PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

(1)

POWERPOINT

PADA SISWA KELAS IVA

SDN KALIBANTENG KIDUL 01

SEMARANG

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

WIDYA NUR EVIANY

1401411005

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNUVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Widya Nur EViany NIM : 1401411005

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model NHT dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 13 April 2015 Peneliti,

Widya Nur Eviany NIM 1401411005


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Widya Nur Eviany, NIM 1401411005 berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model NHT dengan Media

Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang”,

telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 20 April 2015

Semarang, 13 April 2015

Dosen Pembimbing

Masitah, S.Pd., M.Pd. NIP. 195206101980032001


(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Widya Nur Eviany, NIM 1401411005 berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model NHT dengan Media

Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang”,

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 20 April 2015

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Moch. Ichsan, M.Pd. NIP. 195006121984031001 Penguji Utama,

Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd. NIP.19561201 198703 1 001 Penguji I,

Dra. Munisah, M.Pd. NIP. 195506141988032001

Penguji II,

Masitah, S.Pd., M.Pd. NIP. 195206101980032001


(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya (Q.S. An-Najm: 39-40).

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (QS.Al-Mujadalah:11).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT karyaku ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, Ibu


(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga peneliti mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model NHT dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Di dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fakhtur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memperlancar jalannya penelitian.

4. Masitah, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing yang sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.

5. Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji Utama Skripsi yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberi masukan dan perbaikan skripsi ini


(7)

6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen Penguji I Skripsi yang telah menguji dengan teliti dan memberikan masukan dan perbaikan skripsi ini.

7. Eny Anggorowati, S.Pd., Kepala SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 8. ML. Diah K.A., S.Pd., Guru Kolaborator yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan.

9. Teman-teman PPL SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang dan teman seperjuangan PGSD angkatan 2010 yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

10.Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang yang telah menjadi subjek penelitian.

11.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita tawakal dan memohon hidayah dan inayah-Nya. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, April 2015


(8)

ABSTRAK

Eviany, Widya Nur. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model NHT dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN

Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Masitah, S.Pd., M.Pd. 237 hal.

Berdasarkan hasil observasi di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, tedapat masalah kualitas pembelajaran IPS yang belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya optimalisasi penggunaan model dan media pembelajaran yang inovatif yang berdampak pada keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa kurang optimal. Berdasarkan hasil evaluasi mata pelajaran IPS pada siswa kelas IVA Semester I SDN Kalibanteng Kidul 01 tahun pelajaran 2014/2015, dari 43 siswa terdapat 28 siswa (65,12%) yang nilaianya masih di bawah KKM (70), dan hanya 15 siswa (34,88%) yang tuntas. Diperlukan suatu perbaikan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran NHT dengan media powerpoint. Rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model NHT dengan media powerpoint pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang?”. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model NHT dengan media powerpoint pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 sebanyak 43 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian keterampilan guru pada siklus I mendapat skor 28 kategori baik, pada siklus II mendapat skor 36 kategori baik, dan siklus III mendapat skor 46 kategori sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat rata-rata skor 23,58 kategori cukup, siklus II mendapat rata-rata skor 30,65 kategori baik, dan siklus III mendapat rata-rata skor 40,12 kategori sangat baik. Hasil belajar ranah kognitif diperoleh ketuntasan klasikal 62,80%, siklus II 74,42%, dan siklus III 86,05%.

Simpulan penelitian ini adalah model pembelajaran NHT dengan media

powerpoint dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil

belajar IPS siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01. Saran dari penelitian ini adalah hendaknya guru menerapkan model NHT untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 10

1.2.1 Rumusan Masalah ... 10

1.2.2 Pemecahan Masalah ... 11

1.3Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Umum ... 12

1.3.2 Tujuan Khusus ... 12

1.4Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 12


(10)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori ... 15

2.1.1 Hakikat Belajar ... 15

2.1.1.1Pengertian Belajar ... 15

2.1.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 16

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 17

2.1.2.1Pengertian Pembelajaran ... 17

2.1.2.2Komponen Pembelajaran ... 18

2.1.3 Kualitas Pembelajaran ... 19

2.1.3.1Keterampilan Guru... 20

2.1.3.2Aktivitas Siswa ... 34

2.1.3.3Hasil Belajar... 37

2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPS ... 42

2.1.4.1Pengertian IPS ... 42

2.1.4.2Tujuan IPS ... 44

2.1.4.3Ruang Lingkup IPS ... 46

2.1.5 Pembelajaran IPS di SD ... 48

2.1.6 Materi Pembelajaran dalam Penelitian ... 49

2.1.7 Evaluasi IPS ... 52

2.1.8 Pembelajaran Kooperatif ... 55

2.1.9 Model Pembelajaran NHT ... 56

2.1.9.1Pengertian Model Pembelajaran NHT ... 56


(11)

2.1.9.3Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT ... 59

2.1.10 Media Pembelajaran... 60

2.1.10.1Pengertian Media Pembelajaran ... 60

2.1.10.2Fungsi Media Pembelajaran ... 61

2.1.10.3Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 62

2.1.11 Media Powerpoint ... 63

2.1.12 Penerapan Model NHT dengan Media Powerpoint pada Pembelajaran IPS ... 67

2.1.13 Teori Belajar yang Mendasari Model NHT dengan Media Powerpoint ... 69

2.2Kajian Empiris ... 71

2.3Kerangka Berpikir ... 77

2.4Hipotesis Tindakan ... 80

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Subjek Penelitian ... 81

3.2.Variabel Penelitian ... 81

3.3.Prosedur PTK ... 82

3.3.1. Pengertian PTK ... 82

3.3.2. Prosedur Pelaksanaan PTK ... 82

3.3.2.1.Perencanaan ... 83

3.3.2.2.Pelaksanaan Tindakan ... 84

3.3.2.3.Observasi... 85

3.3.2.4.Refleksi ... 85


(12)

