 Oktober 1945, dan peristiwa di Matahari Hotel Berastagi pada tanggal 23 Nopember menjadi saksi dan bukti sejarah bagaimana semangat patriotisme dan pantang menyerah ditunjukkan pejuang-pejuang Indonesia. Pertempuran inilah yang kemudian dikenal dengan Palagan Medan Area.


(42)

penyatuan seluruh kekuatan bersenjata di dalam kesatuan komando segera dilakukan. Peyusunan kekuatan ini terlaksana dengan baik, karena pada waktu itu terjadi gencatan senjata. Tentara Republik Indonesia tentu tidak menyia-yiakan kesempatan yang cukup berharga tersebut. Hasilnya sebagian BKR dan Badan-badan perjuangan telah terbentuk seperti : TKR Divisi V di Aceh, TKR Divisi IV di Sumatera Utara, TKR Divisi VI di Tapanuli dan TKR Divisi III di Sumatera tengah.

Pada tanggal 20 Juni 1950 diresmikan lambang Bukit Barisan sebagai lambang Komando Tentara Teritorium I/Sumatera Utara, dengan diberi nama Komando Tentara Teritorium I/Bukit Barisan. Tanggal 20 Juni ditetapkan menjadi hari jadi Kodam I/BB. Dalam rangka menghadapi sisa-sisa pemberontakan PRRI dan pemulihan keamanan wilayah, Kodam I/BB membentuk Komando Daerah Pertempuran (KODP) I s/d IV. Selanjutnya pada tahun 1961 berdasarkan keputusan KASAD, dibentuklah Komando Resort Militer (KOREM) sehingga terjadi perubahan sebagai berikut:10

Setahun berselang, tepatnya pada tanggal 28 April 1962, berdasarkan surat keputusan Pangdam II/BB KPTS/0094/4/1962 kembali diadakan perubahan nama sebagi berikut:

1. KDOP I menjadi Korem C di Medan.

2. KDOP II menjadi Korem A di Pematang Siantar. 3. KDOP III menjadi Korem B di Padang Sidempuan. 4. KDOP IV menjadi Korem D di Pulau Raja.


(43)

1. Korem A menjadi Korem 021/PT. 2. Korem B menjadi Korem 022/KS. 3. Korem C menjadi Korem 023/DT. 4. Korem D menjadi Brigif 7/RR.

Pada tanggal 26 Juli 1969 Kodam II/BB dianugrahi Bintang Jasa SAMKARYA NUGRAH oleh Presiden republik Indonesia atas jasa-jasa dan perjuangannya di dalam membela dan mempertahankan Negara. Pada tanggal 18 September 1969 lahir motto Kodam II/BB “Patah Tumbuh Hilang Berganti.”

2.2.1 Visi dan Misi Komando Daerah Militer Bukit Barisan

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki Visi dan Misi sebagai berikut.11

1. Mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan jajaran TNI Angkatan Darat yang profesional dan modern dalam penyelenggaraan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di darat.

Visi: Solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan kebangsaan dan dicintai rakyat

Misi:

2. Meningkatkan dan memperkokoh jatidiri prajurit TNI Angkatan Darat yang tangguh, yang memiliki keunggulan moral, rela berkorban dan


(44)

pantang menyerah dalam menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan integritas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

3. Mewujudkan kualitas TNI Angkatan Darat yang memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan prajurit melalui pembinaan doktrin, pendidikan dan latihan yang sistematis, dan meningkatkan kesejahteraannya.

4. Mewujudkan kesiapan operasional peningkatan ancaman baik dalam bentuk ancaman tradisional maupun ancaman non tradisional. Mewujudkan kerjasama militer dengan negara-negara sahabat baik dalam rangka confidence building measure (CBM), maupun untuk meningkatkan profesionalitas prajurit.

5. Mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai roh kekuatan TNI AD dalam rangka pertahanan negara.

2.2.2 Kode Etik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

Di samping memiliki visi dan misi, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki beberapa kode etik yang dijadikan sebagai landasan dan janji setia para tentara. Kode etik tersebut meliputi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI. Sapta Marga tersebut adalah12

1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Bersendikan Pancasila.

:


(45)

2. Kami Patriot Indonesia Pendukung Serta Pembela Ideologi Negara, Yang Bertanggung Jawab Dan Tidak Mengenal Menyerah.

3. Kami Kesatria Indonesia Yang Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Serta Membela Kejujuran, Kebenaran Dan Keadilan.

4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Adalah Bhayangkari Negara Dan Bangsa Indonesia.

5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Memegang Teguh Disiplin, Patuh Dan Taat Kepada Pimpinan Serta Menjunjung Tinggi Sikap Dan Kehormatan Prajurit.

6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Keperwiraan Di Dalam Melaksanakan Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada Negara Dan Bangsa.

7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia Dan Menepati Janji Serta Sumpah Prajurit.

Sedangkan Sumpah Prajurit terdiri atas:

1. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

2. Tunduk kepada hokum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. 3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.

4. Menjalankan segala kewajiban dengan rasa penuh tanggung jawab kepaada tentara dan Negara Republik Indonesia.


(46)

Yang terakhir Delapan Wajib TNI meliputi:13 1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.

2. Bersikap sopan santun terhadap rakya. 3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita. 4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.

5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. 6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.

7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.

8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi masalah dan kesulitan rakyat di sekelilingnya.

2.2.3 Tugas Pokok Tentara Nasional Indonesia

Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas-tugas pokok tersebut seuai dengan PPPA TNI AD TA 2012 berdasarkan Peraturan Kasad nomor Perkasad/125/XII/2011 tanggal 21 Desember 2011 meliputi:14

13

Website TNI AD


(47)

1. Melaksanakan tugas TNI Matra Darat bidang pertahanan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

a) Memelihara dan meningkatkan kemampuan Satintel untuk melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini dari setiap gejala kerawanan dan ancaman agar tidak berkembang menjadi ancaman nyata.

b) Menyiapkan satuan-satuan operasional baik kekuatan terpusat maupun kekuatan kewilayahan khususnya di daerah rawan konflik, rawan separatis, perbatasan dan pulau-pulau terluar sesuai dengan ekalasi ancaman.

c) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional ngkatan Darat yang professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan, menata organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala bentuk ancaman.

d) Menyiapkan satuan dalam rangka Kerasama Militer Internasional dengan Angkatan Bersenjata negara sahabat dan melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebiakan politik luar negeri.

e) Menyiapkan satuan operasional dalam rangka mengatasi pemberontak bersenjata, gerakan separatis bersenjata dan aksi terorisme.

f) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya serta tamu Negara setingkat Kepala


(48)

Negara dan Perwakilan Pemerintahan Asing yang sedang berada di Indonesia.

g) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas perbantuan kepada Polri atas permintaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

h) Menyiapkan dan menyiagakan satuan dalam rangka tugas membantu pemerintah menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan serta pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan.

i) Membantu tugas pemerintah di daerah melalui program Operasi Bakti TNI dan Karya Bakti TNI.

2. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan Negara lain dan pulau-pulau terluar.

a) Menyiapkan satuan-satuan Angkatan Darat untuk melaksanakan operasi pengamanan wilayah perbatasan Papua-PNG, Kalimantan-Malaysia, NTT-RTDL dan pengamanan pulau-pulau terluar.

b) Membangun pos-pos perbatasan dan satuan-satuan baru di wilayah perbatasan.

c) Melanjutkan pemetaan wilayah perbatasan.

3. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat.

a) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional TNI AD yang professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan, menata


(49)

organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala bentuk ancaman.

b) Melanjutkan reformasi internal dalam tubuh TNI AD yang meliputi aspek structural, doktrin, dan cultural serta hukum upaya membangun jati diri TNI AD.

c) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan latihan baik di pusat maupun daerah dalam rangka memelihara profeionalisme prajurit.

