Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial

(1)

MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi sosial

SKRIPSI SARJANA O

L E H

NAMA: SOPANDU MANURUNG NIM: 110707004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan

MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi sosial

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

Nama : SOPANDU MANURUNG NIM : 110707004

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D. Dra. Heristina Dewi, MPd NIP: 196108291989031003 NIP: 196605271994032010

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,

untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(3)

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu

syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D 2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

3. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D 4.Drs. Dermawan Purba M.Si


(4)

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 13Juli 2015

Sopandu Manurung Nim 110707004


(6)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul: Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui mengapa musik di sajikan di dalam kapal penumpang Ajibata-Tomok, bagaimana repertoar musik yang digunakan dan bagaimana konteks dan fungsi sosial musik di kapal tersebut. Hal lainnya yaitu untuk mengetahui bagaimana keterkaitan musik di dalam kapal untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pariwisata.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskrptif, metode kualitatif yakni data-data responden yang bersifat kualitatif yang diperoleh dari penelitian dilapangan dan didukung oleh metode kuantitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa musik disajikan di dalam kapal sebagai media, cara atau metode untuk menarik perhatian penumpang kapal. Repertoa yang digunakan di dalam kapal dominan repertoar musik batak. Jenis musik yang digunakan juga di sesuaikan dengan penumpang kapal. Selain itu penyajian musik di dalam kapal juga dapat menunjang kegiatan ekonomi dan pariwisata.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan Rahmatnya yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK: Anlisis Repertoar, Konteks Dan Fungsi Sosial. Skripsi ini merupakan hasil perjuangan dari ilmu yang telah penulis dapatkan selama menjalani kuliah di Departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara kurang lebih empat tahun ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan trima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi yaitu, St. Jaumur Manurung dan Armina br. Sinaga. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, kebaikan dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah dan karya dan kasih sayang yang telah dilakukan untuk penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa-doa yang telah dipanjatkan setiap hari. Motivasi dan dorongan selalu hadir saat penulis melakukan kelalaian dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan Trima kasih kepada abang saya Ronaldo Manurung, Adin Manurung dan kakak saya Vonty Manurung. Meskipun jarak


(8)

memisahkan keberadaan kita, penulis dapat merasakan kehadiran kalian. Sehingga penulis mampu melalui rintangan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis sungguh bersyukur kepada Tuhan karean telah menganugerahkan keluarga yang luar biasa untuk penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormatBapak Dr. Syahron Lubia, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Kepada yang terhormat Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi dan Ibu Dra. Heristina Dewi, M. Pd, sebagai Sekretaris Departemen saya mengucapkan banyak teima kasih untuk perhatian dan bantuannya selama menjalani proses penulisan skripsi saya hingga selesai.

Penulis juga mengucapak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing I Bapak Prof. Mauly Purba M.A.,Ph.D, yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman, kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak berikan kepada penulis. Begitu juga kepada Pembimbing II Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis. Terima kasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang ibu berikan.

Begitu pula untuk Ibu Wawa sebagai pegawai adminitrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk membantu kelancaran administrasi kuliah dan semua urusan administrasi penulis sealam ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan dan pertolongan yang telah diberikan.


(9)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberukan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs, Torang Naiborhu, M.Hum., Bapak Drs. Dermawa Purba, M.Si., Bapak Drs. Irwansyah Harahap., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Bapak Drs. Kumalo Tarigan M.A., Ibu Dra. Frida HarahapM.Si., dan Ibu Arifni Netrosa, SSt, M.A. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Selurh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.

Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Bapak B. Simatupang, Singaraj Sirait, bapak P.Sirait, Tomy Manurung dan informan-informan yanf tidak dapat disebutkan sat per satu saya mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis juga mengucapkan terima kasi kepada seluruh keluarga nesar Op. Rudolf Manurung. Doa dan Harapan yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangan dan daya yang besar untuk penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pirhot Parulian Sitinjak dan Horas Parulian Manurung yang telah membantu dan menemani saya khususnya dalam penelitian lapangan. Kalian berdua adalah keluarga sekaligus sahabat saya yang luar biasa.

Kepada teman-teman Etnomusikologi khususnya angkatan 2011; Kawan, Gok, Zany, Hari, Alfred, David, Erwin, Josua, Erwin, Ardy, Aprindo, Salmet,


(10)

Rian, Agri, Riko, Egi, Titi, Leoni, Deby, Agnes, Lisken, Blesta, Linfia, Stevani, Riri, Zube,Trifose, April dan Semua Etno’11 terimakasih untuk masa-masa yang tekah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sanat bersyukur dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian semua. Penulis berdoa semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru.

Kepada senior dan junior di Etnomusikologi stambuk 2009-2014 penulis mengucapkan trima kasih untuk hari-hari yang penuh tawa dan canda selam berada di Etnomusikologi.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang turut berperan dan terlibat secara langsung atau tidak langsung semoga Tuhan yang membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis memohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan didalam hati. Semoga hasil penelitian ini memberi kontribusi pada disiplin Etnomusikologi.

Hormat Saya,

Sopandu Manurung


(11)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 6

1.3.1 Tujuan ... 6

1.3.2 Manfaat ... 6

1.4 Konsep dan Teori ... 7

1.4.1 Konsep ... 7

1.4.2 Teori ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 10

1.5.1 Study Kepustakaan ... 11

1.5.2 Penelitian lapangan(Observasi) ... 12

1.5.2.1 Wawancara ... 12

1.5.2.2 Kuisioner ... 13

1.5.2.3 Perekaman Di Lapanagan ... 13

1.5.3 Kerja Laboratorium ... 14


(12)

BAB II LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI

AJIBATA DAN TOMOK ... 15

2.1 Geografis ... 15

2.2 Mata pencaharian dan Hasil Bumi ... 19

2.3 Bahasa ... 21

2.4 Sistem Realigi ... 23

2.5 Kebudayaan Lokal ... 26

2.5.1 Kesenian Lokal ... 26

2.5.2 Sistem Kekerabatan dan Adat ... 26

2.6 Sejarah Ringkas Pelabuhan Ajibata dan Tomok ... 28

BAB III PENYAJIAN MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA –TOMOK ... 29

3.1 Musik di Kapal Sebagai Sebuah Pertunjukan ... 30

3.2 Jenis/Genre Musik Yang Di Mainkan ... 31

3.3 Gaya Atau Metode Pertunjukan Musik ... 35

3.4 Identitas Penyaji dan Audiens di Dalam Kapal ... 35

3.5 Format Interaksi Antara Penyaji dan Pendengar ... 38

3.6 Pengamen Sebagai Bagian Dari Penyaji ... 42

3.7 Pendapat Penumpang Terhadap Penyajian Musik Di Kapal ... 47

3.7.1 Pertanyaan Kuisioner ... 49

3.7.2 Hasil Jawaban Kuisieoner ... 51


(13)

BAB IV ANALISIS REPERTOAR, KONTEKS DAN FUNGSI SOSIAL MUSIK DALAM KAPAL

AJIBATA-TOMOK ... 57

4.1 Repertoar Musik di 14 Kapal ... 60

4.2 Repertoar Musik Yang Disajikan Oleh Pengamen ... 60

4.3 Konteks Musik ... 78

4.4 Fungsi Sosial ... 81

4.4.1 Fungsi Pengungkapan Emosional ... 84

4.4.2 Fungsi Hiburan ... 85

4.4.3 Fungsi Komunikasi ... 86

4.4.4. Fungsi reaksi jasmani ... 86

4.4.5 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan ... 87

4.4.6 Fungsi Musik Sebagai Penunjang Kegiatan Ekonomi ... 88

4.4.7 Fungsi Musik Sebagai Penunjang Kegiatan Pariwisata ... 88

4.5 Musik di Dalam Kapal Sebagai Prodak Industri Ekonomi Kreatif ... 91

BAB V KESIMPULAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA DFTAR WEBSITE DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Peta Kabupaten Tobasa Gambar 2.2 Gambar Peta Kabupaten Samosir Gambar 3.2 DVD Player

Gambar 3.2 Equalizer di kapal Gambar 3.3 Ampliefer di kapal Gambar 3.4 Speaker di kapal Gambar 3.5 Monitor LCD di kapal Gambar 3.6 Mikropon di kapal

Gambar 3.7 Dua orang pengamen yang bernyanyi


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel genre musik menurut Wicaksono

Tabel 4.1 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Dos Roha 5 Tabel 4.2 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Tio

Tabel 4.3 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Gloria Tabel 4.4 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Dos Roha 1 Tabel 4.5 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Leo Star Tabel 4.6 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Roganda Tabel 4.7 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Tomok Tour Tabel 4.8 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Rodame 2 Tabel 4.9 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Pulo Horas Tabel 4.10 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Tio 14 Tabel 4.11 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Rudy Star Tabel 4.12 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Dos Roha 2 Tabel 4.13 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Dos Roha Matio Tabel 4.14 Jumlah repertoar berdasarkan jenis musik di kapal Rodame

Tabel 4.15 Persentase repertoar berdasarkan jenis musik di ke-14 kapal Ajibata-Tomok


(16)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul: Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui mengapa musik di sajikan di dalam kapal penumpang Ajibata-Tomok, bagaimana repertoar musik yang digunakan dan bagaimana konteks dan fungsi sosial musik di kapal tersebut. Hal lainnya yaitu untuk mengetahui bagaimana keterkaitan musik di dalam kapal untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pariwisata.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskrptif, metode kualitatif yakni data-data responden yang bersifat kualitatif yang diperoleh dari penelitian dilapangan dan didukung oleh metode kuantitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa musik disajikan di dalam kapal sebagai media, cara atau metode untuk menarik perhatian penumpang kapal. Repertoa yang digunakan di dalam kapal dominan repertoar musik batak. Jenis musik yang digunakan juga di sesuaikan dengan penumpang kapal. Selain itu penyajian musik di dalam kapal juga dapat menunjang kegiatan ekonomi dan pariwisata.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pelabuhan Ajibata dan Tomok adalah salah satu jalur transportasi lokal yang menghubungkan Ajibata dengan Tomok dan merupakan kawasan destinasi pariwisata Danau Toba. Dalam hal ini, jalur yang dimaksud adalah jalur Ajibata-Tomok1 yang menggunakan kapal bermotor2 yang memuat penumpang umum yang sering disebut sebagai kapal sewa atau kapal umum, bukan kapal Ferry yang biasanya memuat mobil. Dewasa ini, jalur Ajibata-Tomok termasuk jalur yang sibuk dan paling banyak digunakan penumpang. Jalur ini beroperasi dalam satu hari kurang lebih 15 jam yaitu, mulai dari pukul 06:00 WIB - 19:00 WIB. Salah satu pelabuhan pada jalur ini, yakni pelabuhan Ajibata menyatu dengan terminal transportasi darat yang menghubungkan Ajibata ke berbagai daerah seperti Bus Sejahtera, Astra, Raja Taxi, dan Karya Agung sehingga membuat jalur Ajibata-Tomok menjadi lebih strategis.