3.4.1. Siklus I ... 86

3.4.2. Siklus II ... 90

3.4.3. Siklus III... 95

3.5.Data dan Cara Pengumpulan Data ... 99

3.5.1. Sumber Data... 99

3.5.2. Jenis Data ... 100

3.5.3. Teknik Pengumpulan Data ... 101

3.5.4. Teknik Analisis Data... 103

3.5.4.1.Data Kuantitatif ... 103

3.5.4.2.Data Kualitatif ... 106

3.6.Indikator Keberhasilan ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 110

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian Siklus I ... 110

4.1.1.1Perencanaan ... 110

4.1.1.2Pelaksanaan Tindakan ... 112

4.1.1.3Observasi... 116

4.1.1.4Refleksi ... 138

4.1.1.5Revisi ... 140

4.1.2 Deskripsi Data Penelitian Siklus II ... 144

4.1.2.1Perencanaan ... 144

4.1.2.2Pelaksanaan Tindakan ... 145


(13)

4.1.2.4Refleksi ... 169

4.1.2.5Revisi ... 170

4.1.3 Deskripsi Data Penelitian Siklus III ... 173

4.1.3.1Perencanaan ... 173

4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan ... 174

4.1.3.3Observasi... 178

4.1.3.4Refleksi ... 198

4.1.3.5Revisi ... 198

4.1.4 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan ... 199

4.2Pembahasan... 206

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 206

4.2.1.1Hasil Observasi Keterampilan Guru ... 206

4.2.1.2Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 212

4.2.1.3Hasil Belajar Siswa ... 216

4.2.2 Uji Hipotesis ... 226

4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 226

BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 229

5.2Saran ... 231

DAFTAR PUSTAKA ... 232


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas IV Semester II ...47

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model NHT dengan Media Powerpoint ...68

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar Individual ...105

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen (%) ...106

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Data Kualitatif ...108

Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ...108

Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ...108

Tabel 3.6 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Afektif ...108

Tabel 3.7 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Psikomotor ...109

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ...117

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...124

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I ...132

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I ...133

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus I ...136

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I ...143

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ...150

Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...156

Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II ...163

Tabel 4.10 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus II ...165


(15)

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus II ...172

Tabel 4.13 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ...179

Tabel 4.14 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ...185

Tabel 4.15 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus III ...192

Tabel 4.16 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus III ...193

Tabel 4.17 Data Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus III ...196

Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus III ...199

Tabel 4.19 Rekapitulasi Data Siklus I, II, dan III ...200


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 79

Gambar 3.1 Tahapan-tahapan dalam PTK ... 83

Gambar 4.1 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 118

Gambar 4.2 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 125

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I ... 132

Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar SiswaRanah Afektif Siklus I ... 134

Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus I ... 137

Gambar 4.6 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 151

Gambar 4.7 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 157

Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II ... 164

Gambar 4.9 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus II ... 165

Gambar 4.10 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus II ... 168

Gambar 4.11 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 180

Gambar 4.12 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 186

Gambar 4.13 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus III ... 192

Gambar 4.14 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus III ... 194

Gambar 4.15 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus III ... 196

Gambar 4.16 Diagram Perolehan Skor Keterampilan Guru ... 200


(17)

Gambar 4.18 Diagram Perolehan skor Aktivitas Siswa ... 201 Gambar 4.19 Grafik Peningkatan Skor Aktivitas Siswa ... 202 Gambar 4.20 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 203 Gambar 4.21 Diagram Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif .. 204 Gambar 4.22 Grafik Peningkatan Skor Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif... 204 Gambar 4.23 Diagram Perolehan Skor

Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik ... 205 Gambar 4.24 Grafik Peningkatan Skor


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ...238 Lampiran 2 Hasil Penelitian ...338


(19)

1.1

LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi sekarang ini, segala aspek kehidupan manusia mengalami perkembangan. Untuk menghadapi perkembangan tersebut maka dibutuhkan pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu, guru sebagai salah satu pemegang kunci kesuksesan pendidikan nasional harus mampu mengembangkan segala kemampuannya untuk menjalankan tugasnya. Guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan professional dalam


(20)

Pendidikan erat kaitannya dengan kurikulum. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 13, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya, pada ayat 15 disebutkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat,

dan7) seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal. (Permendiknas nomor 22 tahun 2006).

Struktur KTSP pada jenjang SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Delapan mata pelajaran tersebut yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya


(21)

dan Keteramilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. (BSNP, 2006: 11-12).

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang disusun secara sistematis dan terpadu dalam

proses pembelajaran sebagai bekal hidup di masyarakat. Saidiharjo (dalam Taneo 2010: 1.8) menjelaskan IPS merupakan hasil kombinasi atau

hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu IPS. IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial, yaitu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu (Hidayati, 2008: 1-27).

Tujuan pendidikan IPS menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3)memiliki


(22)

4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dalam pencapaian tujuan pelajaran IPS tersebut, terdapat permasalahan dalam strategi dan sarana pembelajaran IPS. Berdasarkan temuan kajian di lapangan oleh Depdiknas (2007), ada suatu kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah bahkan menyuruh siswa untuk mencatat. Selain itu guru masih berorientasi pada buku teks, dan tidak mengacu pada dokumen kurikulum. Padahal seharusnya guru mampu menjabarkan dan mengembangkan kurikulum agar ketercapai tujuan pembelajaran dapat maksimal. Hal tersebut menjadikan pembelajaran kurang variatif dan tidak mengaktifkan siswa. Siswa mendengarkan penjelasan guru yang mengejar ketercapaian materi saja tanpa membuat siswa paham. Hal ini kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.