4. Melaksanakan tugas TNI dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

a) Membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan aspek darat yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya untuk melaksanakan Operasi Militer untuk Perang, yang pelaksanaannya didasarkan atas kepentingan pertahanan negara sesuai Sistem Pertahanan Semesta.

b) Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara waib bagi warga negara dengan peraturan perundang-undangan. c) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan

pendukung sesuai dengan perundang-undangan.

d) Membantu tugas pemerintah untuk member bantuan kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, merehabilitasi


(50)

infrastruktur dan mengatasi masalah akibat pemogokan serta konflik komunal.

e) Membangun, memelihara, meningkatkan dan memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

2.3 Deskripsi Yon Zipur I Dhira Dharma

Yonzipur 1/DD adalah satuan bantuan tempur di bawah Kodam I/BB yang memiliki tugas pokok memperbesar daya gerak satuan sendiri dan memperkecil daya gerak pasukan musuh dengan melaksanakan konstruksi, destruksi dan nuklir biologi kimia serta membantu mempertahankan kelangsungan hidup dan mempertinggi kemampuan operasi satuan Kodam I/BB. Sebagai satuan zeni yang profesional dan penuh pengalaman, Yonzipur 1/DD selalu berusaha memberikan yang terbaik sebagai mitra masyarakat melalui profesionalisme, mutu layanan dan hasil pekerjaan.

Langkah-langkah strategis yang diambil komandan satuan,adalah selalu memperluas dan secara konsisten meningkatkan kualitas, mutu hasil pekerjaan melalui pengembangan metode kerja yang profesional, inovatif, kreatif dan teruji serta bertanggung jawab dengan dukungan perwira-perwira satuan yang mempunyai kualifikasi di bidang zeni (teknik) serta prajurit satuan yang berkualitas. Sebagai aset terpenting dalam satuan sumber daya manusia, prajurit yang profesional merupakan perhatian satuan untuk selalu meningkatkan kinerja prajurit melalui penugasan yang tepat,mengusahakan terpenuhinya uji kompetensi jabatan dan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pelatihan yang


(51)

dibutuhkan dengan tidak lupa selalu berusaha menyesuaikan dengan update teknologi.

2.3.1 Visi dan Misi Zipur I Dhira Dharma

Zipur I Dhira Dharma memiliki visi dan misi sebagai berikut:15

1. Selalu mengutamakan ketepatan mutu dan waktu dalam setiap pekerjaan serta mengedepankan kepuasan mitra kerja dengan mengembangkan sumber daya manusia yang semngat, profesional, pantang menyerah, berdedikasi dan tangguh.

Visi: memberikan yang terbaik untuk mutu pelayanan serta menjadi mitra kerja yang bertanggungjawab.

Misi:

2. Menjadi satuan yang konsisten solid dan bertanggung jawabuntuk menghasilkan mutu dan pekerjaan sesuai harapan mitra kerja dan masyarakat.

3. Menciptakan rasa aman bagi mitra kerja kami, mengembangkan kreativitas, inovasi dan kreasi dalam pencapaian sasaran tugas sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(52)

2.3.2 Struktur Organisasi Yon Zipur I Dhira Dharma

Satuan Yon Zipur I Dhira Dharma memiliki kelompok komando yang disusun dalam sebuah struktur organisasi sebagai berikut16

Menurut informasi dari Persatuan Drumband Indonesia (PDBI), drumband di Indonesia sudah memiliki banyak penggemar ketika organisasi ini belum terbentuk pada bulan desember tahun1977. Pada saat itu dinas olahraga DKI Jaya dan KONI DKI Jaya beserta Yayasan Dharma Wanodya (sebuah perkumpulan Drumband di Jakarta), mengambil prakarsa untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh perkumpulan drumband yang ada di DKI Jakarta Raya untuk membentuk