Kapal penumpang yang beroperasi dalam satu hari di jalur ini terdiri dari 14 kapal sehingga kurang lebih setiap 50 menit sekali kapal akan menyeberang dari kedua pelabuhan yakni, dari Pelabuhan Ajibata mulai pukul 7:00 WIB – 21:00 WIB dan sebaliknya dari Pelabuhan Tomok mulai dari pukul 6:00 WIB – 19:00 WIB. Melihat keadaan ini para penumpang kapal yang terdiri dari berbagai kalangan baik masyarakat setempat maupun wisatawan yang ingin menyeberang

1

Jalur Ajibata-Tomok, maksud penulis adalah jalur yang membawa penumpang dari Ajibata ke Tomok dan sebaliknya dari Tomok ke Ajibata. Dengan demikian setiap penulis menggunakan kata “Ajibata-Tomok” maka artinya adalah Dari Ajibata ke Tomok dan Sebaliknya Tomok Ajibata.


(18)

dari Ajibata ke Tomok atau sebaliknya, tidak lagi terburu-buru untuk mengejer jam keberangkatan kapal. Para penumpang lebih bebas memilih waktu keberangkatan dikarenakan setiap 50 menit kapal akan menyeberang dari kedua pelabuhan seperti yang telah di uraikan sebelumnya. Dengan demikian penumpang tidak lagi khawatir akan ketinggalan kapal pada jalur Ajibata – Tomok. Lain halnya dengan di beberapa jalur3 yang hanya beroperasi 1 atau 2 kali dalam sehari pada jam tertentu yang membuat penumpang sangat terburu-buru untuk mengejar jam keberangkatan kapal yang telah ditentukan. Apabila penumpang terlambat, misalnya karena macet atau halangan lain yang membuat perjalanan menuju pelabuhan tersebut menjadi lebih lama dari yang semestinya maka penumpang tersebut tidak akan bisa menyeberang karena ketinggalan kapal pada hari tersebut sehingga mau atau tidak harus menunggu keesokan harinya pada jam yang telah ditentukan setiap harinya pada jalur tersebut.

Baik di pelabuhan maupun di dalam kapal sangat banyak kegiatan- kegiatan yang terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan sehari-hari baik antara penumpang, pihak kapal, masyarakat yang berada disekitar pelabuhan, pihak transportasi darat yang menyatu dengan dermaga yang dimana satu sama lain melakukan interaksi sosial untuk kebutuhan atau tujuan tertentu yang pada umumnya berhubungan dengan penyeberangan Ajibata menuju Tomok dan sebaliknya. Di sekitar dermaga terdapat banyak rumah makan, grosir, toko souvenir, toko roti, bensin ketengan dan jasa-jasa yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan penyeberangan tersebut. Tidak terkecuali di dalam kapal, saat kapal berlabuh atau sedang melaju dari satu pelabuhan ke

3


(19)

Ajibata-pelabuhan satunya selalu ada kegiatan yang terjadi . Kegiatan yang paling mendominasi adalah berjualan makanan dan minuman serta pertunjukan musik yang bervariasi.

Hal yang selalu penulis alami saat menumpangi kapal Ajibata-Tomok untuk menyeberang dari Ajibata ke Tomok adalah ± 15 menit sebelum kapal berangkat saya akan menikmati nyanyian yang disajikan oleh pengamen yang terdiri dari satu atau lebih anak-anak dengan kreatifitas yang mereka miliki dengan sangat menghibur. Kemudian, setelah kapal mulai melaju selalu ada penyajian musik yang memperindah suasana saat saya memandang indahnya Danau Toba dan bahkan mampu mengalihkan perhatian saya dari keindahan alam Danau Toba tersebut selama perjalanan. Awalnya saya merasa bahwa memutar atau menyajikan musik di dalam kapal itu adalah hal yang biasa saja. Namun, setelah saya perhatikan dengan cermat, semua orang yang tengah berada di dalam kapal khususnya para penumpang, sangat menikmati musik yang disajikan dengan gaya dan ekspresi masing-masing. Apalagi setelah beberapa kali mencoba menumpang kapal Ajibata-Tomok dengan memperhatikan musik yang disajikan di kapal-kapal tersebut, dan semakin memberikan perhatian besar kepada musik yang sedang disajiakan, saya mencatat bahwa ternyata masih banyak lagi hal yang membuat saya semakin penasaran karna kelihatannya tidak “sebiasa” seperti yang saya pikirkan.

Musik yang terjadi disana sangat bervariasi khususnya jika dilihat dari jenis atau genre musik yang di sajikan dengan menggunakan pemutar musik. Beberapa genre musik yang kerap ditampilkan dengan menggunakan pemutar musik adalah seperti musik pop Batak, pop Barat, pop Indonesia, DJ/Remix dan


(20)

Dangdut serta musik yang sedang tren di tengah-tengah masyarakat sekitar Ajibata dan Tomok. Namun, dari kesemua jenis musik yang telah disebutkan ada satu jenis musik yang tidak pernah lepas dari koleksi setiap kapal yaitu pop Batak Trio4 atau sering juga di sebut Trio Batak.

Hal yang sama juga penulis rasakan yang semakin menarik perhatian penulis ketika melihat media pemutar musik yang digunakan di dalam kapal. Ternyata media yang digunakan unuk memutar musik sudah menggunakan sound system5. Sound system yang digunakan terdiri dari amplifier6 yang sering juga disebut sebagai power dan equalizer7 yang sering disebut dengan mixer. Jadi seperangkat media pemutar musik yang didukung oleh sound system pada umumnya terdiri dari:

1. DVD(Digital Versatile Disc) 2. Speaker

3. Amplifier/power 4. Equalizer/mixer

Namun demikian, beberapa kapal juga menggunakan audio visual yakni dengan menambahkan monitor lcd(liquid crystal display) untuk dapat menampilkan video. Penyajian musik lewat audio dan audio visual ini dapat di kategorikan

4Lihat juga tesis Roy.J.M.Hutagalung “

Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, dan Struktur musik.”

5

Sound system menurut (Gary Davis & Ralph Jones) adalah susunan komponen elektronik yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kekuatan suara, agar suara dapat didengar dengan jelas oleh banyak orang pada pertunjukan music, seminar dll.

6

Amplifier adalah komponen elektronika yang di pakai untuk menguatkan daya atau tenaga secara umum. Dalam penggunaannya, amplifier akan menguatkan signal suara yaitu memperkuat signal arus I dan tegangan V listrik dari inputnya. Sedangkan outpunya akan menjadi arus listrik dan tegangan yang lebih besar.

7

Equalizer adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menyamakan suara speaker supaya mendekati suara aslinya seperti, 1. Menghilangkan suara-suara yang tidak dibutuhkan, 2. Meningkatkan kejelasan suara instrument, 3. Untuk membuat visualisasi ruang dan memposisikan


(21)

sebagai musik tidak live. Beberapa kapal juga menambahkan fasilitas karaoke dengan menambahkan mikropon dan menyediakan kaset-kaset8 DVD yang bisa karaoke. Penyajian musik lewat karaoke dapat di kategorikan sebagai musik live.

Pada saat-saat tertentu, pengamen juga akan menyempatkan beberapa lagu untuk mereka sajikan di dalam kapal. Beberapa pengamen hanya bernyanyi sambil tepuk tangan dan ada juga yang menggunakan jimbe yang sering mereka sebut tagading. Jenis lagu yang di sajikan para pengamen juga sangat variatif, seperti Pulo Samosir, Biring Manggis, Sitogol, dan lagu-lagu hasil kreatifitas mereka yang sifatnya menghibur.

Ketika musik di sajikan lewat audio dan audio visual maka seluruh penumpang dan awak kapal termasuk kernet berlaku sebagai audiens penikmat musik tersebut. Ketika musik disajikan oleh para pengamen, maka pengamen bisa disebut sebagai pemusik yang menyajikan musik berupa lagu ataupun alat musik yang mereka miliki dan orang selain dari pada pengamen tersebut berlaku sebagai audiens penikmat musik tersebut. Demikian halnya saat karaoke disajikan, maka orang yang sedang karaoke tersebut bisa sekaligus menjadi penikmat fasilitas karaoke dan bisa sebagai pemberi pertunjukan musik lewat vokalnya sehingga selain dia di dalam kapal menjadi penikmat penyajian karaoke tersebut.

Melihat kondisi ini, kelihatannya musik yang digunakan di dalam kapal memiliki keterkaitan dengan suatu fungsi tertentu, yaitu suatu pemenuhan kebutuhan pada pelaku-pelaku yang ada di dalam, bahkan mungkin juga di luar, kapal. Apakah fungsi musik dalam hal ini menyangkut pada aspek tercapainya tujuan yang di inginkan oleh berbagai pihak yang bersangkutan yang behubungan

8


(22)

dengan pariwisata, ekonomi, pengintegrasian masyarakat, hiburan atau tentunya tidak terlepas dari target musik itu ditujukan yaitu kepada semua orang yang berada di dalam kapal khusunya penumpang.

Oleh kerena itulah, penulis tertarik dan ingin melihat musik yang terjadi di kapal penumpang Ajibata-Tomok dari kacamata Etnomusikologi dengan

mengambil judul “ MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK :

ANALISIS REPERTOAR, KONTEKS DAN FUNGSI SOSIAL ”.

1.2Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah mengapa musik disajikan di dalam kapal dan bagaimana fungsi sosial penampilan musik di dalam kapal tersebut?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui mengapa musik disajikan/dimainkan didalam kapal dan apakah fungsi sosial penampilan musik dikapal tersebut?

1.3.2 Manfaat

1. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi para pembaca untuk mengetahuai dan menambah wawasan terkait musik dikapal penumpang Ajibat – Tomok.

2. Menambah referensi bagi peneliti berikutnya tentang pokok bahasan yang berkaitan dan berhtubungan dengan judul tulisan ini.


(23)

3. Memberikan dokoumentasi dan data tambahan mengenai fenomena musik yang terjadi dan telah menjadi tradisi transportasi lokal pelabuhan Ajibata-Tomok yang bisa dipakai sebagai masukan bagi Departemen Etnomusikologi.

1.4Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Untuk memberi pemahaman yang terarah dan terspesifikasi tentang topik yang dibahas maka penulisan ini menggunakan beberapa konsep. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka tahun 1991, konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa konkret.