Daryanto (2012: 57) mendefinisikan kualitas pembelajaran sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Depdiknas (2004:7) menjelaskan terdapat tujuh komponen kualitas pembelajaran: (1) keterampilan guru berupa kecakapan melaksanakan pembelajaran demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, (2) aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan siswa baik


(23)

secara fisik maupun non-fisik, (3) hasil belajar siswa yaitu perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar, (4) iklim mengacu pada interaksi antar komponen seperti guru dan siswa, (5) materi disesuaikan dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai, (6) media merupakan alat bantu untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa, dan (7) sistem pembelajaran adalah proses yang terjadi di sekolah.

Hasil refleksi yang dilakukan peneliti bersama kolaborator selama Praktik Pengalaman Lapangan menunjukkan adanya permasalahan dalam kualitas pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

Keterampilan guru kelas VIA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang pada pembelajaran IPS kurang optimal. Guru belum mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran yang inovatif sehingga menyebabkan siswa cenderung bosan. Keterampilan bertanya guru masih kurang interaktif, sehingga beberapa siswa terlihat kurang memperhatikan pembelajaran. Keterampilan guru dalam menggunakan variasi kurang optimal, pola interaksi guru belum melibatkan semua siswa. Guru belum mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran terutama media yang berbasis teknologi sehingga siswa kurang tertarik dan kurang antusias mengikuti pembelajaran. Pemberian penghargaan terhadap siswa maupun kelompok yang aktif juga belum dioptimalkan.

Aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 pada pembelajaran IPS juga kurang optimal. Sesuai hasil refleksi bersama


(24)

kolaborator, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pembentukan komunitas belajar atau kelompok diskusi dalam pembelajaran di kelas masih kurang dioptimalkan, sehingga kurang menumbuhkan hubungan sosial yang baik di antara siswa. Partisipasi, kerjasama, dan kompetisi di antara siswa belum dikembangkan secara optimal. Rasa tanggung jawab terhadap tugas kelompok juga masih kurang optimal. Hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas kelompok, dan kurang aktif bertanya maupun memberi tanggapan.

Permasalahan pembelajaran IPS tersebut juga didukung oleh data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang pada mata pelajaran IPS. Dari 43 siswa, hanya 34,88% atau 15 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 70. Sedangkan sisanya, yaitu 65,12% atau 28 siswa belum mencapai KKM.

Dengan melihat data pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS tersebut, perlu dicari alternatif pemecahannya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Peneliti bersama tim kolaborator menetapkan alternatif tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan media powerpoint.

Model Pembelajaran koopertif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keagamaan, dan pengembangan keterampilan sosial (Suprijono 2012: 61). NHT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kesadaran


(25)

peserta didik dalam kerja sama kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen, yang pada umumnya digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (Daryanto, 2012: 245).

Tujuan NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling

berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Hadi, 2014: 203). Model NHT dapat mengembangkan kemampuan jiwa

kreatif, kritis, bagi peserta didik dalam kegiatan diskusi, mengerjakan tugas atau LKS, memotivasi peserta didik agar mampu bersaing dalam kelompok maupun di luar kelompok. Pada model NHT ini, pembelajaran tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, namun ada variasi metode yang dapat menarik siswa belajar sehingga suasana belajar dapat kondusif.

Tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakiktnya sama dengan diskusi kelompok, yaitu: 1) siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok, 2) masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor, 3) guru member tugas/ pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya, 4) setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, 5) guru memanggil salah satu nomor secara acak, dan 6) siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka (Hadi, 2014: 203).

Kelebihan model NHT menurut Hamdani (2011: 90) adalah 1) setiap siswa menjadi siap semua; 2) siswa dapat melakukan diskusi dengan


(26)

sungguh-sungguh; 3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Melalui model NHT dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa serta dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam pelaksanaanya, nomor kepala menggunakan gambar yang disesuaikan dengan materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan semangat dan rasa ingin tahu siswa.

Pembelajaran IPS menggunakan model NHT akan leih optimal apabila ditunjang dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa) (Aqib 2014: 50). Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media powerpoint. Menurut Susilana (2013: 99), program Microsoft Office Powerpoint adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data. Pembelajaran dengan menggunakan media powerpoint ini dapat meningkatkan keberhasilan penyampaian materi kepada siswa.

Penelitian relevan yang mendukung dan memperkuat penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Haydon, dkk (2010) dalam jurnal internasional Springer Science+Business Media vol.19 berjudul “Effects of Numbered Heads Together on the Daily Quiz Scores and On-Task Behavior


(27)

dapat meningkatkan perilaku mengerjakan tugas dan skor kuis harian selama berdiskusi menyatukan pendapat (Heads Together) pada siswa berkebutuhan khusus dengan gangguan perilaku emosional.

Selanjutnya penelitian oleh Dewi (2014) dalam Jurnal Nasional Didaktia Dwija Indria (SOLO) vol. 2 no. 7 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT)”. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar pada siswa kelas V SD 7 Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini terbukti pada prasiklus nilai rata-rata kelas hanya 57,39. Pada siklus I rata-rata kelas menjadi 70,65. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,96. Bukan hanya nilai rata-rata kelas yang mengalami peningkatan, tetapi ketuntasan klasikal juga meningkat. Jika pada prasiklus ketuntasan klasikal hanya 39,13%, maka pada siklus I mengalami peningkatan men-jadi 69,57%. Pada siklus II ketuntasan klasi-kal meningkat lagi menjadi 91,30 %.

