materi yang telah diberikan guru kepada masing-masing anggota kelompok; 6 siswa membuat pertanyaan dalam lembar kerja siswa kemudian membuatnya
menjadi bola kertas dengan anggota kelompoknya; 7 melemparkan bulatan kertas kepada kelompok lain dan melakukan diskusi kelompok; 8 aktif dalam membuat
kesimpulan dengan bimbingan guru; 9 melakukan refleksi atau evaluasi.
2.1.10 Teori yang Mendasari Model Snowball Throwing dan Media
Audiovisual
2.1.10.1 Teori Kognitif
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Pengetahuan dating dari tindakan.
Piaget yakin bahwa pengalaman- pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Menurut teori Piaget, setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami tingkat perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada sejauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi Trianto, 2007 : 14
Tabel 2.2 Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget
TAHAP UMUR
CIRI POKOK PERKEMBANGAN SENSOMOTOR
0-2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi
langkah PRAOPERASI
2-7 tahun Penggunaan simbol bahasa tanda konsep
intuitif OPERASI
KONKRET 8-11 tahun
Pakai aturan jelas logis revisibel dan kekekalan
OPERASI FORMAL
11 tahun keatas
Hipotesis Abstrak
Deduktif dan induktif Logis dan probabilitas
Dalam perspektif teori kognitif, belajar meupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal- hal yang bersifat behavioral tampak lebih
nyata hamper dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Piaget dalam Suprijono, 2012: 23 perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi
ini merupakan proses skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep dan gagasan. Asimilasi merupakan
proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif skemata yang ada sekarang. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke
dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi ialah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibration adalah
pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Suprijono, 2012 : 22
Dari beberapa defenisi teori diatas, dapat disimpulkan bahwa teori kognitif merupakan teori yang menekankan bahwa peserta didik secara aktif membangun
sistem pemahaman realitas melalui pengalaman- pengalaman dan interaksi- interaksi.
2.1.10.2 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari. Siswa
membangun atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan informasi sendiri yang telah didapatkannya menjadi pengetahuan yang baru. Konstruktivisme merupakan
teori yang menggambarkan bagaimana belajar itu terjadi pada individu, berkenaan dengan apakah siswa itu menggunakan pengalamannya untuk memahami
pelajaran atau mengkuti pembelajaran dalm membuat suatu model Rifa’i dan Anni, 2011: 226.
Menurut Sardiman 2011: 37 konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang dimiliki adalah
konstruksi bentukan. Trianto 2011: 14 menjelaskan bahwa dalam teori konstruktivisme, siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, harus memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Suprijono 2012: 39 menjelaskan bahwa konstruktivisme menekankan
pada belajar sebagai proses operatif, yaitu belajar dengan memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum dapat digunakan pada
bermacam-macam situasi. Konstruktivisme juga menekankan pada belajar autentik, artinya proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara
nyata. Selain itu konstruktivisme memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif.
Teori belajar konstruktivisme mendukung model pembelajaran snowball throwing dengan media audiovisual karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut
menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Setelah siswa menemukan menemukan pengetahuannya, siswa harus dapat mengkonstruksikan
sendiri pengetahuannya untuk dapat menyelesaikan masalah dan menemukan
jawaban yang tepat terhadap masalah yang didiskusikan bersama kelompok melalui model pembelajaran snowball throwing.
2.1.10.3 Pembelajaran Kooperatif
Secara umum pembelajaran kooperatif lebih dianggap diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud Suprijono, 2012:54-55. Menurut
Hamdayana 2014:64 pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Sedangkan menurut Rusman 2013:202
pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivistik dimana pembelajaran kooperatif menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang heterogen dengan tujuan mengaktifkan dan membantu siswa untuk bekerjasama dalam penyelesaian tugas yang diberikan dengan mendapatkan
arahan dan bimbingan dari guru sebagai fasilitator.
2.1.11 Penerapan Model Snowball Throwing berbantuan Media Audiovisual