Musik menurut Sylado (1983 : 12) adalah waktu yang memang untuk didengar. Musik merupakan wujud yang hidup dan merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara. Alunan musik yang berisi rangkaian nada yang berjiwa akan mampu menggerakkan hati para pendengarnya.

Kata analisis berasal dari kata analisa yaitu, penyelidikan dan penguraian terhadap masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses untuk pemecahan masalah tersebut.

Menurut Kodijat(1983: 62), repertoar berarti berbekalan komposisi yang ada pada seorang seniman penyelenggara pagelaran musik. Repertoar berarti dapat juga kumpulan lagu-lagu (Last, 1989:134). Repertoar dalam tulisan ini adalah komposisi musik siap pakai yang terdiri dari baik musik secara instrumentalia dan musik yang menggunakan vokal/nyanyian. Jadi, analisis repertoar yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah untuk melihat berbagai


(24)

komposisi musik yang digunakan di kapal Ajibata-Tomok yakni dilihat dari genre/jenisnya dan bagaimana sebuah komposisi musik tersebut menjadi dominan di sajikan.

Dalam hal ini, musik yang dimaksud dalam tulisan ini adalah musik yang di pertunjukkan ketika kapal sedang berada dalam perjalanan Ajibata menuju Tomok dan sebaliknya Tomok ke Ajibata paling tidak meskipun kapal tersebut berhenti namun ada orang di dalam kapal, baik musik yang disajikan dengan menggunakan media pemutar musik dan musik yang disajikan oleh para pengamen di dalam kapal.

Musik yang digunakan di dalam kapal yang penulis maksud selalu berubah berdasakan konteks dan situasi tertentu sehingga penulis dalam hal ini membatasi waktu penelitian yaitu mulai dari Januari sampai dengan Mei. Oleh karena itu, musik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah musik yang di sajikan di kapal tersebut mulai dari Januari sampai dengan Mei.

Konteks yang dimaksud dalam tulisan ini adalah dalam situasi atau kondisi apa musik itu digunakan di kapal Ajibata-Tomok apakah pada waktu dan keadaan tertentu saja atau tidak. Demikian juga fungsi sosial musik yang penulis maksudkan adalah untuk apa musik tersebut dan apa tujuan yang akan dicapai dengan menyajikan musikdi kapal penumpang Ajibata-Tomok. Dalam hal ini, fungsi sosial akan dilihat dari keterkaitan hubungan antara pihak kapal yang memutar musik dengan penumpang sebagai target musik diperuntukkan demikian juga dengan pengamen sebagai penyaji musik dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata dan juga sebagai hiburan.


(25)

Kapal Ajibata-Tomok yang dimaksud adalah kapal penumpang beroperasi dari pelabuahan Ajibata ke Pelabuhan Tomok atau sebaliknya dari pelabuhan Tomok menuju Pelabuhan Ajibata.

1.4.2 Teori

Teori adalah pedoman sebagai landasan untuk menguraikan topik – topik pembahasan suatu objek penelitian.

Untuk melihat apakah musik yang ada di kapal penumpang Ajibata - Tomok dapat disebut sebuah pertunjukan atau tidak, maka penulis menggunakan teori Sal Murgiyanto (2011) dalam tulisannya yang mengungkapkan bahwa Pertunjukan adalah sebuah komunikasi dimana satu orang atau lebih pengirim pesan merasa bertanggung jawab kepada seorang atau lebih penerima pesan dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui perangkap tingkah laku. Komunikasi terjadi jika pemberi pesan (pelaku pertunjukan) mempunyai maksud (intention) dan penoton memiliki perhatian (attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan harus ada pelaku pertunjukan (performer), penonton atau penerima pesan (audience), dan harus ada pesan yang dikirim dengan cara penyampaian yang khas. Medium penyampaian pesan bisa auditif, visual atau gabungan keduanya: gerak, laku, suara, rupa, multi media dan sebagainya (Murgianto).

Untuk membahas konteks dalam situasi apa musik itu digunakan dan mengapa musik di gunakan di dalam kapal atau lebih fokus yaitu fungsi sosial, penulis menggunakan teori Uses and Function yang dikemukakan oleh Alan P. Meriam (1964: 119-222) yang mengungkapkan bahwa ada sepuluh fung simusik,


(26)

yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional (the funtion of emotional),(2) fungsi penghayatan estetis (the funtion of aesthetic enjoyment), (3) fungsihiburan (the funtion of entertainment), (4) fungsi komunikasi (the funtion ofcomunication), (5) fungsi perlambangan (the funtion of symbolic representation),(6) fungsi reaksi jasmani (the funtion of physical response), (7) fungsi yangberkaitan dengan norma-norma sosial (the funtion of enforcing coformity to socialnorms), (8) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama (the funtion ofvalidation of social institution and religious rituals), (9) fungsi kesinambunganbudaya (the funtion of contribution to the continuity and stability of culture), (10)fungsi pengintegrasian masyarakat (the funtion of contribution the integration ofsociety).

Namun demikian, ke-10 fungsi musik yang di ungkapkan oleh Alan P. Meriam belum tentu semuanya di dapati di masyarakat, mungkin saja kurang dari 10 dan mungkin saja ada 10 dan mungkin juga ada fungsi yang di luar ke-10 fungsi yang di ungkapkan Alan P Meriam.

Kemudian untuk melihat apakah adanya musik di kapal merupakan suatu gagasan ataupun kebijakan yang dilakukan pihak tertentu dengan suatu kebutuhan merupakan sebuah gagasan atau ide ekonomi kreatif atau kearifan lokal maka penulis akan menggunakan teori Alfin Tofler (1980) yang mengatakan bahwa pada fase ekonomi kreatif orientasinya adalah pada gagasan-gagasan atau ide-ide kreatif. Konsep ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi yang, di satu sisi mengedepankan dan menyintesakan informasi dan kreatifitas, dan sisi lain menjadikan unsur gagasan dan wawasan pengetahuan menjadi faktor utama untuk menciptakan produk di dalam kegiatan ekonominya. Jika pada dekade-dekade


(27)

terdahulu struktur perekonomian dunia berbasis sumber daya alam, maka sekarang struktur tersebut menjadi berbasis sumber daya manusia.

1.5Metode Penelitian

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriktif-anlisis, yaitu menguraikan bagaimana musik yang terjadi di kapal penumpang Ajibata-Tomok, kemudian menganalisa repertoar musik yang digunakan, bagaimana konteksnya, bagaimana hubungan musik yang disajikan terhadap semua orang yang berada di kapal dan apakah ada peranannya terhadap ekonomi dan keparwisataan sebagai daerah destinasi wisata serta apa saja fungsi sosial yang mungkin. Dalam melakukan penelitian terhadap tulisan ini, penulis melakukan beberapa tahap kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, pengumpulan data di lapangan, wawancara, kusisioner, kerja laboratorium dan tentunya bimbingan secara formal ataupun nonformal dengan dosen pembimbing.

1.5.1 Study Kepustakaan

Untuk mendukung data pokok yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan observasi langsung dan mengadakan wawancara langsung dengan informan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaasn baik dari artikel, skripsi, maupun buku – buku yang berkaitan dengan objek penelitian ia teori-teori yang relevan untuk memjawab pokok permasalahan ini. Studi ini juga bertujuan untuk memperoleh konsep-konsep serta untuk menghindari kesamaan topik yang di bahas oleh penulis/peneliti sebelumnya.


(28)

Sejauh ini, penulis melihat bahwa belum ada tulisan yang membahas musik di kapal penumpang : analisis repertoar, konteks dan fungsi sosial. Beberapa buku atau tulisan yang penulis dapati hanya menyinggung kawasan danau toba seperti tulisan Amri Fauji (1993) tentang Pengaruh Kunjungan objek wisata parapat danau toba terhadap pendapatan masyarakat sekitarnya, Robert Pardede (2006) tentang Analisis sektor pariwisata dalam rangka pengembangan ekonomi wilayah di kota parapat, Andre Couse (2006) tentang Danau Toba : pertemuaan wisata dengan batak toba di pasar souvenir, dan Edward Simanjuntak (2009) tentang Danau Toba provinsi Sumatera Utara untuk pengembangan wilayah.

1.5.2 Penelitian Lapangan (Observasi)

Penulis memulai pelitian ini pada bulan Januari 2015, dengan melakukan obserasi yang meliputi peninjauan dan pengamatan lokasi penelitian serta melihat langsung aktivitas di dalam kapal khusnya penyajian musik baik penyajian musik dengan menggunakan media pemutar musik dan juga penyajian musik oleh pengamen. Penulis melakukan penelitian langsung di Pelabuhan Ajibata dan di Pelabuhan Tomok Khususnya di dalam kapal yang beroperasi pada jalur Ajiba – Tomok. Penulis akan mengambil sample paling tidak dua kapal untuk mengetahui keberlangsungan aktivitas yang terjadi di dalam kapal yang menuju Tomok dan sebaliknya menuju Ajibata.


(29)

1.5.2.1 Wawancara

Setelah penulis melakukan obserasi di lapangan, kemudian penulis akan menentukan narasumber yang akan menjadi objek wawancara. Terkait dengan pembahasan mengenai musik di kapal penumpang Ajibata – Tomok, penulis memilih narasumber sebagai objek wawancara yaitu B. Simatupang(salah satu supir kapal), P. Sirait(penjual makanan di dalam kapal, Singaraja Sirait(penjual kaset yang ada di pelabuhan ajibata) , pengamen dan beberepa informan lainnya termasuk masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan serta penumpang kapal9 yang sedang mengunakan jalur tersebut pada saat penulis melakukan penelitian di lapangan.

Penulis melakukan wawancara dengan narasumber tersebut adalah untuk memperoleh data yaitu mengenai tanggapan-tangapan mereka terkait musik di kapal peumpang Aibata-Tomok. Hasil wawancara tersebut kemudian akan diolah dalam kerja laboratorium. Dalam melakukan wawancara, hampir kesemua informan kecuali penumpang kapal mempergunakan bahasa daerah Batak Toba. Namun, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis merupakan insider(orang dalam) dalam kebudayaan Batak Toba dan penulis sendiri aktif berbahasa daerah Batak Toba karena Penuslis dalam aktivitas sehari-hari pada umumnya pasti menggunakan bahasa batak Toba kecuali jika lawan komunikasi merupakan orang yang tidakmengerti bahasa Batak Toba.

9

Selain melakukan wawancara dengan beberapa penumpang kapal, penulis juga menyebarkan angket yang berisi 10 pertanyaan di dalamnya kepada penumpang kapal.