: Komandan : Myr Czi Mahfud Ghozali

Wadan : Myr Czi Edward Rindang S Pasi Intel : Ltt Czi Ari S

Pasi Ops : Ltt Czi Vispayudha Pasi Pers : Ltt Czi Arie Y Pasi Log : Ltt Czi Erwan Danki Markas : Kpt Czi Naspi Danki Bant : Kpt Czi Ramdhani Danki Zipur A : Ltt Czi Sunandar Danki Zipur B : Kpt Czi Fajar M Danki Zipur C : Kpt Czi Tobing

2.4 Sejarah Lahirnya Marching Band di Indonesia


(53)

wadah organisasi drumband. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Oktober 1977. Akhirnya organisasi itu terbentuk dengan nama PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia) melalui S.K. Gubernur KDH DKI Jaya No. 700 yang isinya menentukan bahwa kegiatan drumband dibina oleh Dinas Olahraga dan KONI DKI Jaya.

Pada saat setelah terbentuknya organisasi PDBI ini, diadakan hubungan dengan semua Bupati maupun Walikota seluruh wilayah Indonesia. Hal ini mendapat tanggapan positif, dan terdaftar 400 unit drumband yang tersebar di 25 prospinsi. Melihat hal ini, penulis beranggapan bahwa dengan adanya 400 unit drumband yang tersebar pada tahun1977, sangat memungkinkan bahwa jauh sebelum tahun itu drumband sudah ada di Indonesia.

Menurut Inta (2011:39), di Indonesia pada awalnya maching band lahir pada masa penjajahan Belanda. Pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda tersebut, corps music sangat dibutuhkan untuk mengiringi upacara-upacara pemerintahan. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibentuklah corp musik dengan para pemain adalah pemain lokal Indonesia. Saat itu pemain alat musik tiup sangat sedikit, sehingga corp musik tersebut dibuat hanya dengan menggunakan alat musik pukul (drum). Dengan begitu mereka menamakan kelompok alat musik ini dengan sebutan ‘drum band’. Namun dalam perkembangannya akhirnya dimasukkanlah alat-alat music tiup. Pada masa itu, istana-istana kerajaan yang ada di Jawa juga ikut membentuk drum band, dimana drum band ini dimainkan oleh para prajurit istana kerajaan Jawa. Tidak hanya


(54)

berhenti sampai di istana, drum band juga akhirnya berkembang di sekolah-sekolah dan masyarakat umum di Indonesia.

2.4.1 Istilah Drum Band, Brass Band, dan Marching Band

Pada dasarnya drum band dan brass band adalah sama-sama sebuah ansambel yang mana komposisi alat musiknya tidak jauh berbeda. Kedua ansambel ini sama-sama terdiri atas sekelompok alat musik pukul/tabuh dan sekelompok alat musik tiup (pada umumnya alat musik tiup dari logam). Namun dalam permainanya, kedua ansambel ini akan jelas terlihat perbedaannya ketika drum band atau brass band tersebut dimainkan. Pada ansambel drum band misalnya, ketika dimainkan kita akan dapat merasakan bahwa suara alat musik pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum,ataupun bellyra) akan sangat mendominasi dibandingkan dengan suara alat musik tiup. Dan kita akan dapat melihat bahwa alat musik tiup hanya berperan sebagai alat musik pendukung dan pelengkap. Begitu juga sebaliknya, ketika ansambel brass band dimainkan maka alat musik pukul hanya akan berperan sebagai alat musik pendukung dan pelengkap. Selain itu, jumlah komposisi alat musik yang digunakan juga dapat kita lihat dalam membedakan kedua ansambel ini. Pada drum band, jumlah komposisi alat musik pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum, ataupun bellyra) akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah komposisi alat musik tiup (terompet, tuba,klarinet,pianika, dll). Demikian sebaliknya pada jumlah komposisi perbedaan jumlah alat musik pada ansambel brass band.