Pembelajaran IPS menggunakan model NHT dengan media powerpoint dapat membantu guru dalam mengkondisikan dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran, dapat mendorong peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran, bertanggung jawab terhadap tugas kelompok dan mampu berpikir analitis sehingga dapat dengan mudah memahami antara materi yang diajarkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.


(28)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui ModelNHT dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang”.

1.2

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Setelah mengkaji latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model NHT dengan media powerpoint pada siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang?”

Lebih khusus rumusan masalah tersebut dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

a. Apakah penerapan model NHT dengan media powerpoint dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran IPS pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang?

b. Apakah penerapan model NHT dengan media powerpoint dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang?

c. Apakah penerapan model NHT dengan media powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang?


(29)

1.2.2 Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPS yang terjadi pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model NHT menurut Hamdani (2010:90) dikombinasikan dengan media powerpoint menurut Sanjaya (2012: 188-191). Adapun langkah-langkah pembelajaran model NHT dengan media powerpoint adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pembelajaran

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Guru menampilkan slide powerpoint yang berisi materi pembelajaran d. Guru menjelaskan materi pembelajaran melalui powerpoint

e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 6 orang dan setiap anggota kelompok mendapatkan nomor yang berbeda f. Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS)

g. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut

h. Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok mereka

i. Dilanjutkan oleh kelompok lain dengan penunjukkan acak pula oleh guru

j. Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi k. Siswa mengerjakan evaluasi


(30)

1.3

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian tindakan kelas ini meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model NHT dengan media

powerpoint pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang dalam pembelajaran IPS melaui model NHTdengan media powerpoint.

b. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang dalam pembelajaran IPS melaui model NHTdengan media powerpoint.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang dalam pembelajaran IPS melaui model NHT dengan media powerpoint.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, model pembelajaran NHT dengan media powerpoint bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada sekolah dasar, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(31)

Selebihnya memberikan kontribusi bagi pendidikan yaitu dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan konstribusi dalam proses pembelajaran IPS, selain itu dapat memberikan manfaat bagi:

a. Guru

1) Meningkatkan keterampilan dan kreatifitas guru melalui penggunaan model pembelajaran inovatif dan media teknologi dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.

2) Mendorong guru untuk berperan sebagai model, fasilitator, motivator, dan evaluator.

3) Menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran.

b. Siswa

1) Meningkatkan keaktifan dan fokus siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman siswa.

2) Menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa pada pembelajaran IPS sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. 3) Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPS meningkat


(32)

c. Sekolah

1) Meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah tersebut dan memotivasi para guru untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang inovatif.

2) Mendorong sekolah untuk melengkapi berbagai sarana untuk menunjang proses pembelajaran.


(33)

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya

kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal (Komalasari, 2010:8).

Belajar menurut Hamdani (2011: 21) merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya, dan tidak bersifat verbalistik.

Sardiman (2012: 20) menjelaskan belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam pengertian sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.


(34)

sadar, bersifat fungsional, menetap, bersifat aktif dan positif berdasarkan atas latihan, bertujuan dan terarah, serta mencakup keseluruhan aspek kepribadian.

Berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan perubahan tingkah laku atau penampilan seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang melalui latihan dan interaksi dengan lingkungannya serta proses pengalamannya dalam jangka waktu yang lama menuju terbentuknya pribadi yang seutuhnya dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010: 54) dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. Faktor Intern (Faktor yang Berasal dari Dalam)

Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh

2. Faktor Psikologis, meliputi faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan

3. Faktor kelelahan, meliputi kelehan jasmani dan kelelahan rohani b. Faktor Ekstern (Faktor yang berasal dari luar)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.


(35)

1. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga 2. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar.

3. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran 2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Komalasari, 2010:3).

Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang mengubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya

hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang (Rifa’i dan Anni, 2011:193).

Menurut Thobroni (2011: 21) pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Secara lebih rinci Suprijono (2012: 13) menjelaskan bahwa pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.


(36)

Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinyapembelajaran, guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk mempelajarinya. Jadi, siswa menjadi subjek dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya Sukardi (2013:1) menjelaskan belajar mengajar atau disebut juga pembelajaran adalah suatu kegiatan pendidikan yang mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi ini dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum kegiatan dilakukan.

Berbagai definisi pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang berarti antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan proses belajar dan mengajar dan didukung oleh sumber belajar dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal dan menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Proses belajar melibatkan semua hal yang dapat membantu kelancaran belajar siswa.

2.1.2.2 Komponen Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran berjalan lancar apabila terdapat komponen yang mendukung. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Komponen-komponen pembelajaran menurut Rifa’i dan Anni (2011:194-197), yaitu: 1) Tujuan, berupa pengetahuan, dan keterampilan, atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit


(37)

2) Subyek belajar, yaitu siswa dan guru yang merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek, 3) Materi pelajaran, berada dalam Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan buku sumber, 4) Strategi, pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran, 5) Media pembelajaran, merupakan alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaranuntuk membantu penyampaian pesan pembelajaran, 6) Penunjang, berupa fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya, berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Menurut Etzioni (dalam Hamdani, 2011: 194), kualitas atau disebut juga dengan mutu dan keefektifan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mecapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-tujuan (Prokopenko dalam Hamdani 2011: 194).