(30)

1.5.2.2 Kuisioner

Selain melakukan wawancara di lapangan, penulis juga menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu menyebar angket atau kuisioner kepada 60 penumpang kapal Ajibata-Tomok. Data kuantitatif tersebut penulis butuhkan untuk mendukung data kualitatif yang dimana akan menunjukkan pendapat 60 penumpang kapal terkait musik di kapal tersebut. Pada lembar kuisioner penulis membuat 10 pertanyaan yang akan di jawab oleh 60 penumpang kapal yang terdiri dari berbagai kalangan. Dalam pembagian kuisioner penulis mengambil sampel dari 10 kapal saja sehingga masing-masing kesepuluh kapal penulis mengambil 6 pendapat penumpang dengan menyabar angket/kuisioner.

1.5.2.3 Perekaman di Lapangan

Pada pelaksanaan kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan satu unit kamera digital Sony yang dipergunakan untuk pengambilan foto dan perekaman video. Pengambilan foto dan perekaman video pada saat dilapangan dilakukan untuk mendokumentasikan hal-hal yang penulis anggap penting dalam penelitian lapangan. Khususnya pada saat pengamen melakukan pertunjukan musik di dalam kapal tersebut, perekaman video menjadi hal yang sangat penting dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.

Untuk merekam wawancara, penulis menggunakan satu unit handphone Iphone 5s replika. Kemudian hasil wawancara yang telah direkam tersebut diolah melaui kerja laboratorium.


(31)

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang diperoleh penulis yaitu hasil wawancara dan hasil pengamatan kemudian diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan-pendekatan etnomusikologis. Namun, sebelum diolah dalam kerja laboratorium, data-data yang sudah diperoleh oleh penulis terlebih dahulu dikelompokkan satu-persatu untuk mempermudah dalam mengerjakan.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penleitian penulis adalah di dalam Kapal Penumpang Ajibata-Tomok dan di sekitar pelabuahan pada jalur tersebut yakni:

 Pelabuhan Ajibata tepatnya berada di desa Pardamean Ajibata Kecamatan Ajibata.

 Pelabuhan Sumber Jaya tepatnya berada di desa tomok parsaoran Kecamatan Simanindo, dan

 Pelabuhan Tomok Tour tepatnya berada di desa Tomok Kecamatan Simanindo


(32)

BAB II

LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI AJIBATA DAN TOMOK

Pada bab ii akan dijelaskan secara singkat mengenai latar belakang kebudayaan masyarakat batak toba di Ajibata10 dan Tomok11. Penjelasan meliputi letak geografis, mata pencaharian, bahasa, sistim realigi, kebudayaan lokal dan sejarah ringkas pelabuhan Ajibata dan Tomok. Berikut adalah uraian tersebut secara umum.

2.1 Letak Geografis

Peta 1.1:

Peta wilayah Kabupaten Samosir (Wikipedya)

Ajibata adalah nama dari salah satu kecamatan dari 1612 kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir yakni, kecamatan Ajibata. Kecamatan Ajibata

10

Tepatnya desa Pardamean Ajibata.

11

Tepatnya desa Tomok dan desa tomok Parsaoran.


(33)

terdiri dari 1013 desa/kelurahan. Kecamatan Ajibata terletak pada 02°32’ – 02° 40’ 46” LU dan 98°56’ – 99°04’ 14” BT yang terletak di atas permukaan laut 908 Meter. Kecamatan Ajibata juga merupakan kecamatan terluar dari wilayah Kabupaten Toba Samosir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Simalungun, tepatnya Kota Parapat. Di Kecamatan Ajibata terdapat tiga desa/kelurahan yang menggunakan nama Ajibata yaitu, desa Pardamean Ajibata, Pardomuan Ajibata dan kelurahan Parsaoran Ajibata. Sedangkan pelabuhan Ajibata yang dimaksud di dalam tulisan ini tepatnya berada di desa Pardamean Ajibata. Untuk itu, latar belakang masyarakat batak toba di Ajibata yang dimaksud dalam bab ini fokusnya adalah di desa Pardamean Ajibata.

Desa Pardamean Ajibata merupakan salah satu desa dari 10 desa/kelurahan yang ada di kecamatan Ajibata. Adapun desa Pardamean Ajibata terletak antara batasan – batasan wilayah yaitu:

 Sebelah Utara: Parapat

 Sebelah Selatan: Kelurahan Parsaoran Ajibata

 Sebelah Barat: Danau Toba, dan

 Sebelah Timur: Desa Pardomuan Ajibata.

Berdasarkan hasil Badan Pengelolaan Statistika atau BPS T�ℎ� 4, luas wilayah Pardamean Ajibata adalah 6 � 2. Penduduk yang berdomisili di desa ini berkisar 1.586 Jiwa dari 391 KK dengan perincian 801 pria dan 785 perempuan(Propil desa Pardamean Ajibata : 2014 )

Tomok dalam tulisan ini meliputi dua desa yakni desa Tomok dan desa Tomok Parsaoran. Kedua desa ini pada umumnya selalu disebut masyarakat

13

Desa Horsik, Sigapiton, Sirukkungon, Motung, Pardomuan Motung, Parsaoran Sibisa, Pardamean Sibisa, Pardomuan Ajibata, Pardamean Ajibatadan Kelurahan Parsaorang Ajibata.


(34)

sebagai Tomok. Meskipun demikian Tomok dan Tomok Parsaoran telah terpisah secara administratif wilayah desa. Pelabuhan Tomok yang dimaksud pada tulisan ini ada 214 yakni, Pelabuhan Tomok Tour tepatnya berada di desa Tomok dan Pelabuhan Sumber Jaya yang tepatnya berada di desa Tomok Parsaoran. Pelabuhan Tomok Tour adalah pelabuhan kenaikan penumpang yang ingin menyeberang menuju pelabuhan Ajibata sedangkan Pelabuhan Sumber Jaya adalah pelabuhan untuk Turunya penumpang yang datang dari Pelabuhan Ajibata.

Peta 1.2:

Kabupaten Wilayah Kabupaten Samosir(Wikipedya)

Kedua desa tersebut berada di salah satu kecamatan dari 1615 kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir yakni, Kecamatan Simanindo. Kecamatan

14

Kedua pelabuhan tersebut berjarak kurang lebih 100 m.

15


(35)

Simanindo yang berpusat di desa Ambarita terdiri dari 2116 desa/kelurahan. Secara geografis Kecamatan Simanindo terletak pada 2°32’ – 2°45’ LU dan 98° 50’ BT. Tomok dan Tomok Parsaoran pada kecamatan ini merupakan pintu gerbang yang berada di sebelah Timur Pulau Samosir.

Berdasarkan hasil pendataan Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD tahun 2014 desa Tomok memiliki luas wilayah berkisar 10,3 � 2. Penduduk yang berdomisili di desa ini berjumlah 2859 jiwa dari 607 KK dengan perincian 1836 pria dan 1023 perempuan dengan kepadatan penduduk 275 iwa/� 2. Adapun desa Tomok berdasarkan Propil Desa(2014) terletak antara batasan – batasan wilayah yaitu:

 Sebelah Utara: Tomok Parsaoran

 Sebelah Timur: Danau Toba

 Sebelah Selatan: Desa Huta Ginjang, dan

 Sebelah Barat: Kecamatan Rongurni Huta

Sedangkan Desa Tomok Parsaoran memiliki luas wilayah sekitar 8 � 2. Penduduk yang menetap di desa ini adalah 1.399 Jiwa dari 292 KK dengan Perincian 682 Pria dan 717 Perempuan dengan kepadatan penduduk 174 jiwa/� 2(Propil Desa Tomok Parsaoran 2014).

Adapun desa Tomok Parsaoran berdasarkan Profil Desa terletak antara batasan-batasan wilayah yaitu:

 Sebelah Utara: Kecamatan Ronggurni Huta

 Sebelah Selatan: Desa Tomok

16

Ambarita, Tomok, Tomok Parsaoran, Simanindo, Cinta Dame, Dosroha, Garoga, Huta Ginjang, Maduma, Marlumba, Martoba, Sihusapi, Parbalohan, Pardomuan, Parmonangan, siallagan, Pinda Raya, Simanindo Sangkal, Simarmata, Tanjungan, Unjur dan kelurahan Tuk-Tuk.


(36)

 Sebelah Timur: Danau Toba, dan

 Sebelah Barat: Garoga

2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Menurut sekretaris desa Parsaoran Ajibata, Motjan Natal Sitio, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pedagang dan petani, sebagaian kecil karyawan swasta, PNS, ahli bangunan, sopir, buka usaha17, anak buah kapal18 seniman atau pemusik dan ada juga yang menggantungkan hidupnya dari menangkap ikan yang ada di perairan danau toba. Beliau menambahkan bahwa tidak sedikit masyarakat, meskipun mempunyai pekerjaan menetap, yang menambah pendapatannya dari pertanian. Meskipun tidak semua masyarakatnya memiliki lahan pertanian, tetapi mereka mendapat kesempatan besar ketika Departemen Kehutanan Toba Samosir pada tahun 2007 memperbolehkan sekitar 70 Hektar lahan, tepatnya di desa Motung, untuk diolah oleh masyarakat sekecamatan Ajibata, dengan ketentuan mereka harus menanam pohon di sekitar lahan yang diolah setiap masyarakat.

Berdasarkan keterangan Bapak Hotman Sidabutar 19 dan Ibu Asima Silalahi20 desa Pardamean Ajibata tidak jauh berbeda dengan desa Tomok dan Tomok Parsaoran, dimana mayoritas penduduknya adalah bertani dan berdagang dan sebagian kecil nelayan, pemusik, ahli bangunan, pengrajin soeuvenir, PNS, sopir, buka usaha, anak buah kapal karyawan swasta dan karyawan hotel. Tetapi jumlah pedagang souvenir, di desa Tomok dan Tomok parsaoran, jauh lebih

17

Usaha grosir, bengkel, ponsel, rumah makan, warnet, Vlash Station

18

Anak buah kapal adalah orang yang bekerja di kapal termasuk nahoda, kernet, agen kapal dan semua pekerjaan yang memanfaatkan semua jenis kapal di dananu toba.

19


(37)

banyak dari jumlah yang ada di desa Pardamean Ajibata, yang kenyataannya bisa di hitung dengan jari.

Desa Tomok dan Tomok Parsaoran dari sisi ekonomi memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur khususnya di dusun III Tomok, dimana lahan ini sangat cocok dikembangkan menjadi areal pertanian terkhusus tanaman pangan dan palawija, sayur dan buah, serta tanaman coklat yang telah terbukti dapat tumbuh dan produktif. Pertanian yang dikembangkan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi, cokelat, bawang, cabai, cengkeh, kemiri dan lain-lain. Untuk itu dibutuhkan sebuah pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan pertanian. Keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan mutlak diperlukan. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk lahan peternakan, khususnya peternakan besar seperti Sapi, Kerbau dan Kambing (RPJM-Desa/KPMD Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir : 2014 : 16).