(55)

Lain halnya dengan marching band, ansambel ini merupakan gabungan dari kedua ansambel drum band dan ansambel brass band. Pada marching band, distribusi penggunaan alat musik pukul/tabuh dan alat musik tiup sama-sama saling melengkapi satu sama lain. Dalam permainannya, ada saatnya ketika alat musik pukul/tabuh yang mendominasi, dan ada juga saatnya alat musik tiup yang mendominasi. Menurut sejarahnya (Reza Qumilar 2010), marching band bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain music secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalanan waktu,

marching band berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di

masa-masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudianmenjadi awal munculnya marching band saat ini.

Untuk memperjelas definisi dari ketiga istilah drum band, brass band, dan marching band, maka di bawah ini akan dijelaskan pengertian dari ketiga istilah tersebut berdasarkan etimologi katanya (menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary) :

a) Drum band berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal.


(56)

b) Brass band berasal dari kata brass dan band. Brass berarti sebuah alat musik yang ditiup (alat musik yang terbuat dari logam). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal.

c) Marching band berasal dari kata marching dan band. Marching berarti berbaris, sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal.

2.4.2 Keberadaan Marching Band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD 2.4.2.1 Sejarah Terbentuknya Marching Band Canka Dhira Dharma Yon

Zipur I/D

Menurut Letnan Virgo17

17

Hasil wawancara tanggal 26 Maret 2013 di markas batalyon Yon Zipur I , selaku seorang danton pada marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD, keberadaan munculnya marching band di batalyon Zipur I Dhira Dharma ini tidak lepas dari pengaruh marching band Canka Lokananta yang berada di kota Magelang. Marching band yang menjadi kebanggaan para taruna AKMIL tersebut sukses menjadi icon bagi marching band militer TNI Angkatan Darat di Indonesia. Hal tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi berbagai satuan batalyon di berbagai tempat untuk memiliki marching band sendiri.


(57)

Pada awalnya, Komando Daerah Militer Bukit Barisan hanya memiliki korps musik (korsik) yang penggunaannya hanya sebatas untuk mengiringi upacara saja. Masih menurut beliau18, selanjutnya lulusan-lulusan akmil dari kota Magelang yang berada di Yon Zipur inilah yang mengeluarkan gagasan atau ide untuk membentuk sebuah drum band di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Drum band ini diharapkan nantinya tidak hanya berfungsi sebagai pengiring untuk upacara saja, namun sifatnya sudah multifungsi yakni untuk mengikuti parade-parade, festival, dan acara lainnya. Dengan adanya ide atau gagasan dari beberapa akmil lulusan Magelang tersebut19, maka terbentuklah marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD. Menurut Sersan Antorikson Sinaga20

18

Hasil wawancara dengan Letnan Virgo pada 9 Juli 2013 di batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma

19

Ide atau gagasan dari para akmil tersebut dapat dipertanggung-jawabkan karena mereka sendiri sudah dilatih untuk bermain drum band ketika masih dibina di Akademi Militer di Magelang.

20

Hasil wawancara tanggal 12 Februari 2013 di markas batalyon Yon , marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD ini dibentuk sejak tahun 2010 silam. Pada waktu itu marching band ini berada dibawah bimbingan dan asuhan Danyon Zipur I/DD Letkol Czi A. Rizal Ramdhani dengan pelatih Letda Czi Andria Sandiawan. Pada saat itu jumlah personilnya 48 orang dengan susunan formasi mayoret dipegang oleh Serda A. R. Sinaga.


