lingkungan yang semakin meluas expanding environment approach dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang
sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh dan seterusnya. Gunawan, 2013: 50. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek
disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat
holistik Sapriya, 2009: 20. Dari uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS
di sekolah dasar, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memperhatikan karakteristik serta tingkat perkembangan
siswa. Guru harus mampu menjelaskan materi dari hal-hal kongkrit ke hal-hal yang abstrak sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran IPS dan mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar.
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda Rusman, 2013: 209. Sedangkan menurut Suprijono 2012: 54 pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kemampuan
kerja sama siswa dengan kelompoknya secara heterogen untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.7 Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model-model pembelajaran kooperatif meliputi kepala bernomor, skrip kooperatif, tim siswa kelompok berprestasi, berpikir berpasangan berbagi, model
jigsaw, melemapar bola salju, tim TGT, kooperatif terpadu membaca dan menulis, dan dua tinggal dua tamu Komalasari, 2013:62. Hamdayama 2014:158
mengemukakan bahwa kata snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. snowball throwing secara keseluruhan
dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa
kemudian dilempar kepada temannya untuk dijawab. Dengan penerapan snowball throwing, diskusi kelompok dan interaksi antar kelompok yang berbeda
memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang
berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan Shoimin, 174:2013. Komalasari 2013: 67 mengemukakan bahwa snowball throwing
merupakan model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di
padukan melalui satu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Model snowball throwing mampu melatih siswa untuk lebih tanggap dalam
menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok Huda, 2013:226. Menurut Bayor dalam
Hamdayama, 2014:158, snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif active learning yang pelaksanaannya banyak melibatkan
siswa. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menarik, mampu menggali kepemimpinan dan keberanian siswa dalam kelompok,
melatih kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan serta mengandung unsur permainan imajinatif dengan cara siswa menuliskan pertanyaan di lembar kertas,
membentuk kertas tersebut hingga menyerupai bola kemudian di lemparkan ke siswa lain.
2.1.7.1 Kelebihan Model Snowball Throwing
Menurut Hamdayama 2014:161 kelebihan dari model snowball throwing adalah a suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa bermain
dengan melempar bola kertas kepada siswa lain. b siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk
membuat soal dan diberikan pada siswa lain. c membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti
apa. d siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. e pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik. f pembelajaran
menjadi lebih efektif. g aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa model snowball throwing memiliki banyak
kelebihan jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena model snowball throwing sangat menarik, menyenangkan, mampu mengembangkan kemampuan
berpikir siswa serta membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain memiliki kelebihan, penggunaan model snowball throwing
dalam kegiatan pembelajaran juga memiliki kekurangan yaitu terjadinya keributan saat siswa melemparkan bola pertanyaan ke arah teman lain. Melihat kekurangan
tersebut, peneliti memiliki solusi untuk mengatasi yaitu dengan memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa saat melemparkan bola pertanyaan yang telah
dibuatnya, yaitu guru memberikan arahan kepada siswa di kelompok 1 untuk melemparkan bola pertanyaan ke kelompok 2, kelompok 2 melemparkan bola
pertanyaan ke kelompok 3, dan seterusnya. Model ini dapat melatih kesiapan siswa, membantu memahami konsep materi, menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, membangkitkan motivasi belajar, menumbuhkan kerjasama, membuat siswa berpikir kritis. Selain itu dengan menggunakan model
pembelajaran snowball throwing siswa menjadi kreatif dalam membuat pertanyaan dan menciptakan proses pembelajaran menjadi aktif dan efektif.
2.1.7.2 Kekurangan Model Snowball Throwing
Adapun kekurangan model pembelajaran snowball throwing menurut Shoimin 2013:67 adalah sebagai berikut : 1 sangat bergantung pada
kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit; 2 ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk mendiskusikan materi pelajaran; 3
tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerjasama; 4 memerlukan waktu
panjang: 5 murid yang nakal cenderung berbuat onar: 6 kelas seringkali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa.
Untuk meminimalisir kekurangan yang muncul, guru dapat : 1 menjelaskan secara sistematis dan detail sehingga siswa dapat memahami materi
dengan baik; 2 memilih ketua kelompok yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi; 3 memberikan reward berupa stiker sehingga siswa termotivasi; 4
mengkondisikan kelas dengan manajemen waktu yang baik; 5 murid yang nakal ditempatkan di tempat duduk dekat guru; 6 kelompok dibentuk guru secara
heterogen. 2.1.7.3
Langkah-Langkah Model Snowball Throwing Adapun langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing menurut
Komalasari 2013:67 adalah sebagai berikut : 1 guru menyampaikan materi yang akan disajikan; 2 guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 3 masing- masing ketua kelompok kembali ke kelompomnya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya; 4 kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; 5 kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 15 menit; 6 setelah siswa mendapat satu bolasatu pertanyaan lalu diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; 7 evaluasi; 8 penutup.
2.1.8 Media Pembelajaran