Menurut Oppu Jipolo Silalahi21, selain dari potensi pertanian salah satu yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Tomok dan Tomok Parsaoran adalah potensi pariwisata. Begitu banyak orang yang ingin berwisata ke daerah Tomok ini, namun setelah melihat langsung ternyata tidak seperti yang mereka pikirkan, terutama karena dukungan infrastruktur yang belum memadai, masyarakatnya yang kurang ramah, kebersihan dan hargajasa yang sangat mahal. Beliau bahkan menegaskan: “mengapa bali bisa dan kita tidak bisa,mengapa wisatawan khusunya turis

21

Oppu Jipolo Silalahi adalah seorang tokoh masyarakat di desa Tomok Parsaoran dan merupakan Pensiunan Pemkab Samosir Kantor Dinas Tenaga Kerja Persiapan


(38)

semakin menurun dibandigakan 30 tahun yang lalu kata Beliau dengan lantang. Setelah beliau mengetahui bahwa Penulis berasal dari Kecamatan Ajibata, kemudian beliau menambahkan bahwa jika daerah Tomok ini meningkat terlebih dari segi Pariwisata, otomatis Kecamatan Ajibata juga pasti meningkat karena orang yang berwisata ke Tomok ini bisa lewat Ajibata dan Tigaraja, “tergantung kalian lah bagaimana supaya orang lebih memilih lewat Ajibata daripada Tiga Raja” tutur beliau.

2.3 Bahasa

Berdasarkan variasi dialek bahasa, seluruh etnik toba dapat dikategorisasikan ke dalam empat wilayah, yaitu : Silindung, Humbang, Toba, dan Samosir. Mereka secara umum menggunakan bahasa batak toba dengan penekanan dan intonasi yang sedikit berbeda(Samosir 1988: 44). Variasi dialek dalam bahasa Batak Toba tersebut hanyalah mengandung sedikit perbedaan. Pada umumnya, perbedaan itu mencakup intonasi (lagu kalimat), dimana wilayah Tapanuli Utara termasuk menggunakan pemakaian bahasa batak toba yang lebih “halus”. Di wilayah Samosir, termasuk desa Tomok dan desa Tomok Parsaoran, masyarakatnya menggunakan bahasa batak toba yang kurang halus atau “sedang”. Sementara di wilayah Toba termasuk Pardamean Ajibata mengunakan bahasa batak toba yang sedikit “kasar” dengan nada yang sedikit lantang.

Disamping itu Ajibata sebagai wilayah yang sangat mudah disentuh perkembangan jaman dan teknologi terutama bagi kaum muda banyak kata-kata yang bermunculan dan sering dugunakan dalam bahasa sehari-hari seperti, bang, ces, les, dek, konco, coy dan masih banyak sebutan yang lain kepada yang di


(39)

anggap akrab. Kata lae pun telah jarang digunakan di Ajibata karena sebagian besar dari kaula muda beranggapan kata lae itu merupakan bahasa yang terlalu sopan dan sering digunakan oleh orang yang dewasa. Mereka lebih sering menggunakan kata bang, les, sebagai pengganti kata lae. Demikian juga penggunaan kata anggia yang sering digunakan sesama laki-lagi terhadap orang yang lebih mudah dari mereka telah berubah menjadi dek. Tidak sedikit juga dari kaum pemuda Ajibata yang telah menggunakan bahasa Indonesi sebagai bahasa sehari-hari.

Berbeda dengan daerah Tomok sebagai daerah yang paling sering di kunjungi para wisatawan. Bahasa batak toba yang mereka gunakan sedikit lebih halus dari bahasa yang tigunakan oleh masyarakat Ajibata. Seperti penggunaan kata le, anggia, ito dan bahasa batak yang sopan masih kerab kita dengar pada masyarakat ini. Namun demikian meskipun ada pengurangan dan penambahan kata-kata yang digunakan di ketiga desa tersebut diatas, di samping perbedaan tersebut penggunaan bahasa yang halus akan kita jumpai misalnya dalam situasi sosial pada aktivitas adat istiadat.

Terlepas dari variasi dialek bahasa, bahwasanya bahasa yang digunakan di dalam kehidupan bermasyarakat di desa Pardamean Ajibata,Tomok dan tomok Parsaoran adalah bahasa ibu, yaitu bahasa Batak Toba di samping bahasa resmi pemerintah yaitu Bahasa Indonesia. Menurut Andi Sirait Penasehat Punguan Naposo Bulung Ajibata (NBA), bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi sehari hari adalah bahasa batak toba. Bahasa Indonesia digunakan ketika ingin berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal karena dianggap sebagai orang yang hendak melakukan kunjungan wisata. Selain itu bahasa


(40)

Indonesia juga banyak digunakan oleh kaum remaja yang duduk di bangku sekolah tetapi bukan berarti mereka titak tahu bahasa batak toba. Tidak jauh berbeda dengan masyarakat Tomok dan Tomok Parsaoran. Menurut Ibu D. Manurung salah satu pemilik toko souvenir di Tomok, memang bahasa sehari-hari yang digunakan sesama masyarakat setempat adalah bahasa batak toba, tetapi masyarakat tomok khususnya pemberi layanan jasa yang berkaitan denga pariwisata tentunya menggunakan bahasa Indonesia kecuali lawan bicara yang di tawarkan barang/jasa tersebut menanggapi dengan bahasa batak.

Lae Daniel Sidabutar sebagai kernet kapal lebih memilih bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di dalam kapal. Beliau mengatakan bahwa tidak semua penumpang kapal mengetahui bahasa batak, karna bukan orang batak toba saja penumpang di kapal tersebut, apalagi jika penumpang tersebut ingin berwisata dan berasal dari etnis di luar Sumatera Utara bahkan dari Luar Negeri. Bahasa Indonesia lebih efektif digunakan karena paling tidak masyarakat Indonesia secara umum sudah mengerti bahasa Indonesia. Jadi, “meskipun bahasa Indonesia saya batak kali, yang penting penumpang mengerti” tuturnya.

2.4 Sistem Religi

Sistem kepercayaan masyarakat batak toba pada umumnya sebelum di sentuh para missionaris adalah menganut sistem Paganisme. Paganisme adalah suatu campuran dari kepercayaan realigi kepada dewa-dewa, pemujaan yang bersifat animisme terhadap roh-roh yang sudah meninggal, dan dinamisme terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. (Vergouwen dalam Hutapea, 1995:34)


(41)

Pada akhir tahun 1870-an dan awal tahun 1880 masyarakat Batak Toba secara besar-besaran masuk agama Kristen yang diperkenallan oleh Nomensen22(Hutapea, 1995:32). Perubahan secara pesat ini terjadi karena beberapa raja di tanah batak yang berpengaruh juga masuk agama Kristen. Dimana masyarakat batak toba adalah masyarakat yang suka mengikuti pemimpinnya dalam segala hal termasuk agama, sehingga konversi pemimpin-pemimpin oarang batak tersebut mengakibatkan konversi massa dari keluarga-keluarga dan para pengikutnya. Hal ini didukung pula oleh nilai filosofis yang terkandung pada peribahasa batak toba : eme na masak di gagat ursa (sampiran) Ia i na masa ba ima ni ula ( menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi ). Ada juga istilah dalam batak toba yang mengatakan molo suhar bulu di tait dongan ba suhar do taiton (mengikuti kemauan massa sesuai dengan kondisi dan situasi) (Sangti 1977 : 182)

Seiring masuknya Kristen ke tanah batak sampai saat ini masyarakat batak toba secara umum telah menganut agama Kristen dan ada sebagian kecil menganut kepercayaan Parmalim23.

22

Nomensen adalah seorang misionaris berkebangsaan Jerman yang berhasil menyebarkan Agama Kristen Protestan ke tanah batak.

23

Secara historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama Guru Somaliang Pardede (Horsting 1914; Tichelman1937; Helbig 1935), seorang yang sangat dekat dengan Sisingamangaraja XII (raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja). Menurut beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut Sisingamangaraja (khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru Somaliang dan Raja Mulia Naipospos), dengan tujuan untuk melindungi kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen, Islam, dan kolonialis Belanda (Sidjabat 1983:326) Masashi Hirosue (1988:75-76) berpendapat bahwa gerakan Parmalim merupakan ‘gerakan anti mesianis-kolonial’yang ingin menghancurkan kerajaan. Sidjabat (1983:326) percaya bahwa Sisingamangaraja sendiri sebagai penemu/pendiri sekte Parmalim Sitor Situmorang (1993) menjelaskan sebuah interpretasi historis mengenai munculnya sekte Parmalim dengan sedikit berbeda. Ia (Situmorang 1993:63) mengatakan bahwa Somaliang telah datang kepada Raja Sisingamangaraja XII dan menyatakan mengenai’visi’nya untuk mendirikan sekte Parmalim masyarakat Batak Toba.(Dalam Harahap 2000 : 30)


(42)

Demikian halnya di desa Pardamean Ajibata, berdasarkan data yang tercantum dalam papan monografi desa Pardamean Ajibata yang didukung oleh keterangan Sekdes mayoritas peduduknya adalah beragama Kristen Protestan dan Katholik. Adapun beberapa masyarakat yang beragama Muslim adalah masyarakat pendatang. Ada 5 Gereja di desa ini yaitu : HKBP(Huria Kristen Batak Protestan), GBI(Gereja Betel Indonesia), GBIS(Gereja Betel Injil Sepenuhnya) Narwastu. GBIS dan Katholik. Namun demikian ada juga masyarakatnya yang beribadah di Gereja HKI(Huria Kristen Indonesia) dan Adven yang berada di kelurahan Parsaoran Ajibata. Masyarakat Ajibata yang beraagama Kristen Protestan tergabung dalam Gereja Lutheran seperti, HKBP 34% dari jumlah penduduk, dan HKI 27, ada juga yang tergabung dalam Gereja Kharismatik seperti, GBI 4%, GBIS Narwastu 6%, dan GBIS 6%. Lalu ada juga yang tergabung dalam Gereja Masehi yaitu gereja Adven 5% dan Gereja Katholik 15%. Sampai sejauh ini berdasarkan yang saya survei langsung dan setelah berbincang-bincang24 dengan sekdes desa Pardamean Ajibata belum ada Mesjid atau Musholah di desa ini.