Daryanto (2013: 57) juga menjelaskan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran menurut Sudjana (2013: 40) ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(38)

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang kualitas atau efektivitas pembelajaran tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui proses pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran tidak akan tercapai tanpa keterkaitan antara komponen-komponen di dalamnya. Depdiknas (2004: 7) menjelaskan terdapat tujuh komponen kualitas pembelajaran: (1) keterampilan guru berupa kecakapan melaksanakan pembelajaran demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, (2) aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan siswa baik secara fisik maupun non-fisik, (3) hasil belajar siswa yaitu perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar, (4) iklim mengacu pada interaksi antar komponen seperti guru dan siswa, (5) materi disesuaikan dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai, (6) media merupakan alat bantu untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa, dan (7) sistem pembelajaran adalah proses yang terjadi di sekolah.

Pada penelitian ini, akan dikaji tiga variabel yang mencakup ketujuh komponen tersebut, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model NHT dengan media powerpoint. Lebih jelasnya ketiga indikator tersebut dijabarkan sebagai berikut:

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Guru merupakan figur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru sangat berperan besar dan berpengaruh pada kesuksesan


(39)

belajar anak. Untuk itu, seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar. Rusman (2013: 80) mengemukakan bahwa keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan suatu karakteristrik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Yang dimaksud dengan keterampilan dasar ialah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan itulah yang dapat membedakan mana yang guru profesional dan mana yang bukan (Aqib, 2013:83).

Menurut Rusman (2013: 80-92) keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui sembilan keterampilan mengajar, yaitu:

a. Keterampilan Membuka Pelajaran

Kegiatan membuka pelajaran adalah merupakan kegiatan awal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam suatu pembelajaran. Karena kegiatan ini adalah kegiatan awal yang akan sangat menentukan keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya karena merupakan pengkondisian mental atau psikologi siswa agar siap menerima pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Apabila kegiatan ini berhasil dilakukan oleh guru, maka kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti dan kegiatan penutup juga akan berhasil. Uzer Usman (dalam Rusman, 2013: 81) menjelaskan komponen-komponen dalam membuka pelajaran, yaitu:

1) menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran yang bervariasi;


(40)

2) menimbulkan motivasi, disertai kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memerhatikan minat atau interes siswa;

3) memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemuakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan beberapa pertanyaan;

4) memberikan apersepsi (memberi kaitan antara materi sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari), sehingga materi yang dipelajari merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

b. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini sangat penting dikuasai oleh seorang guru. Karena melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna (Sanjaya, 2011: 33).

Menurut Joni (1985: 33-47) keterampilan bertanya dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Keterampilan bertanya dasar

(a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan siswa sehingga mudah dipahami siswa.


(41)

(b)Pemberian acuan

Sebelum mengajukan pertanyaan, guru perlu memberikan acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.

(c) Pemindahan giliran

Untuk pertanyaan yang luas boleh dijawab oleh lebih dari seorang siswa, karena sering kali jawaban siswa belum benar atau belum sesuai. Cara ini juga dapat menarik perhatian siswa.

(d)Penyebaran

Agar semua siswa aktif dalam pembelajaran guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan yang berbeda-beda.

(e) Pemberian waktu berpikir

Sesudah mengajukan pertanyaan keseluruh siswa guru perlu memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya. Teknik ini sangat perlu agar siswa mendapat kesempatan untuk menemukan dan menyusun jawaban. (f) Pemberian tuntutan

Apabila siswa memberikan jawaban yang salah atau tidak dapat memberikan jawaban maka guru harus memberikan tuntutan kepada siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar dengan cara mengukapakan sekali lagi pertanyaan tersebut dengan bahasa

yang lebih mudah dipahami siswa, menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang benar, dan mengulangi


(42)

penjelasan-penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan itu.

2) Keterampilan bertanya lanjutan.

(a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan Pertanyaan yang dikemukakan guru hendaknya dapat mengandung proses mental yang rendah dan tinggi, adalah pertanyaan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(b) Pengaturan urutan pertanyaan

Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.

(c) Penggunaan pertanyaan pelacak

Jika jawaban yang diungkapkan siswa benar tetapi kurang sempurna maka guru dapat mengajukan peranyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.

(d) Peningkatan terjadinya interaksi

Agar siswa aktif dalam pembelajaran guru hendaknya menghilangkan peranannya sebagai sentral dengan cara guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya dengan teman terdekatnya, dan jika siswa bertanya kepada guru, sebaiknya guru menunda untuk menjawab akan tetapi guru melontarkan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain.


(43)

c. Keterampilan Memberi Penguatan (reinforcement skills)

Guru yang baik harus selalu memberikan penguatan, baik dalam bentuk penguatan verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti betul, bagus, pintar, ya, seratus, tepat sekali, dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, elusan, isyarat, sentuhan, pendekatan, dan sebagainya) yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan yang baik sebagai suatu

tindakan dorongan, sehingga perbuatan tersebut terus diulang

(Rusman, 2013: 84).

Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang perlu dipahami dan dikuasai guru menurut Joni (1985: 69-72) adalah:

1) Penguatan verbal

Penguatan verbal merupakan komentar guru berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.

2) Penguatan non verbal

Komponen penguatan non verbal yaitu:

(a) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, tepuk tangan.

(b) Penguatan dengan cara mendekati, ialah mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dam kesenangannya terhadap pekerjaan, tingkah laku dan atau penampilan siswa.


(44)

(c) Penguatan dengan sentuhan, seperti menepuk bahu atau pundak siswa dan menjabat tangan siswa,.

(d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa.

(e) Penguatan simbol atau benda, yang berbentuk simbol antara lain dapat berupa tanga cheklist () atau komentar tertulis pada buku siswa, sedangkan yang benda dapat berupa kartu bergambar, bintang plastik, stiker.