(58)

2.4.2.2 Kepengurusan dan Keanggotaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma

Secara umum, struktur organisasi marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD sangat sederhana, hanya terdiri dari penanggung jawab yang diisi oleh komandan batalyon, seksi operasi yang bertugas untuk mengatur jadwal operasi kapan marching band ini akan bermain, danki drumband yaitu tempat koordinator memberikan laporan, koordinator drumband yaitu pelatih pemain marching band, dan hierarki yang terakhir adalah pemain itu sendiri.


(59)

Bagan 2.1:

Struktur Organisasi Drum Band Canka Dhira Dharma


(60)

Keanggotaan marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD haruslah seorang anggota militer yang lajang21

Adapun beberapa alat musik yang dimiliki oleh satuan batalyon ini terdiri dari 16 buah snare drum, 8 buah tenor drum, 8 buah bass drum, 12 buah bellyra, . Pada saat masuknya anggota militer angkatan yang baru, semua mereka akan langsung dibina dan dididik untuk mendapatkan pelajaran bagaimana bermain marching band. Dari hasil itu akan diperoleh data siapa yang layak untuk dimasukkan ke dalam anggota marching band.

Jadwal latihan yang dilaksanakan oleh marching band Canka Dhira Dharma ini biasanya diadakan setiap hari sabtunya. Mereka mengadakan latihan setiap sekali seminggu (di lapangan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma) dan biasanya mereka akan melatih lagu-lagu yang akan dimainkan pada upacara hari seninnya ataupun untuk dimainkan pada acara-acara yang akan mereka ikuti. Disamping itu, marching band ini juga terkadang melakukan sesi latihan di lapangan KODAM Bukit Barisan untuk menggelar latihan bersama jika adaupacara-upacara besar. Misalnya pada bulan Februari 2013 silam, mereka menggelar latihan bersama di KODAM beserta dengan seluruh anggota militer dari berbagai satuan batalyon untuk menyambut kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).

2.4.2.3 Klasifikasi Alat Musik dan Lagu Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma

21


(61)

dan 16 buah terompet. Sedangkan perlengkapan lain seperti atribut terdiri dari jubah harimau, jubah macan tutul, jubah elang, sarung tangan harimau, stick atau tongkat mayoret, serta berbagai perhiasan untuk alat musik yang dipakai.

Pada umumnya marching band Canka Dhira Dharma ini memiliki lagu-lagu yang bertemakan nasionalisme atau yang disebut dengan lagu nasional. Lagu-lagu tersebut dimainkan pada saat mengikuti upacara seperti upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara hari besar nasional, dan upacara-upacara yang bersifat formal lainnya. Dan ketika mereka mengadakan pawai (display), mengikuti suatu kegiatan untuk acara pembukaan untuk tujuan hiburan, dan bahkan saat mengikuti festival, marching band ini memainkan lagu tersendiri. Pada upacara Pedang Pora, mereka memainkan lagu yang secara khusus hanya dimainkan pada upacara tersebut . Menurut Letnan Virgo, secara keseluruhan daftar lagu-lagu yang dimainkan oleh marching band Canka Dhira Dharma diambil dan mengikuti lagu-lagu yang ada pada marching band Canka Lokananta yang berada di Magelang. Dan sejauh ini menurut pengamatan penulis, marching band ini memiliki tiga kategori lagu yang dibawakan pada saat bermain, yaitu : (1) kategori lagu nasional, yaitu dimainkan pada saat mengikuti upacara formal atau rutinitas ; (2) kategori lagu display, yaitu lagu yang dimainkan pada saat pawai atau untuk tujuan hiburan lainnya ; (3) kategori lagu yang dibawakan pada saat upacara Pedang Pora saja.


(62)

BAB III

ANALISIS STRUKTUR MUSIK MARCHING BAND ZIPUR I DHIRA DHARMA

3.1 Transkripsi dan Analisis

Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu. Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam setiap kegiatan yang diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam kegiatan tersebut.