Berbeda dengan masyarakat Tomok, dimana masih ada sebagian kecil masyarakat yang menganut kepercayaan Parmalim. Berdasarkan keterangan Ibu M. Manurung jumlah yang menganut kepercayaan Parmalim di desa Tomok ada 10KK. Agama yang paling dominan pada masyarakat Tomok adalah Kristen Protestan yaitu 1873 Jiwa dan Khatolik 954 Jiwa dan Islam25 32 Jiwa. Masyarakat yang menganut Kristen Protestan terdiri dari HKBP Tomok 80%, GKPI(Gereja

24

Melakukan wawancara dengan sekdes Pardamean Ajibata di kantornya Selasa 31 Februari 2015 dan sekaligus mensurvei ke lapangan.

25


(43)

Kristen Protestan Indonesia) Tomok 15% dan GSJA(Gereja Sidang Jemaat Allah) Tomok 5%. Demikian juga desa Tomok Parsaoran di dominasi oleh Protestan(HKBP) 653 jiwa, Khatolik 224 Jiwa, Muslim 70 Jiwa dan Budha 4 Jiwa( Propil Desa Tomok : 2014 dan Propil Desa Tomok Parsaoran : 2014)

2.5 Kebudayaan Lokal 2.5.1 Kesenian Lokal

Untuk membicarakan kesenian lokal yang terdapat pada masyarakat batak toba di Pardamean Ajibata, Tomok, dan Tomok Parsaoran, penulis melihatnya melalui 3 cabang seni yang ada di daerah ini yaitu seni musik, seni tari dan seni ukir atau pahat.

2.5.1.1 Seni Musik

Seni musik pada masyarakat batak toba dapat dikelompokkan ke dalam dua bahagian besar yaitu musik vokal dan musik intrumental. Berdasarkan kegunaan dan tujuan lagu, musik vokal pada masyarakat batak toba dibagi menjadi delapan jenis, yaitu : ende mandideng (menidurkan anak), ende sipaingot (nyanyian nasehat), ende pargaulan (nyanyian muda-mudi), ende tumba (nyanyian muda-mudi sambil menari), ende sibaran (nyanyian individu tenteng penderitaan), ende pasu-pasuan (nyanyian pemberkatan), ende hata (nyanyian bersajak), dan ende andung yaitu, nyanyian ratapan (Pasaribu 1986 : 27 – 28)

Menurut bapak B Sirait26 kedelapan jenis ende ini sudah jarang di temui di masyarakat Pardamean Ajibata. Ende mandideng yang mereka gunakan telah

26


(44)

berbahasa Indonesia seperti nina bobo, dan bobolah adek. Ende tumba juga telah jarang dijumpai, hanya pada saat perayaan HUT RI setiap SD masih sering membawa lagu tumba dengan tarian tumba. Keadaan ini sama halnya dengan Tomok dan Tomok Parsaoran menurut keterangan Lundu Sidabutar27 salah satu pemusik dari Tomok.

Tidak bisa dipungkiri pengaruh musik populer juga sangat besar terhadap ketiga desa ini. Sejak berkembangnya musik pop daerah khusunya Trio Batak, masyarakat sangat menggemari lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Trio Batak.

Masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel musik, yaitu gondang sabangunan28, gondang hasapi29. Tiap ensambel memiliki alat-alat musik tersendiri kecuali alat musik hesek. Hal yang lain menjadi ciri dari kedua ensambel gondang ini keseluruhan komposisinya berupa musik instrumental. Alat-alat musik yang yang terdapat pada ensambel gondang hasapi tidak dimainkan pada ensambel gondang sabangunan, demikian pula sebaliknya (Hutajulu dan Harahap 2005: 21) (Kontradiksi dengan kalimat sebelumnya: Tiap ensambel memiliki alat musik tersendiri kecuali hesek).

Kedua ensambel musik ini digunakan sebagai pengiring tarian seremonial, yaitu tortor. Ada perbedaan dalam formasi instrumentasi dari kedua ensambel, namun yang sangat jelas perbedaannya terletak pada karakter instrumennya, penggunaannya maupun aspek musiknya (Purba dalam Pasaribu 2004 : 62

B.Sirait mengatakan bahwa di desa Pardamean Ajibata mengenal dua ensambel yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi. Gondang sabangunan di desa ini biasanya digunakan pada upacara saur matua dan mengokkal holi.

27

Salah satu pemusik dari desa Tomok

28


(45)

Sedangkan gondang hasapi adalah pada upacara penikahan. Namun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa ensambel gondang hasapi dengan formasi hasapi, sulim, sarune etek, garantung dan hesek sudah jarang dijumpai didesa ini. Hal ini disebabkan besarnya pengaruh musik Barat khususnya Keyboard. Oleh karena Itu formasi musik pengiring tortor khususnya dalam upacara perkawinan di dasa Pardamean Ajibata adalah Keyboard, Sulim, tagading, dan hasapi. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan desa Tomok dan Tomok Parsaoran. Perbedaannya dimana masyarakat Parmalim yang ada Tomok selalu menggunakan ensambel gondang sabangunan baik pada upacara sau matua, mangokkal holi dan pernikahan.

2.5.1.2 Seni Tari

Seni tari yang ada pada masyarakat batak toba adalah Tortor. Tortor adalah tarian seremonial yang dapat kita jumpai pada setiap upacara batak toba yang selalu berkaitan erat dengan musik dengan gondang. Tortor tidak dapat terjadi tanpa gondang. Hati-hati di dalam menyebutkan tortor sebagai seni tari.. Tortor bukanlah ‘seni tari’ seperti halnya kita memahami ‘tumba’, sebagai suatu seni gerak tubuh. Tortor adalah bagaian dari pelean maupun ritual, dan tortor hanya ditampilkan dengan iringan gondang, serta hanya dilakukan ketika dialog verbal tidak mampu untuk menguraikannya. Tortor adalah sebuah pernyataan ritual dan religius.

Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dalam dari gerakan-gerakannya menunjukkan bahwa tortor adalah sebuah media


(46)

komunikasi, dimana melalui gerakan-gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara paetisipan. (Purba dalam Pasaribu 2004 : 64).

Selain tortor seremonial, masyarakat batak toba khusunya dan di tomok mengenal tortor sawan dan tortor tunggal panaluan. Namun totor yang di Ajibata tidak dapat kita jumpai lagi, tetapi kita dapat menemukannya di Tomok yaitu tortor sigale-gale.

2.5.1.3 Seni Ukir Atau Pahat

Seni ukir atau pun pahat pada masyarakat batak toba masih dapat kita temukan khususnya di daerah Tomok dan Ajibata. Masyarakat yang rajin mengukir dan memahat disebut sebagai panggorga atau panggorit. Seni ukir dan seni pahat sangat terlihat jelas pada souvenir yang di jual sebagai cendramata yang memiliki ukiran batak atau gorga dan pahatan-pahatan pada miniatur termasuk tongkat tunggal panaluan dan kerajinan tangan masyarakat yang bersifat souvenir disekitar wilayah Ajibata dan yang paling banyak adalah di Tomok.

Menurut kepercayaan masyarakat batak pada umumya, gorga yang ada pada bangunan rumah batak memiliki arti yang dimana tidak banyak lagi orang yang mengerti arti dari gorga yang biasanya ada di rumah batak.

2.5.2 Sistem Kekerabatan dan Adat

Kebudayaan Batak Toba merupakan sebuah bentuk gagasan yang diwarisi masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nilai-nilai budaya. Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia, adalah bahwa


(47)

kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat merupakan bagian dari kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan( Sidabutar : 2014)

Menurut bapak Bapak O.Manurung salah satu tokoh Adat di desa Pardamean Ajibata menyebutkan bahwa sistem kekerabatan dan Adat masyarakat batak Toba secara keseluruhan telah terkandung di dalam adat dalihan na tolu. Beliau menegaskan bahwa dimana saja masyarakat batak berlandaskan pada sistem hubungan sosial dalihan na tolu termasuk di desa Pardamean Ajibata, Tomok dan Tomok Parsaoran.

Tata cara kehidupan masyarakat Batak Toba, secara tradisional diatur dalam sebuah sistem sosial kemasyarakatan yang disebut dalihan na tolu. Secara harfiah, dalihan na tolu mengandung arti “tungku yang tiga”. Dalihan na tolu merupakan sebuah sistem hubungan sosial yang berlandaskan pada tida pilar dasar kemasyarakatan, yakni : hula-hula (pihak keluarga pemberi istri), anak boru (pihak keluarga penerima istri), dan dongan tubu(sesama saudara semarga) ( Harahap dan Hutajulu 2005 : 7)

Bagi masyarakat Batak Toba, hula-hula dianggap memiliki status yang tertinggi, baik di lihat dari cara bagaimana kelompok ini ditempatkan secara sosial maupun dilihat dari cara penghormatan yang diberikan oleh kedua kelompok lainnya. Hal ini tercermin dalam pepatah orang batak yang merupakan isi dari dalihan na tolu yang menyatakan: “somba mar hula-hula, adalah berikanlah sembah pada hula-hula, rukunlah diantara sesama dongan tubu, berikanlah perhatian/kasih sayang pada anak boru”. Lebih dari itu, khususnya untuk hula-hula, orang batak juga memberisebutan kepada kelompok tersebut sebagai debata na taridayang artinya “ Tuhan yang tampak”(Harahap dan Hutajulu 2005 : 7)


(48)

2.6 Sejarah Ringkas Pelabuhan Ajibata-Tomok

Menurut keterangan Bapak L. Sirait30, pelabuhan Ajibata-Tomok menjadi sebuah jalur transportasi air pada tahun 1974. Namun demikian, sebelum pelabuhan Ajibata-Tomok, ternyata pelabuhan Tiga Raja31– Tomok sudah ada terlebiha dahulu. Sebelum tahun 1976 masyarakat Ajibata tidak bisa terhubung langsung dengan Tomok dan Tomok Parsaoran karena harus melalui Kelurahan Tiga Raja. Pelabuhan yang menghubungkan Tiga Raja dengan Tomok tersebut bersebalahan langsung dengan pusat pasar Kecamatan Girsip. Pada masa itu, karena belum ada pasar di Ajibata dan di Tomok, masyarakat sekitar Ajibata dan Tomok sekitarnya beberbelanja di Pasar Tiga Raja khusunya sembako.

Jika dilihat dari segi pemerintahan, Tiga Raja termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Simalungun, sedangkan Ajibata dan Tomok pada saat itu masih termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. Jadi melihat keaadaan ini di bukalah pasar di Desa parsaoran Ajibata pada tahun 1973. Namun demikian pasar tersebut hanya di gunakan oleh masyarakat Ajibata sekitarnya, karena masyarakat Tomok lebih memilih Tiga Raja yang bersebelahan dengan Pelabuhan Tiga Raja dibandingkan harus menempuh jarak 2 Km lagi ke Ajibata. Oleh karena itu, untuk menghubungkan Ajibata langsung dengan Tomok dibukalah Pelabuhan Ajibata – Tomok.