(f) Penguatan tak penuh, jika siwa memberikan jawaban yang kurang tepat guru hendaknya tidak langsung merespon dengan menyalahkan siswa akan tetapi memberikan penguatan tak penuh.

d. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah pembelajaran (Sanjaya, 2011: 38). Penggunaan variasi dimaksudkan agar siswa terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas muncul. Penggunaan variasi merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan

menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif (Rusman, 2013: 86).


(45)

Ada tiga prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi yang perlu diperhatikan guru, yaitu:

1) variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2) variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.

3) direncanakan secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Rusman, 2013: 86)

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni:

1) Variasi gaya mengajar: variasi suara (rendah, tinggi, besar, kecil), memusatkan perhatian, membuat kesenyapan sejenak, mengadakan kontak pandang dengan peserta didik, variasi gerakan badan dan mimic, serta mengubah posisi (di depan kelas, keliling di tengah kelas, dan kebelakang tapi jangan mengganggu suasana pembelajaran) 2) Variasi penggunaan media dan sumber belajar: variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dimanipulasi, srta penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.

3) Variasi pola interaksi: variasi dalam pengelompokkan peserta didik, variasi tempat kegiatan pembelajaran, variasi pola pengaturan guru, variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik.


(46)

4) Variasi dalam kegiatan pembelajaran: penggunaan metode pembelajaran, media dan sumber belajar, pemberian contoh dan ilustrasi, interaksi dan kegiatan peserta didik (Joni, 1985: 88 - 90).

e. Keterampilan Menjelaskan

Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Menurut Majid (2014: 241) keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.

Rusman (2013: 87-88) mengemukakan, penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa

2) Penggunaan contoh dan ilustrasi. Memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari

3) Pemberian tekanan 4) Penggunaan balikan

f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara bekelompok. Untuk itu keterampilan guru harus


(47)

dilatih dan dikembangkan, sehingga para guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.

Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:

1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi,

kemukakanlah masalah-masalah khusus, catat perubahan atau

penyimpangan diskusi dari tujuan dan merangkum hasil diskusi;

2) memperjelas masalah untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam

memimpin diskusi soerang guru perlu memperjelas atau menguraikan permasalahan, meminta komemntar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi memperoleh pengertian yang lebih jelas;

3) menganalisis pandangan siswa. Adanya perbedaan pendapat dalam

diskusi,menuntut seorang guru harus menganalisis dengan cara memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di samping meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat;

4) meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian;

5) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Dilakuan dengan cara memancing pertanyaan siswa yang enggan berpartisipasi, memberikan


(48)

kesempatan pada siswa yang belum bertanya (pendiam) terlebih dahulu, mencegah monopoli pembicaraan, dan mendorong siswa untuk berkomentar terhadap pertanyaan temannya;

6) menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi,

menindaklanjuti hasil diskusi, dan mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi;

7) hal-hal yang perlu dihindarkan adalah mendominasi/monopoli

pembicaraan dalam diskusi, serta membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi (Rusman, 2013: 89-90).

g. Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut Sanjaya (2011: 44) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Komponen-komponen dalam mengelola kelas menurut

Rusman (2013:90) adalah sebagai berikut:

1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

2) kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap,

memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan.

3) keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa


(49)

yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Menurut Joni (1985: 54-67) keterampilan mengelola kelas terbagi menjadi dua yaitu:

1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, antara lain:

(a) Menunjukan sikap tanggap.

Guru sebaiknya memiliki sikap tanggap terhadap berbagai perilaku yang muncul didalam kelas, baik perilaku yang mendukung seperti tanggap terhadap perhatian siswa, keantusiasan siswa, motivasi siswa yang tinggi, dan lain-lain; maupun tanggap terhadap perilaku yang tidak mendukung seperti ketidakacuhan, motivasi belajar siswa rendah, dan lain sebagainya. (b) Membagi perhatian

Pengelolaan yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan visual yaitu guru mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain, dan verbal yaitu guru dapat memberikan komentar singkat terhadap aktivitas siswa. (c) Memusatkan perhatian kelompok

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Ada dua cara memusatkan perhatian kelompok. Pertama, menyiagakan siswa yaitu dengan memusatkan perhatian siswa


(50)

pada suatu tugas dengan menciptakan situasi yang menarik. Kedua, menuntut tanggungjawab siswa dengan cara mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa.

(d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

Komponen ini berhubungan dengan petunjuk guru yang disampaikan secara jelas dan singkat kepada siswa baik untuk seluruh kelas, kelompok, maupun perorangan.

(e) Menegur

Cara guru dalam menegur tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas yaitu dilakukan dengan cara verbal yang harus memenuhi syarat, antara lain tegas dan jelas serta tertuju kepada siswa yang menggagu, menghindari peringatan kasar dan menyakitkan, serta menghindari ejekan yang berlebihan.

(f) Memberi penguatan

Tujuan dan cara penggunaan kompone keterampilan memberi penguatan dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran maupun yang mengganggu proses pembelajaran.

2)Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.


(51)

h. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan

Rusman (2013: 91) menyatakan bahwa pembelajaran individual adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa. Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam pembelajaran perseorangan adalah: (1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi; (2) keterampilan mengorganisasi; (3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi; (4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

i. Keterampilan Menutup Pelajaran

Rusman (2013:92) menjelaskan bahwa keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudakn untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Komponen menutup pelajaran diantaranya adalah:

1) Meninjau kembali materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran

2) Melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru merupakan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam menciptakan suasana


(52)

belajar yang kondusif selama proses pembelajaran, sehingga dapat membawa siswa ke arah perkembangan intelektual serta pengembangan psikis/jiwa yang lebih baik.

