Sistem Religi LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI

24 Indonesia juga banyak digunakan oleh kaum remaja yang duduk di bangku sekolah tetapi bukan berarti mereka titak tahu bahasa batak toba. Tidak jauh berbeda dengan masyarakat Tomok dan Tomok Parsaoran. Menurut Ibu D. Manurung salah satu pemilik toko souvenir di Tomok, memang bahasa sehari-hari yang digunakan sesama masyarakat setempat adalah bahasa batak toba, tetapi masyarakat tomok khususnya pemberi layanan jasa yang berkaitan denga pariwisata tentunya menggunakan bahasa Indonesia kecuali lawan bicara yang di tawarkan barangjasa tersebut menanggapi dengan bahasa batak. Lae Daniel Sidabutar sebagai kernet kapal lebih memilih bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di dalam kapal. Beliau mengatakan bahwa tidak semua penumpang kapal mengetahui bahasa batak, karna bukan orang batak toba saja penumpang di kapal tersebut, apalagi jika penumpang tersebut ingin berwisata dan berasal dari etnis di luar Sumatera Utara bahkan dari Luar Negeri. Bahasa Indonesia lebih efektif digunakan karena paling tidak masyarakat Indonesia secara umum sudah mengerti bahasa Indonesia. Jadi, “meskipun bahasa Indonesia saya batak kali, yang penting penumpang mengerti ” tuturnya.

2.4 Sistem Religi

Sistem kepercayaan masyarakat batak toba pada umumnya sebelum di sentuh para missionaris adalah menganut sistem Paganisme. Paganisme adalah suatu campuran dari kepercayaan realigi kepada dewa-dewa, pemujaan yang bersifat animisme terhadap roh-roh yang sudah meninggal, dan dinamisme terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Vergouwen dalam Hutapea, 1995:34 Universitas Sumatera Utara 25 Pada akhir tahun 1870-an dan awal tahun 1880 masyarakat Batak Toba secara besar-besaran masuk agama Kristen yang diperkenallan oleh Nomensen 22 Hutapea, 1995:32. Perubahan secara pesat ini terjadi karena beberapa raja di tanah batak yang berpengaruh juga masuk agama Kristen. Dimana masyarakat batak toba adalah masyarakat yang suka mengikuti pemimpinnya dalam segala hal termasuk agama, sehingga konversi pemimpin- pemimpin oarang batak tersebut mengakibatkan konversi massa dari keluarga- keluarga dan para pengikutnya. Hal ini didukung pula oleh nilai filosofis yang terkandung pada peribahasa batak toba : eme na masak di gagat ursa sampiran Ia i na masa ba ima ni ula menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi . Ada juga istilah dalam batak toba yang mengatakan molo suhar bulu di tait dongan ba suhar do taiton mengikuti kemauan massa sesuai dengan kondisi dan situasi Sangti 1977 : 182 Seiring masuknya Kristen ke tanah batak sampai saat ini masyarakat batak toba secara umum telah menganut agama Kristen dan ada sebagian kecil menganut kepercayaan Parmalim 23 . 22 Nomensen adalah seorang misionaris berkebangsaan Jerman yang berhasil menyebarkan Agama Kristen Protestan ke tanah batak. 23 Secara historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama Guru Somaliang Pardede Horsting 1914; Tichelman1937; Helbig 1935, seorang yang sangat dekat dengan Sisingamangaraja XII raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja. Menurut beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut Sisingamangaraja khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru Somaliang dan Raja Mulia Naipospos, dengan tujuan untuk melindungi kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen, Islam, dan kolonialis Belanda Sidjabat 1983:326 Masashi Hirosue 1988:75-76 berpendapat bahwa gerakan Parmalim merupakan ‘gerakan anti mesianis-kolonial’yang ingin menghancurkan kerajaan. Sidjabat 1983:326 percaya bahwa Sisingamangaraja sendiri sebagai penemupendiri sekte Parmalim Sitor Situmorang 1993 menjelaskan sebuah interpretasi historis mengenai munculnya sekte Parmalim dengan sedikit berbeda. Ia Situmorang 1993:63 mengatakan bahwa Somaliang telah datang kepada Raja Sisingamangaraja XII dan m enyatakan mengenai’visi’nya untuk mendirikan sekte Parmalim masyarakat Batak Toba.Dalam Harahap 2000 : 30 Universitas Sumatera Utara 26 Demikian halnya di desa Pardamean Ajibata, berdasarkan data yang tercantum dalam papan monografi desa Pardamean Ajibata yang didukung oleh keterangan Sekdes mayoritas peduduknya adalah beragama Kristen Protestan dan Katholik. Adapun beberapa masyarakat yang beragama Muslim adalah masyarakat pendatang. Ada 5 Gereja di desa ini yaitu : HKBPHuria Kristen Batak Protestan, GBIGereja Betel Indonesia, GBISGereja Betel Injil Sepenuhnya Narwastu. GBIS dan Katholik. Namun demikian ada juga masyarakatnya yang beribadah di Gereja HKIHuria Kristen Indonesia dan Adven yang berada di kelurahan Parsaoran Ajibata. Masyarakat Ajibata yang beraagama Kristen Protestan tergabung dalam Gereja Lutheran seperti, HKBP 34 dari jumlah penduduk, dan HKI 27, ada juga yang tergabung dalam Gereja Kharismatik seperti, GBI 4, GBIS Narwastu 6, dan GBIS 6. Lalu ada juga yang tergabung dalam Gereja Masehi yaitu gereja Adven 5 dan Gereja Katholik 15. Sampai sejauh ini berdasarkan yang saya survei langsung dan setelah berbincang-bincang 24 dengan sekdes desa Pardamean Ajibata belum ada Mesjid atau Musholah di desa ini. Berbeda dengan masyarakat Tomok, dimana masih ada sebagian kecil masyarakat yang menganut kepercayaan Parmalim. Berdasarkan keterangan Ibu M. Manurung jumlah yang menganut kepercayaan Parmalim di desa Tomok ada 10KK. Agama yang paling dominan pada masyarakat Tomok adalah Kristen Protestan yaitu 1873 Jiwa dan Khatolik 954 Jiwa dan Islam 25 32 Jiwa. Masyarakat yang menganut Kristen Protestan terdiri dari HKBP Tomok 80, GKPIGereja 24 Melakukan wawancara dengan sekdes Pardamean Ajibata di kantornya Selasa 31 Februari 2015 dan sekaligus mensurvei ke lapangan. 25 Islam yang ada di Tomok merupakan pendatang dan mereka beribadat di Musolah yang ada di Tuk-Tuk karana belum ada Musolah Di Tomok. Universitas Sumatera Utara 27 Kristen Protestan Indonesia Tomok 15 dan GSJAGereja Sidang Jemaat Allah Tomok 5. Demikian juga desa Tomok Parsaoran di dominasi oleh ProtestanHKBP 653 jiwa, Khatolik 224 Jiwa, Muslim 70 Jiwa dan Budha 4 Jiwa Propil Desa Tomok : 2014 dan Propil Desa Tomok Parsaoran : 2014 2.5 Kebudayaan Lokal 2.5.1 Kesenian Lokal