Menurut Bapak L. Silalahi, Pelabuhan Ajibata – Tomok adalah awal dari berkembangnya daerah Ajibata. Meskipun mereka harus menggunakan berbagai cara agar penumpang yang menggunakan jalur Ajibata-Tomok tidak kalah imbang

30

L. Sirait adalah seorang tokoh masyarakat yang tau kondisi desa Pardamean Ajibata lama sebelum Pelabuhan Ajibata-Tomok ada.

31


(49)

dengan Tiga Raja-Tomok. Para awak kapal mempertimbangkan kualitas kapal dan keindahan kapal suapaya penumpang merasa nyaman di kapal yang mereka tumpangi. Bahkan, menurut Johan Silaen, seiring berkembangnya fasilitas di kapal khususnya pemutar musik merupakan menjadi hal yang penting untuk membuat penumpang merasa nyaman di kapal. Selain dari pada itu, perkembangan tersebut didukung oleh Pelabuhan Veri yang di buka pada tahun 1981 di Ajibata. Hal ini memberikan perkembangan yang pesat terhadap kecamatan Ajibata.

Menurut S.Sirat pemilik tanah pelabuhan Ajibata menjelaskan bahwa, dahulu pada jaman Kakek dari pada beliau yaitu sekitar tahun 70-an, sebagian besar tanah Ajibata adalah milik mereka khususnya daerah di tepi danau toba Ajibata. Beliau menjelaskan bahwasanya Pemerintah Kabupaten yang pada saat itu Ajibata masih termasuk kedalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara sudah berulang kali meminta ijin untuk membeli tanahnya untuk lahan pemerintahan karena sangat strategi untuk berbagai kondisi di kembangkan. Namun, beberapa kali O.Sirait kakek dari beliau selalu menolak permohonan Pemerintah Taput tersebut. Menurut penjelasan S.Sirait, pada saat itu kakek beliau ragu jika nantinya Pemerintah ingin mengambil keuntungan pribadi dimana pada saat itu yang langsung datang adalah Bupati Kabupaten Tapanuli Utara. Tetapi setelah berulang kali Bupati Taput bermohon, O.Sirait sepertinya melihat ada sebuah keseriusan dari permohonan Bupati Taput bukan ingin mengambil keuntungan pribadi tetapi ingin membangun daeah Ajibata supaya berkembang. Oleh karena itu sekitar tahun 1972, bapak O.Sirait pun memberikan sebidang tanah dengan gratis kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.


(50)

Setelah O.Sirait memberikan tanahnya secara Cuma-Cuma kepada Pemerintah Taput, maka pemerintah Taput pun tidak ingin menyia-nyiakan pemberian dari pada bapak O.Sirait, dimana pemerintah langsung membangun pasar supaya masyarakat setempat tidak lagi pergi jauh ke pasar Tiga Raja. Selain itu dibangunlah akses jalan meskipun pada saat itu belum langsung jalan aspal tetapi Pemerintah mengusahakan supaya pelosok-pelosok bisau di jangkau dengan mudah. Melihat daerah Ajibata merupakan tepi danau toba maka pemerintah Tapanuli utara pun saat itu minta ijin kepada bapak O.Sirait untuk memberikan sebagian tanahnya sebagai pelabuhan supaya daerah tersebut bisa terhubung dengan beberapa darah melalui transportasi air khususnya daerah Tomok. Sejak dibukanya pelabuhan ajibata maka di si tulah awal dari perkembangan daerah Ajibata dan Tomok.

Jadi menurut hemat S.Sirait, bahwa dengan dibukanya Pelabuhan Ajibata dengan jalur tujuan Ajibata tomok maka pada saat itulah ada Ajibata. Beliau juga mengatakan” molo so alani opungku najoloani dang nalao adong Ajibata songon noaeng on. Ale ima... soadong di ingot pamarenta jasa ni opung nami najoloani” kata beliau. Artinya jika bukan karena kakaek dari beliau yang dulu memberikan tanah itu kepada pemerintah maka tidak akan ada Ajibata seperti sekarang ini, tetepi meskipun demikian Pemerintah tidah pernah mengindahkan jasa dari kakek kami.


(51)

BAB III

PENYAJIAN MUSIK DI KAPAL PENUMPANG AJIBATA-TOMOK

Bab ini saya akan menguraikan secara singkat apakah penyajian musik di kapal merupakan sebuah pertunjukan atau tidak. Selain itu akan di jelaskan juga secara deskrikptif tentang penyajian musik di kapal penumpang Ajibata-Tomok baik yang di sajikan melalui media ataupun yang secara langsung disajikan oleh pengamen. Di sini juga akan di jelaskan bagaimana tanggapan penumpang terhadap penyajian musik tersebut.

3.1 Musik di Kapal Sebagai Sebuah Pertunjukan

Murgiyanto dalam artikelnya berjudul “ Cakrawala Pertunjukan Budaya:

Mengkaji Batas dan Arti Pertunjukan “ mengemukakan bahwa Pertunjukan

adalah sebuah komunikasi dimana satu orang atau lebih pengirim pesan merasa bertanggung jawab kepada seorang atau lebih penerima pesan dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui perangkap tingkah laku. Komunikasi terjadi jika pemberi pesan (pelaku pertunjukan) mempunyai maksud (intention) dan penoton memiliki perhatian (attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan harus ada pelaku pertunjukan (performer), penonton atau penerima pesan (audience), dan harus ada pesan yang dikirim dengan cara penyampaian yang khas. Medium penyampaian pesan bisa auditif, visual atau gabungan keduanya: gerak, laku, suara, rupa, multi media dan sebagainya (Murgianto 1995)


(52)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa dalam sebuah pertunjukan paling tidak harus memenuhi 3 syarat supaya hal tersebut bisa dikategorikan sebagai sebuah pertunjukan. Syarat pertama adalah adanya pelaku pertunjukan. Pelaku pertunjukan bisa secara langsung ikut serta di dalam sebuah pertunjukan seperti pertunjukan konser sebuah grub band dengan kata lain personil grub band tersebut langsung berada diatas panggung Lalu sebaliknya pelaku pertunjukan juga bisa secara tidak langsung menjadi pelaku pertunjukan seperti pihak yang menayangkan film di bioskop dimana yang berada di panggung untuk dipertontonkan adalah film tersebut sehingga mereka menjadi pelaku pertunjukan secara tidak langsung. Kedua, adanya audiens atau penonton yang memberi perhatian kepada sesuatu yang di pertunjukkan oleh pelaku pertunjukan. Ketiga, adanya pesan yang disampaikan kepada audiens dengan penyampaian yang khas. Cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut antara lain yaitu media suara, gambar, gerak, laku, rupa dan multi media seperti perangkat pemutar musik baik audio ataupun audio visual yang memang sudah di pahami bersama. Penyampaian pesan tersebut bisa secara langsung dilakukan oleh pelaku pertunjukan yang telibat langsung dalam pertunjukan dan bisa juga disampaikan dengan mengunakan media perantara baik audio atau audio visual.

Dengan demikian, kita dapat melihat apakah musik di dalam kapal termasuk sebagai sebuah pertunjukan atau tidak. Yang pertama, yang menjadi pelaku pertunjukan yang memberikan pesan di dalam kapal adalah supir32 dan kernet. Namun demikian, berdasarkan survei yang penulis lakukan di lapangan, pada umumnya supir kapal lebih sering memutar (memainkan) musik melalui

32


(53)

media pemutar musik33 daripada kenek34 kapal, berhubung karena kenek lebih35 sibuk mengurusi penumpang dan barang yang masuk kedalam kapal. Kedua, penonton atau audiens yang menerima pesan di dalam kapal tersebut adalah semua penumpang yang datang dari berbagai kalangan. Setelah beberapa kali melakukan penelitian langsung ke lapangan penulis melihat bahwa penumpang selalu memberi perhatian terhadap musik yang diputar di dalam kapal. Perhatian yang diberikan oleh para penumpang dapat dilihat dari respon mulai dari gerak-gerik tubuh penumpang yang mulai mengikuti irama musik yang sedang di putar bahkan ada yang mulai bernyanyi mengikuti lagu yang di sajikan di kapal tersebut. Khususnya bagi kapal yang memiliki pemutar video, meskipun penumpang sama sekali tidak mengetahui lagu yang sedang disajikan selain mengikuti irama mereka juga memberi perhatian besar terhadap video dari lagu tersebut yang diputar di monitor pemutar video. Ketiga, adanya pesan yang di sampaikan dengan penyampaian yang khas dalam sebuah pertunjukan. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan selama mengadakan penelitian lapangan terkait pertunjukan musik di dalam kapal dimana bahwa terdapat beberapa penyampaian yang khas di dalam kapal seperti, memutar musik dengan menggunakan multi media baik audio ataupun audio visual. Ada juga beberapa kapal yang menggunakan karaoke. Namun demikian pada umumnya ‘media’ yang digunakan untuk mengaktifkan bunyi musik atau peralatan audio untuk playback yang

33

Pemutar musik yang digunakan terdiri dari DVD yang dapat memutar (membaca) file di dalam flash disk atau memory card dan kepingan DVD, kemudian mixer r untuk mengatur bunyi yang dihasilkan dan loudspeaker (pembesar volume suara) sebagai penghasil bunyi.

34

Kenek kapal adalah sebutan untuk anak buah kapal yang tugasnya adalah membongkar muat barang-barang dari kapal dan mengurusi penumpang baik mengutip ongkos ataupun membantu supir kapal dalam segala yang berhubungan dengan kepentingan di dalam kapal.

35

Meskipun demikian titak tertutup kemungkinan bagi kenek untuk memutar musik di kapal tersebut. Dimana 15 menit sebelum berangkat mesin kapal akan dihidupkan dan kadang kala musik akan langsung di putar pada saat mesin kapal telah dihidupkan dan beberapa nahoda kapal terkadang menyuruh kernet kapal yang menghidupkan mesin kapal tersebut.


(54)

terdapat di dalam kapal terdiri dari DVD yang dapat memutar (membaca) file di dalam flash disk atau memory card dan kepingan DVD, amplifier yaitu, komponen elektronika yang di pakai untuk menguatkan daya atau tenaga secara umum, equalizer untuk mengatur bunyi yang dihasilkan dan loudspeaker (pembesar volume suara) sebagai penghasil bunyi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa musik di kapal-kapal penumpang Ajibata-Tomok telah memenuhi syarat seperti yang diuraikan diatas untuk disebut sebagai sebuah pertunjukkan.