Pada penelitian ini, indikator penilaian keterampilan guru adalah: a. Membuka pelajaran

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran c. Menggunakan media powerpoint

d. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajara e. Menyampaikan materi pembelajaran

f. Melakukan variasi dalam proses pembelajaran

g. Membimbing pembentukan kelompok kecil dan menjelaskan aturan diskusi

h. Membimbing diskusi kelompok siswa

i. Menggunakan model NHT dalam diskusi kelompok j. Membimbing presentasi hasil diskusi

k. Memberikan penguatan kepada siswa l. Menutup pelajaran

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Menurut Sardiman (2012: 97) dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya hal


(53)

yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas belajar siswa banyak macamnya. Para ahli mencoba

mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich (dalam Sardiman, 2012: 101) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok,

sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, dan menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,


(54)

Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan atau perilaku yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar yang meliputi kegiatan bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa untuk mengembangkan pemahaman, meningkatkan penguasaan keterampilan, dan mendapatkan sejumlah pengetahaun dari apa yang telah dipelajari. Aktivitas siswa yang maksimal akan berdampak pada kualitas pembelajaran. Karena didalam aktivitas siswa akan terjadi sebuah interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, oleh karena itu guru harus dapat memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang akan diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model NHTdengan media powerpoint berikut:

a. Mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran (emotional activities) b. Menanggapi apersepsi (oral activities)

c. Memperhatikan slide Powerpoint (visual, listening, oral, activities) d. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi (visual, listening,

writing activities)

e. Melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi pembelajaran


(55)

f. Membentuk kelompok dan memasang nomor kepala

(mental and emotional activities)

g. Mendiskusikan tugas bersama kelompok (mental, motor, oral, and

writing activities)

h. Mempresentasikan hasil diskusi sesuai nomor siswa yang dipanggil guru (mental and oral activities)

i. Menanggapi hasil diskusi sesuai nomor yang dipanggil guru

(visual, listening, mental, and oral activities)

j. Bertanya tentang materi yang belum dipahaminya

(mental, visual, and emotional activities)

k. Menyimpulkan hasil diskusi (mental, visual, writing, and oral activities) l. Mengerjakan soal evaluasi (mental and writing activities)

2.1.3.3 Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2011: 85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Suprijono menjelaskan (2012: 5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Winkel dalam Purwanto (2014: 46) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahannya mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran


(56)

yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Grounland dalam Purwanto (2014:45) juga menyatakan bahwa, hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran dalam bentuk tingkah laku.

Menurut Bloom (dalam Rifa’i dan Anni, 2011: 86-91) terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar yaitu :

a. Domain Kognitif

Domain kognitif berhubungan dengan pegetahuan, kemampuan dan kemahuran intelektual. Cakupan domain kognitif adalah sebagai berikut:

1) Knowledge (pengetahuan)

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya

2) Comprehension (pemahaman)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.

3) Application (menerapkan)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit.

4) Analysis (menguraikan)

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.


(57)

5) Synthesis (mengorganisasikan)

Sistesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru.

6) Evaluation (menilai)

Evaluasi atau penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan untuk tujuan tertentu. b. Domain Afektif

Domain afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori domain afektif adalah sebagai berikut:

1) Receiving (sikap menerima)

Receiving mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan

rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Kategori ini berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan, dan perhatian peserta didik.

2) Responding (memberikan respon)

Responding mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik .

3) Valuing (nilai)

Valuing berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek,

fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.

4) Organization (organisasi)

Organization berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali

tanggung jawab, setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia) atau pengorganisasian sistem nilai (mengembangkan


(58)

rencana kerja yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan ekonomi maupun pelayanan sosial).

5) Organization by value complex (pembentukan pola hidup)

Pembentukan pola hidup mengacu pada peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik, seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Cakupan domain psikomotor menurut Elizabeth Simpson adalah sebagi berikut:

1) Perception (persepsi)

Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ indera untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

2) Set (Kesiapan)

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu yang mencakup kesipan mental dan fisik.

3) Guide Response (gerakan terbimbing)

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal belajar keterampilan kompleks yang meliputi peniruan dan mencoba-coba.

4) Mechanism (gerakan terbiasa)


(59)

tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi

5) Complex overt response (gerakan kompleks)

Gerkan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kategori ini ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, kekuratan, dan yang memerlukan energy minimum.

6) Adaptation (penyesuaian)

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

7) Originality (kreativitas)

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan suatu perubahan pada diri individu yang dapat di lihat dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, serta psikomotorik. Berdasarkan ketiga ranah tersebut, peneliti menetapkan indikator hasil belajar yang mencakup domain tersebut, yaitu: a. Domain Kognitif

2.3.1 Menyebutkan 3 alat produksi tradisional 2.3.2 Menyebutkan 3 alat produksi modern


(60)

2.3.4 Menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi

2.3.5 Mengkategorikan jenis alat komunikasi tradisional sampai modern 2.3.6 Membandingkan perbedaan antara teknologi komunikasi

tradisional dan modern

2.3.7 Membedakan jenis-jenis transportasi

2.3.8 Menjelaskan perkembangan teknologi transportasi

2.3.9 Menyempurnakan tabel perbandingan teknologi transportasi tradisional dan modern

b. Domain Afektif 1) Percaya diri 2) Saling menghargai 3) Bertanggung jawab 4) Jujur

c. Domain Psikomotor

1) Berdiskusi dalam kelompok 2) Mengemukakan pendapat 2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPS 2.1.4.1 Pengertian IPS

Pengertian IPS menurut NCSS tahun 1993 (Sapriya, 2009:10) adalah sebagai berikut :

Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, pshycology, religion and sociology, as well as


(61)

appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed ad reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

IPS merupkan suatu biang studi yang memadukan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan kewarganegaraan. Dalam program sekokah, IPS mengkoordinasikan bidang studi yang sistematik seperti studi tentang antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, maupun konsep yang berasal dari kemanusiaan, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Tujuan utama IPS adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan yang mendasar sebagai warga Negara yang baik dan latar keberagaman budaya, agar menjadi suatu masyarakat demokratis yang saling bergantung satu sama lain.