Penulis memilih notasi musik Barat sebagai acuan notasi penulisan transkripsi didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu : (1) Notasi ini sudah lazim dikenal dalam dunia musik sehingga secara umum telah dikenal oleh masyarakat luas, khususnya yang menaruh minat dalam menulis dan membaca tentang musik; (2) Notasi ini memberikan beberapa kemudahan, diantaranya dalam penulisan gerakan melodi (kantur) baik menaik atau menurun dapat diketahui dengan jelas, serta membantu dalam kemudahan dalam usaha penganalisaan.

Dalam melakukan penotasian tersebut, penulis memiliki alasan yang mengacu kepada sebuah artikel “The Purpose of Transcription” tulisan Pandora Hopkins di dalam Jurnal for The Society of Ethnomusicology (1966 : 316). Dia


(63)

menyatakan bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa notasi itu sebagai fenomena yang telah memiliki arti bagi kita (pemakainya) dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk perbandingan ( lihat skripsi Johannes, 2000 : 52 ).

Dengan melihat uraian kategori lagu yang dimainkan pada pembahasan sebelumnya, maka penulis hanya memilih tiga buah lagu yang akan ditranskripsikan dan dianalisa dengan masing-masing satu lagu dari setiap kategori. Pada kategori lagu nasional, penulis akan mentranskripsi dan menganalisa lagu “Indonesia Raya”. Alasan penulis memilih lagu ini dikarenakan setiap upacara yang dilaksanakan, lagu yang wajib dan paling sering dimainkan adalah lagu “Indonesia Raya”. Pada kategori lagu display, penulis akan mentranskripsi dan menganalisa “Himne Angkatan Darat “. Dan terakhir pada upacara Pedang Pora, penulis akan mentranskripsikan dan menganalisa lagu “Taruna Jaya”. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang hanya dibawakan khusus untuk anggota militer lulusan dari Akademi Militer. Lagu ini dimainkan pada saat mereka melangsungkan pernikahan.

3.2 Model Notasi

Notasi yang digunakan untuk mentranskripsi ketiga lagu Indonesia Raya, Taruna Jaya, dan lagu Himne Angkatan Darat adalah notasi Barat. Notasi ini merupakan notasi yang sudah baku dan sudah umum. Di dalamnya terdapat beberapa simbol-simbol yang digunakan dalam partitur notasi balok dari


(64)

lagu-lagu di atas. Adapun beberapa simbol tersebut akan diuraikan secara rinci di bawah ini.

1.

Menunjukkan garis paranada dimana terdapat lima buah garis paranada dan empat buah spasi.

2.

Gambar yang paling kiri menunjukkan tanda kunci (key signature) G, dimana pada garis paranada kedua dari bawah merupakan nada G. Gambar yang ditengah merupakan tanda dua mol yang berarti nada dasarnya adalah Bb. Sedangkan gambar yang paling kanan menunjukkan birama 4/4 artinya dalam setiap birama memiliki empat ketuk not seperempat.

3.

Gambar tersebut menandakan not penuh (whole note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak empat ketuk.

4.

Gambar tersebut menandakan not setengah (half note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak dua ketuk.


(65)

Gambar tersebut menandakan not seperempat (quarter note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak satu ketuk.

6.

Gambar tersebut menandakan not seperdelapan (eighth note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak setengah ketuk.

7.

Gambar tersebut menandakan not seperenambelas (sixteenth note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak seperempat ketuk.

8.

Gambar tersebut menandakan tanda istirahat penuh (whole rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak empat ketuk.

9.

Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperempat (quarter rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk.

10.

Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperdelapan (eighth rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk.


(66)

11.

Gambar disebelah kiri menandakan not seperempat dengan tanda titik

(dotted not) di depannya. Tanda titik itu memiliki nilai setengah ketuk dari not

yang dibelakangnya. Jadi nilai keseluruhan not itu adalah nilai not seperempat ditambah dengan setengah dari nilai not seperempat, yaitu satu setengah ketuk. Demikian juga dengan gambar yang di sebelah kanan, yaitu tanda istirahat setengah dengan tanda titik (dotted rest) di depannya.