3.2 Jenis/Genre musik yang di mainkan

Jenis atau genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lain. Jenis musik dapat dilihat atau dipahami berdasarkan teknik memainkan musik tersebut, gaya komposisi, konteks penggunaan, tema musik, lirik atau bahasa atau pun geografi. Genre musik sangat bervariasi yang di mana hal ini dapat kita lihat baik dari instrument alat musik yang digunakan, ritme lagu, serta tempo lagu yang dimainkan(Setiawan 2011 : 30).

Heru Setiawan menyebutkan bahwa dalam genre musik terdapat genre utama yang dimana masing – masing genre tersebut ada yang terbagi lagi atau berkembang menjadi beberepa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia.


(55)

Adapun pengkategorian aliran atau jenis musik menurut Setiawan adalah sebagai berikut ini:

Genre Sub Genre dan Perkembangannya

 Klasik - Klasik Masa Barok

- Klasik Masa Klasik

- Klasik Masa Romantik

 Jazz - Dixieland

- Swing

- Bebop

- Hard Bop

- Cool Jazz

- Free Jazz

- Jazz Fusion

- Smooth

- Jazz, dan

- Cafjazz

 Rock - Psychedelic Rock,

- Progressive Rock.

- Thrash Metal

- Glam Metal

- Death Metal dan

- Black Metal

 Gospel  Blus  Pop

 Rhythm and Blues  Funk

 Electronic

 Ska, Reggae, Dub  Hip hop / Rap / Rapcore

 Dangdut

 Country  Latin


(1)

xxxvii

Rap hita nadua Argado bonani pinasa Loja dang marna Pulo samosir Batu aji Tao toba Rolina Marsada Mahiang Malingun ian Marsianjuan Molo Margitar

Aninggolan Sister- Andigan Nasosayang Beho Borngin i

Golden- Voice Sipata Parpadanan- Rani Ho Nama Ito cipt. Retta Poda

Bunga harotas Bot ni ari Rap marsianjuan Boru panggoaran Holan au Mangatusi Maila hian Kuala namu Pesta batak Anak medan Siantar ment Anak medan Siantar ment Bolusan do Lineker Situmorang Bunga ni holong Soripada Nauli Burju do ho Sia sia do sude Muba nama ho Arghana Trio Bisik-bisik tetangga Dang mungkini

Channel – Tentang Kita Crishye – Andai Aku Bisa Dewa 19 – Pupus d’Masiv – Apa Salahku d’Masiv – Tak Bisa Hidup Tanpamu

d’Masiv – Cinta Ini MembunuhkuCampur- Agnes Monica – Rapuh Agnes Monica – Rindu Five Minutes – Katakan Sebenarnya

Five Minutes – Salah Apa Geisha – Selalu Salah Geisha – Ku Menyerah Geisha – Cintaku Hilang Ipang – Tentang Cinta Iwan Fals – Yang Terlupakan

J-Rocks – Lepaskan Diriku Judika – Aku Yang Tersakiti

Ungu – Penguasa Hatiku Ungu – Sejauh Mungkin Ungu – Seperti Yang Dulu Judika – Bukan Dia Tapi Aku

Kerispatih – Kesalahan Yang Sama

Kerispatih – Kejujuran Hati Keyla – Terlalu Cepat Mencintaimu

Killing Me Inside – Biarlah

Gingaz

Yee -Original Mix Deorro

Rules of House Original Mix— DJ Abercrombie & Atilla morena

Suckfest9001 Deadmau5 Jumanji

Suerte– Shakira Como La Flo – Selena Provocame– Chayanne Livin La Vida Loca– Ricky Suavemente– Elvis Crespo No Me Ame – Jennifer Lopez feat. Marc Anthony A Puro Dolor – Son By Four Cuando Nadie Me Ve Danza Kuduro– Don Omar Volare

Bidi Bidi Bom Bom– Selena Represen – Orishas No Me Doy Por Vencido – Luis Fonsi

Miente – Camila Aqui Estoy Y – Luis Fonsi Dale Don Dale– Don Omar El Rey – Vicente Fernandez No Se Tu – Luis Miguel


(2)

xxxviii

Sial hian (Kualanamu) Holan angan-angan Hodo na tarpillit Holongki Haholongi au Mose do janjim Tu dia namau Pulo batam

10.Tio 14

Batak Campur

Aut Boi Nian

Arvindo Simatupang_Boano Boasa ma Ikkon Hutanda Diporlaki vico pangarb Duet sihotang Willy Wahyu Haholongi Au

Haol au Gomos Ho Nama Ito cipt. Retta Ilukki Hapuasan ni arsak Konser Lagu Batak Taringot au Lagu Batak Arvindo dan Jonan Lungun Ni Rohakki

Malingun ian Marsianjuan Molo Margitar

Aninggolan Sister- Andigan Nasosayang Beho Borngin i

Golden- Voice Sipata Parpadanan- Rani Ho Nama Ito cipt. Retta Poda

Bunga harotas Doly-Tongam Sinanggara tullo Bulan i do gabe saksi Tangiang ni dainang Ujui

Margabus do ho

Indonesia

Campur

Salam Sayang Sapu Tangan

Satu Hal Yang Kurindu Letto- Dalam Duka Anie Carera- Cintaku Tak Terbatas Waktu Vidi Alfiano Feat Sherina

Ipang- Bintang Hidup Alda Risma Feat Fitri- Sampai

Andy Liani- Sanggupkah Aku

Anggun- Mimpi Cinta Terlarang Fitri- Mengapa Aku Jatuh Cinta Hampa- Ari Lasso Hengki Supit- Bila Engkau Izinkan I Miss U But I Hate You Iklim- Seribu Kali Sayang

Iklim- Patah Tumbuh Iklim- Bukan Aku Tak Cinta

Inka Christie- Cinta kita Iwan fals- Ku Menanti

Barat Campur

My Lovely ito- ian One day ian

Mims- This way I’m Hot Top Back

Adele Nevember Rain Celen Dion One Love One Last Bradge

DJ-AFLC DJ-

House_melodi_2007

Karo Campur

Aku Piso La Ersukul Andika alena

Batak pop Karo – Ate Ngena Pernere

Batak pop Karo – Bagi Nasuhi Seisa

Batak pop Karo – Keangan Manis

Batak pop Karo – Udan Gemburu

Batak pop Karo – Udan Rintik- Rintik Batak pop Karo –Ukuri Sekali Nari

Bengkuang Pekepar Paya ....Ulina

Biring Manggisku Bunga Rampe Bunga_Rampe.reno.s Cangkul Cap Buaya Cantik Manis Cari Gara-Gara Catatan Sipil Cakara Pekear Lau Cemburu Buta_SB Cerita Lama_Scorpio.S Cinta Permen Karet Cinta Terlarang Cirem Sipermata


(3)

xxxix

Ngasae bei

Silang mi Among band Sega Nama ho Panlsolion Tona Ni Da inang Palias Gabus Sandiwara Do

Unang parmeam-meam Au Au do Namangatusi Surat na rara duma Sigaret Begu

seorang

Judika Bukan Rayuan Gombal

Judika- Ketulusan Kla- Jogjakarta Koes ploes- Nusantara satu

Ku Tak Bisa- Slank Mawar Merah

Cirem Ciri-ciri Khusus Djass- Anggap Turang Egi- Jumpa Tempat Biasa Egi- Ngadi Kita Jomblo Egi- Page Umpatan Enggo Biasa – Harto Trg Erwina- Cakap Male Erwina- Cinta Bon2 Karet Erwina- Dua Kali Sirang Erwina- Ertapuk La Rujung Erwina- Kecewa

Erwina-la Jertahan Gayandu Erwina- Main Kel Gayandu Erwina- Njujung

Erwina- Rondong Buni2

11.Rudy

Star

Gondang bolon dalian na tolu-10 Marsada-26

Amsisi trio-26 Elexis trio-10 Arghana Trio-10 Erik Sihotang-10 Siantar Rap Undation-10 Retta Sitorus-10

Rani Simbolon Tuak begu Bukka otik jo Goyang morena Situmorang Ho do ito Sinntaki holan tuho Malala

Marrokkap dung matua

Cita citata Aku mah ap atuh Goyang dumang Sakitnya tu di sini Perawan atau janda

Zaskia Gotik Hei mas bro Tarik selimut Bye bye lagi Cukup satu menit Sisa semalam Bang jono Bebek ngambang Sudah cukup sudah 1000 alasan 1 Jam


(4)

xl

12.Dos

Roga 2

Trio Elexis-12

Style voice-12

Tioma Grub-10

Naingolan Sister-7

Trio andesta-9

Sun sister-6

Marlen Manurung-11

Arpindo dan Junar

Situmorang-9

Arvindo Simatupang-12

Simorangkir Trio-5

Siman Star-12

Viky sianipar &

judika-14

Christin Panjaitan-13

The boys trio -11

Rani & Dorman-12

Amores king-11

Aristo Trio-13

Retta Sitorus -9

Marsada-12

Brem voice trio-11

Rita butar butar-6

Trio ambisi -6

Nirwana Trio-7

D’livi Trio-6

Siantar rap -10

Arghana Trio-10

Jamrud-17

Eljunt-8

Trio Ambisi-20


(5)

xli

13.Dos

Roha

Matio

Dd’Fortuna Trio

-8

Erik sihotang-10

Aksidos trio ada-4

Elexis -12

Interna trio-11

Perdana trio-11

Marsada-12

Naingolan sister-7

Simenstar-12

Sakkan Sihombing-4

Santana Trio-13

Poster

sihotang(uning-uningan)-9

Dompak Sinaga-2

Julius Sitanggang-1

Elexis Trio -11

Barat Campur -24

Adele-4

Avenget

Sevenvolt-6

Rani Simbolon-8

Cita-ctata-4

Zhaskia Gotik

14.Ro

Dame

Simenstar-12

Andesta trio-9

Mangaloksa trio-9

Victor hutabarat-12

Elexis-12

Rut sihotang dan willy

sihotang-4

Ungu-11

Slank-11

J’Rock

-8

Andra And The

BackBone-10

Five Minute-10

Judika-12

Rinto Harahap14

Barat Campur-18

Bob Marley-6

Rani-8

Cita-citata-4


(6)

xlii

Santana trio-13

Rany simbolon-10

Lusita trio-4

Trio larosa-6

Judika vikky -14

Arghana trio-10

Nadeak sister-1

Nirwana Trio-7

Style voice -12

Lamtama-11

Dorman rani-8

Brem voice trio-11

Naingolan sister-7

Simatupang sister-2

D’livi

-6

Marsada-12

Arvindo-12

Golden voice-2

Kajen Tampu

Bolon-5

Panbers-14