Menurut Puskur dalam depdiknas (2007: 14) IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu dan merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi,

modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sajarah, Geografi, Sosiologi, Antropoligi, dan

Ekonomi, dan ilmu lannya.

Somantri menjelaskan IPS merupakan penyederhanaan adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam dalam kerangka mewujudkan tujuan


(62)

IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial, yaitu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu (Hidayati, 2008: 1-27).

Selanjutnya Saidiharjo (dalam Taneo 2010: 1.8) menjelaskan IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu IPS.

Gunawan (2013: 113) juga berpendapat bahwa IPS adalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak aka ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial maupun ilmu pendidikan.

Berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah sebuah kajian hasil penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya berdasarkan prinsip pedagogis dan psikologis peserta didik yang merupakan sebuah integrasi atau keterpaduan yang utuh, dan digunakan sebagai program pengajaran pada pendidikan dasar dan menengah. 2.1.4.2 Tujuan IPS

NCSS dalam Sapriya (2009: 10) menjelaskan tujuan utama IPS adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan yang mendasar sebagai warga Negara yang baik dan latar


(63)

keberagaman budaya, agar menjadi suatu masyarakat demokratis yang saling bergantung satu sama lain.

Kemudian Sapriya (2012: 12) mengemukakan bahwa IPS pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetathuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai

(attitudes dan values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Tujuan IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik (Taneo, 2010: 1.27).

Ahmadi (2014: 10) menyebutkan lima tujuan IPS, yaitu: 1) mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika

nantinya masuk ke perguruan tinggi, 2) mendidik kewarganegaraan yang baik, 3) hakikatnya merupakan suatu komproni antara satu dan dua tersebut di atas, 4) mengajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum, 5) menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka saasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah pada


(64)

dua hal yaitu pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila atau UUD 1945 dan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.

Selanjutnya mata pelajaran IPS pada tingkat sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2007: 575).

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetathuan, keterampilan, sikap dan nilai untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik. IPS pada tingkat sekolah dasar juga bertujuan untuk mengenalkan konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, melatih anak berpikir logis, kritis, dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah sosial, serta kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk dari tingkat lokal samapai tingkat global.

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPS


(65)

memenuhi kebutuhannya, yang meliputi kebutuhan materi, budaya, dan kejiwaanya, serta pemanfaatan sumber daya yang ada. Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut KTSP (2006:575) adalah sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Gunawan (2013:51) menambahkan ruang lingkup IPS pada pendidikan SD yaitu IPS sebagai pendidikan global (global education) di SD, adalah mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya (KTSP, 2006: 579)


(66)

2.1.5 Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di sekolah dasar mencakup hal-hal yang ada disekitar lingkungan peserta didik. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (KTSP, 2006 :175).

IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep displin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2012: 20).

Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (konkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Itulah sebabnya pembelajaran IPS di SD


(67)

bergerak dari yang konkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh dan seterusnya. (Gunawan, 2013: 50).

Beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan memperhatikan karakteristik dan tingkat perkembangan siswa. Guru harus mampu menjelaskan materi dari hal-hal kongkrit ke hal-hal yang abstrak sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran IPS.

2.1.6 Materi Pembelajaran dalam Penelitian

Pada penelitian ini, materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa yaitu tentang perkembangan teknologi yang meliputi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.

a. Perkembangan Teknologi Produksi

Teknologi berkaitan dengan suatu kreasi dan penemuan manusia untuk membuat dan menggunakan sesuatu. Pada zaman dahulu manusia masih memiliki sedikit alat. Peralatannya pun masih sangat sederhana. Pembuatan peralatan dari batu merupakan teknologi tertua. Seiring perkembangan teknologi mulailah diciptakan alat-alat yang lebih modern. Semua itu bertujuan untuk membantu kehidupan mereka. Perkembangan teknologi menunjukkan kemajuan kecerdasan manusia. Setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan akan


(1)

Guru membuka pembelajaran

Siswa mengamati media powerpoint

Siswa aktif bertanya saat pembelajaran

Siswa berdiskusi menyatukan pendapat

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

Guru membimbing diskusi kelompok


(2)

(3)

Guru membuka pembelajaran

Siswa mengamati media powerpoint

Siswa aktif saat kegiatan tanya jawab

Siswa berdiskusi menyatukan pendapat

Guru membimbing diskusi kelompok

Siswa mempresentasikan hasil diskusi


(4)

(5)

Guru membuka pembelajaran

Siswa mengamati media powerpoint

Siswa aktif bertanya jawab

Siswa berdiskusi menyatukan pendapat

Guru membimbing diskusi kelompok


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 5 331

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS VA SDN SAMPANGAN 01 SEMARANG

0 15 497

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PBL DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 12 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN SALAMAN MLOYO SEMARANG

0 5 427

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS VC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 13 282

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 21 347

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SDN SALAMAN MLOYO SEMARANG

0 2 292

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENNINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 8 309