12.

Ketiga gambar di atas merupakan penjelasan tentang snare drum. Gambar paling kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan dengan cara memukul bagian sisi snare drum (side stick). Gambar yang di tengah menunjukkan bahwa

snare drum dimainkan bersamaan dengan cymbal. Sedangkan gambar yang paling

kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan tiga kali empat buah not seperenambelas. Hal ini disebut juga dengan istilah buzz roll.

Simbol-simbol tersebut di atas perlu untuk diketahui agar pembaca dapat memahami makna simbol-simbol tersebut yang terdapat dalam lampirn partitur.


(67)

3.3 Analisis Melodi

William P. Malm dalam teorinya weight scale mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi, yaitu mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Oleh sebab itu, dalam menganalisis struktur melodi dari lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Lagu Display, penulis mengacu kepada kedelapan karakteristik yang ditawarkan oleh William P. Malm dalam teori weight scale tersebut.

3.3.1 Tangga Nada (scale)

Menurut Malm, mendeskripsikan tangga nada adalah menyusun semua nada yang dipakai dalam melodi suatu lagu. Dengan demikian penulis akan menyusun nada-nada yang terdapat dalam melodi lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Lagu Display mulai dari nada terendah hingga nada tertinggi, termasuk nada-nada oktaf.

3.3.1.1 Tangga Nada Lagu Taruna Jaya

Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada


(68)

pada lagu Taruna Jaya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat lima nada dan ditambah satu nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’.

3.3.1.2 Tangga Nada Lagu Indonesia Raya

Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada pada lagu Indonesia Raya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada dan ditambah empat nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’.

3.3.1.3 Tangga Nada Lagu Himne Angkatan Darat

Penulis mengurutkan semua nada yang dip[akai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada pada lagu ini. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada oktaf dan ditambah tiga nada satu oktaf lebih tinggi. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’

3.3.2 Nada Dasar (Pitch Center)

Dalam menentukan nada dasar pada setiap lagu yang akan ditranskripsikan, penulis berpedoman kepada hasil rekaman yang dimainkan di lapangan. Atas dasar itu, kemudian penulis mengubahnya ke dalam bentuk partitur. Namun dalam mentranskripsikan lagu Indonesia Raya, penulis terlebih dahulu berpedoman kepada partitur yang sudah ada, kemudian mencocokkannya dengan hasil


(1)

Gambar 1. Marching band ketika mengiringi sebuah upacara kelulusan tamtama angkatan 2013 di Rindam Siantar

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 2. Marching Band Canka Dhira Dharma ketika mengikuti pawai pada perayaan hari ulang tahun provinsi Sumut.


(2)

Gambar 3. Pemain Bass drum dengan jubah harimau dan macan Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 4. Pemain Bass drum ketika melakukan atraksi sirkus Sumber: Dokumentasi penulis


(3)

Gambar 5. Anggota upacara pada Upacara Pedang Pora Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 6. Anggota upacara mengelilingi mempelai ketika upacara dilaksanakan, hal ini memiliki makna sebagai perlingdungan dari Tuhan dalam memulai bahtera hidup yang baru.


(4)

Gambar 7. Pemain marching band Canka Dhira Dharma sedang mengadakan latihan

Sumber: Dokumentasi penulis

(a) (b) Gambar 8. (a) bellyra ; (b) terompet


(5)

Gambar 9. (dari kiri ke kanan) tenor drum, snare drum, dan bass drum Dan atribut berupa jubah macan dan harimau di atasnya Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 10. Stick, atau tongkat yang digunakan mayoret Sumber: Doumentasi penulis


(6)

Gambar 11. Penulis foto bersama dengan Letda Czi Virgo, sebagai koordinator dan pelatih marching band Canka Dhia Dharma. Beliau sekaligus informan kunci dalam penulisan skripsi ini.